Happy reading!
------
Di tempat lain Efra semakin dibuat pusing oleh tingkah putri semata wayangnya. Tidak ada yang diinginkan oleh Felicia selain ingin bertemu dengan wanita bernama Anaya.
Semenjak kenal dengan wanita itu, sikap Felicia berubah menjadi 99% sangat menyebalkan. Bahkan Efra sampai kualahan menghadapi anaknya sendiri. Biasanya Felicia akan menurut padanya, tapi lihatlah sekarang, putri kecilnya itu bahkan tidak tanggung-tanggung menjauhinya perkara perempuan itu.
"Pa, Felly kangen banget sama Mama An. Kapan ya Felly ketemu sama Mama An lagi," tanya Felicia ketika dia dan Ayahnya sampai di depan gerbang sekolahannya.
"Sudah berapa kali Papa bilang dia bukan Mama kamu, Felicia. Kamu tidak mengenalnya, sayang. Tante Fiandra itu calon Mama kamu nanti, bukan dia."
"Pa, pliese..."
Putri kecilnya menunduk pelan dan kesedihan terlihat jelas di wajahnya. Efra merasakan nyeri di dadanya setiap kali melihat anaknya murung karena sikapnya. Dan ini jelas hal yang paling dia takuti selama ini. Dia pernah mengalaminya dulu dan kini dia tidak ingin mengalaminya lagi.
"Baiklah, nanti Papa sendiri yang akan mengantarmu pada Mamamu itu. So now Daddy's little princess had to smile." ucap Efra pada anaknya. Ia sedikit ragu saat mengatakan ingin mengantarkannya pada wanita itu. Sedangkan dia sendiri tidak tahu menahu dimana tempat tinggalnya. Ah ya, sepertinya ia melupakan sesuatu.
"Really, Pa?" tanya Felicia antusias dan berjinjit untuk mencium pipi Efra yang sudah membungkukan badannya. Efra mengangguk sebagai jawaban. "Makasih ya, Pa. Really love you..."
Efra terkekeh pelan, "Love you too, sayang..."
Senyum Felicia mengembang dengan sempurna mendengar Papanya sendiri yang akan mengantarkannya langsung untuk bertemu dengan Mama An-nya. Mata bulatnya mengecil dan berubah bentuk menjadi bola sabit. Hal yang sangat disukai oleh Efra setiap melihat kebahagiaan di mata putrinya.
"Oke, kalau begitu Papa pergi kerja dulu ya. Felly sekolah yang baik." Efra menegakkan badannya kembali dan tersenyum.
Felicia mengangguk antusias, "Sampai ketemu nanti Pa."
Efra mengangguk lalu melihat putri kecilnya yang berlari memasuki halaman sekolahnya dengan begitu riang.
##
"Jadi, siapa wanita itu?" tanya Efra tidak sabar kepada bawahannya yang ditugaskan untuk menyelidiki wanita asing yang selalu menghantui putri kecilnya. Efra sangat geram tiap hari Felicia merecokinya dengan nama perempuan itu.
"Dia putri bungsu dari Mr. Danudayaksa, Tuan. Usianya 23 tahun. Dan dia juga baru saja lulus kuliah tahun ini. Menurut hasil laporan yang saya selidiki, gadis itu tengah dijodohkan dengan....."
Efra sudah tidak lagi mendengarkan laporan dari bawahannya mengenai wanita itu lagi. Yang ia pikirkan saat ini adalah bagaimana bisa ia kembali berhubungan dengan orang itu.
Lalu Efra berkata, "Dia, puteri Danudayaksa?" ulangnya.
"Benar Tuan."
Setelah mengakhiri pencakapannya via telepon dengan salah satu anak buah kepercayaannya, Efra kembali terdiam beberapa saat di kursi kebesarannya. Dia sama sekali tidak berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Pikirannya seketika melayang jauh ke kejadian 7 tahun yang lalu.
Flashback on....
"Anarra, dengarkan penjelasan aku dulu!" Kata Efra muda yang mengejar kekasihnya yang lari karena melihat langsung dirinya dan Adilla.

KAMU SEDANG MEMBACA
ENTANGLED HEARTS
Genç Kız EdebiyatıWarning! About content 21+ Lelah karena terus-terusan dijodohkan oleh eyangnya, Anaya memilih untuk pergi dari rumahnya dan tinggal sendiri di apartemen yang diberikan oleh ayahnya tanpa sepengetahuan sang eyang. Semua fasilitas yang Anaya punya ter...