44. Difficult choice

1.7K 116 12
                                    

      Anaya mendengar bel pintu apartemennya berkali-kali berbunyi namun ia enggan untuk membukanya. Pikirannya sedang kalut dan wanita itu sama sekali tidak ingin diganggu.

"Awas aja bunyi sekali lagi, bakal gue sumpelin juga tuh mulut pakai lakban!" Gerutunya dongkol sambil memejamkan matanya. Mengambil bantal di sampingnya kemudian menutupkannya ke wajahnya agar tidak mendengar bunyi-bunyi yang berasal dari pintu apartemennya.

Dua menit kemudian...

"Sialan! Siapa sih pagi-pagi gini bikin tensi darah gue naik, nggak tau apa gue lagi gak pingin diganggu!" Dumelnya kesal dan mau tidak mau akhirnya ia beranjak dari ranjangnya dan berjalan malas ke arah pintu depan. Karena malas di tambah dengan beban pikiran yang membuat Anaya jadi malas sekali untuk mengguyur kepalanya dengan air dingin. Jadilah ia tidak mandi dari kemarin malam.

"Aigoooo!! Lo sehat kan, Naiii?!" Teriak Frisca heboh saat pintu di depannya sudah terbuka dan menampilkan sosok menyeramkan di depannya.

Anaya yang menutup telinganya karena teriakan toa Frisca gantian menatap Frisca sambil memicingkan mata. Lalu dengan malas ia berkata, "Shut up! If there's no need it's better you just go!"

"Ohmygod! Gue terkejut Nai,"sahutnya dengan ekspresi terkejutnya yang dibuat-buat. Memutar bola mata Frisca menambahkan, "...lo serem kayak Nenek sihir. Hanya lelaki bodoh yang mau sama lo." Gumamnya mencibir.

"Ngapain sih lo ganggu acara pagi gue? Kurang kerjaan lo?" Tanya Anaya sinis. Berbeda dengan mulut sadisnya, Anaya malah memejamkan matanya di depan pintu apartemennya.

Frisca mendengus malas, "Elah, gini-gini juga gue banyak kerjaan kali. Kalau bukan karena laki lo yang super duper ganteng ngalahin kegantengannya si dennis oh, ogah banget gue nyamperin apartemen jelek lo." Balasnya tidak terima. Iya kalau bukan tadi ia tidak sengaja bertemu dengan Efra mana mungkin saat ini Frisca berdiri dengan bodohnya menerima omelan Anaya.

"Maksud lo apaan? Laki gue? Siapa?" Tanya Anaya seketika membuka mata kantuknya mengabaikan kata-kata terakhir Frisca yang mengatakan kalau apartemennya jelek. Oh anak ini sudah bosan hidup rupanya. Oke abaikan, saat ini ada yang lebih penting ketimbang membalas hinaan tidak penting ucapan Frisca. Anak SD juga tahu, mana mungkin apartemen yang di huninya bisa dikatakan buruk. Dasar sinting!

Mengerutkan dahinya tidak mengerti, Anaya mencoba berfikir sejenak. Perasaan dia tidak sedang mempunyai pacar, emm lebih tepatnya sih belum. Jadi siapa...

"Yeee ... pura-pura gak inget. Udah ah, gue lagi males lama-lama debat gak jelas sama lo. Gak penting, nih ambil ... gue udah telat." Ujarnya sambil menyerahkan kotak yang berlogo cheesecake berwarna cream ke tangan Anaya dengan terburu-buru.

Belum sempat Anaya menanyakan perihal kotak kue ditangannya, Frisca sudah keburu lari dari hadapannya.

"Cewek aneh dasar." Omelnya seraya menutup pintu.

*

*

*

Semoga kamu suka...

E.

"Berusaha menyogok, huh?" Gumam Anaya tersenyum tanpa sadar tapi sedetik kemudian senyumnya surut dengan sendirinya.

"Nggak. Gue gak boleh makan chessecake ini! Siapa yang tau kalau Efra tidak menambahkan guna-guna di dalamnya." Ujar Anaya pada diri sendiri. Tapi sorot matanya masih terpaku pada kue lezat yang tergeletak manis di hadapannya. Bibirnya mencebik lucu seolah-olah sedang frustasi berperang dengan batinnya sendiri.

Tapi chessecakenya enak banget lho... gak nyesel tuh gak mau makan?

Anaya kembali menelan salivanya, "Nggak. Gue gak boleh memakannya." Gumamnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Yakin? Yauda kalau gak mau makan buang aja kuenya ke tempat sampah!

What!

"Masa dibuang sih? Kan sayang. Tapi--"

Udah buang aja kalo gak mau makan. Ribet amat sih dasar!

Anaya memasang ekspresi tidak terima, "Kalau gue makan, entar gue jadi jatuh cinta lagi sama dia. Tapi masa dibuang sih, kan sayang... itu chessecake kesukaan gue..."

Elah... bukannya elo udah jatuh cinta duluan sama doi sebelum lo makan chessecake itu, hmm...gak usah muna deh ya, gue udah tau.

"Siapa yang jatuh cinta sama dia? Gue? Enggaaakk ya!" Teriaknya dengan kesal. Bisa gitu dia marah pada suara batinnya yang anehnya apa yang dibisikannya adalah benar semua.

Seneng gitu jadi cewek munafik, pura-pura gak ngakuin padahal dalam hati... ngarep. Jangan jadi cewek jalang yang pura-pura bersembunyi di balik topeng wajah kalemnya! Itu bukan lo sama sekali.

Anaya terdengar menghembuskan napas beratnya, ia memejamkan mata sesaat lalu membukanya kembali. "Oke, gue emang jatuh hati sama Efra, "gumamnya dengan jujur. Menghela nafasnya ia kembali melanjutkan, "Tapi semuanya gak lagi mudah saat gue tau siapa sosok Efra. Dia masa lalu Kakak gue, pria itu yang udah buat Kakak gue gak ada. Dan sekarang gue malah jatuh cinta sama dia. Demi Tuhan... gue takut."

"Gue takut Daddy bakal marah sama gue. Dan lebih buruknya lagi, Daddy nyuruh anak buahnya buat ngabisin dia. Gue belum siap untuk kehilangan dia."

"Belum lagi Eyang putri yang pasti bakal nentang gue habis-habisan. Ya ampun, apa yang harus gue lakuin sekarang? Nentang mereka gitu? Gue belum siap juga jadi anak durhaka sama orangtua. Mana cinta gue ke Efra belum kuat banget untuk ngeyakinin kalau gue beneran cinta sama dia.

"Sebenernya gue sama Efra beneran cinta gak sih? Kok gue jadi ragu gini ya sama hati gue sendiri... apa jangan-jangan gue cuman sekedar kagum aja sama dia? Tapi apa yang gue kagumin dari dia coba?" Tanya Anaya kepada hatinya.

Kagum karena terpesona ketampanannya, bodoh!

"Just it?"

Terpesona pada ciuman panasnya mungkin. Atau pada-

"Oke cukup. Gue rasa itu bukan alasan yang tepat." Ucap anaya pada akhirnya.

Wanita itu terus merenung memikirkan kelanjutan hubungannya dengan Efra. Hilang sudah niat balas dendamnya pada lelaki itu, yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya untuk meyakinkan ayah dan juga eyangnya
Agar dia bisa bersama dengan Efra. Mungkinkah dia bisa bersama dengannya? Yang jelas-jelas kedua orangtuanya masih mengibarkan bendera perang pada pria itu? Sampai kapan pun ayahnya tidak akan pernah mau menerima Efra kembali.

Ya Tuhan, ini pilihan yang sulit. Apa yang sedang engkau rencanakan? Bertemu dengan mantan kekasih kakaknya bukanlah keinginan Anaya. Jatuh cinta dengan Efra juga bukan kehendak hatinya. Tuhan lah yang maha tahu dan membolak-balikan isi hatinya.

Jika Efra ditakdirkan sebagai jodohnya di masa depan, Anaya percaya suatu saat nanti ia pasti akan bertemu dengan pria itu. Jika Efra ditakdirkan bukan untuknya, mungkin mulai detik ini, wanita berparas ayu itu harus mengubur dalam-dalam perasaannya pada Efra. Karena Anaya tidak mungkin menentang ayahnya hanya perkara soal cinta. Menurutnya itu terlalu konyol.

Ayahnya lebih tau apa yang terbaik untuknya di masa depan. Dan dia sebagai anak harus menuruti apa yang di inginkan ayahnya. Karena Anaya sangat menyayangi ayahnya lebih dari apapun.

Jadi, apakah Anaya sudah menyerah untuk memperjuangkan cintanya pada Efra? Entahlah... Anaya sendiri juga masih ragu pada keputusannya. Ini lebih sulit ketimbang ia harus menghafalkan semalaman rumus kimia asam sulfat beserta teman-temannya untuk ujian dari Mr.Frank.

T
B
C.
_______

Oke mendekati 4-5 part ending....happy reading yaa...maaf banget kalau endingnya nanti gak bakal sesuuai dengan apa yang kalian inginkan....😃😭 gak semua cerita berakhir dengan happy ending bukan...

Love you,

ENTANGLED HEARTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang