Haii sorry banget ya aku terlalu lama gantungin cerita ini...heuheuu... biasalah lagi banyak cincong didunia nyata #uhukkkmalahcurhat *eh😨
Happy reading ajalah, semoga masih ada yang nungguin...
_________
"Kamu mau makan apa?" tanya Efra saat melihat gadis bermata bulat keluar dari dalam kamarnya. Gadis itu masih sibuk dengan kain handuk yang membebat rambutnya yang basah. Menggosok-gosokkannya tanpa melihat seorang pria berdiri tegak didepannya dengan pandangan bertanya.
Anaya lupa kalau Efra masih ada di apartementnya.
"Kamu mau saya masakan apa?" ulangnya lagi dengan datar. Kali ini nada pria itu berubah cuek karena ia tidak terima diabaikan oleh siapapun termasuk gadis itu.
"Eh?" Anaya mendongak heran terlihat dari dahinya yang berkerut bingung. Benar-benar pelupa. "Kamu? kok ada di sini?" tanyanya setengah heran. Perasaan tadi dia sendirian di apartementnya dan kenapa tiba-tiba mendadak ada seorang pria aneh di depannya. Apa dia melupakan sesuatu?
"Memangnya siapa lagi yang menggendongmu sampai ke sini kalau bukan saya? apa karena setelah mandi... otakmu yang kecil itu mendadak berubah menjadi sangat tumpul, hm?" ujarnya dengan nada sarkastik. Ck, pria arogant ini kalau bicara sama sekali tidak dipikir dulu. Benar-benar menyebalkan!
Anaya tampak berpikir sejenak dan tak lama kemudian dia nyengir tak bersalah. Ah benar, ternyata dia melupakannya.
"Maaf aku benar-benar lupa," sahutnya sedikit tidak enak. "Memangnya kau bisa memasak, heh? kenapa kau bertanya seolah kau ini jago memasak?"
"Kau meragukan kemampuanku?"
"Tidak juga," sahutnya dengan cepat. Takut pria di depannya berubah pikiran dan tidak jadi membuatkan makanan untuknya. Sampai itu terjadi, Anaya tidak akan memaafkan dirinya sendiri karena saat ini dia benar-benar sangat lapar.
Dia butuh makan sekarang juga. Karena seharian ini perutnya sama sekali belum terisi makanan.
Jangankan untuk memasak untuk dirinya sendiri, melangkahkan kaki saja rasanya sangat sulit. Kebetulan sekali ada seorang malaikat bermulut tajam yang mau berbaik hati menawarinya membuatkan makanan. Jarang-jarang lho dia diperlakukan seperti itu oleh kekasihnya sendiri. Itu hanya berlaku di dalam mimpinya saja.
"Baiklah-baiklah, apa saja yang bisa kau masak. Aku pasti akan memakannya." katanya dengan percaya diri terdengar seperti kartun anak kecil yang tinggal bersama beruang raksasa yang baik hati. Astaga! kenapa Anaya membayangkan pria tampan itu seperti beruang raksasa, ya?
Melihat gadis di depannya tengah senyum-senyum sendiri membuat pria itu menaikan sebelah alisnya heran, "Kenapa?" tanyanya dengan datar.
"Tidak ada." sahutnya ceria. "Ayo... katanya mau membuatkanku makanan? aku sangat lapar." lanjutnya tanpa tau malu. Anaya tidak peduli dengan siapa dia berbicara. Kalaupun dia tau siapa Efra yang sebenarnya, mungkin sikapnya tidak akan sehumble ini pada pria itu.
Biarlah hanya Tuhan yang tahu kemana mereka akan melangkah. Hanya sang takdir Tuhan lah yang akan membawa mereka berdua berjalan sampai dimana mereka akan melangkah.
.
.
.
.
"Lho? perasaan tadi aku gak ada belanja apapun deh, kenapa tiba-tiba ada banyak belanjaan di atas meja pantry, ya? siapa yang belanja? tidak mungkin omanya, kan?" gumam Anaya tidak sadar menyuarakan isi hatinya. Tapi mungkin karena kelewat bingung sampai-sampai gumamannya bisa di dengar oleh orang yang ada di depannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/93736088-288-k874355.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ENTANGLED HEARTS
ChickLitWarning! About content 21+ Lelah karena terus-terusan dijodohkan oleh eyangnya, Anaya memilih untuk pergi dari rumahnya dan tinggal sendiri di apartemen yang diberikan oleh ayahnya tanpa sepengetahuan sang eyang. Semua fasilitas yang Anaya punya ter...