40. Merindukanmu

1.8K 148 10
                                    

"Oh Astaga! Tangan anda terluka, Nona..." ujar seorang suster histeris ketika ia baru saja masuk ke dalam kamar rawat Efra. Sang suster terkejut mendapati pergelangan tangan seorang wanita cantik terlihat mengeluarkan darah segar dan wanita itu hanya diam saja.

Dilihat dari ekspresinya, sepertinya wanita sengaja melakukannya...

Suster Lyla sedikit berlari menghampiri Fiandra setelah meletakan parcel buah di atas nakas dengan terburu-buru. "Anda bisa kehabisan darah Nona... Jika anda tidak segera mendapatkan pertolongan." Ucap suster Lyla berniat meraih tangan Fiandra untuk menolongnya dan tanpa di duga Fiandra menghempaskan tangan suster Lyla dengan tiba-tiba.

Fiandra mundur beberapa langkah menjauhi suster Lyla. "Biarin aja suster! Aku lebih memilih untuk mati sekarang daripada melihat dia bersama dengan perempuan tidak tahu diri itu!" Ucapnya dengan nada tinggi. Sedetik kemudian Fiandra terlihat meringis nyeri merasakan sengatan perih di pergelangan tangannya yang sengaja ia iris dengan pisau buah.

Tadi itu sebenarnya hanya gerakan reflek saja, karena terbawa emosi akhirnya dengan tidak sengaja Fiandra melukai dirinya sendiri mengiris tangannya dengan pisau.

"Tapi Nona..."

"Menjauhlah suster! Apa kau tidak mendengar ucapanku barusan?!" Bentaknya sambil berusaha menahan nyeri hebat di tangannya. Oh rupanya dia terlalu dalam mengiris pergelangan tangannya sehingga rasa kebas bercampur nyeri tidak bisa ia hindari. Rasanya sungguh sakit. Tapi apa boleh buat, dia sudah berani mengambil resiko ekstrim dengan cara melukai dirinya sendiri dan sekarang ia tidak bisa lagi mundur.

Efra harus mempertanggung jawabkan semua ini karena sikapnya yang sangat tidak adil padanya. Semua ini tidak akan terjadi jika saja Efra mau menuruti keinginannya. Kemudian Fiandra berbalik kembali menatap Efra dengan sengit.

"Apa sekarang kau sudah puas melihatku sekarat di depanmu, Fra?" Kata Fiandra lemah yang sudah terlihat pucat karena pendarahan di tangannya yang belum juga berhenti. Lengan tangannya terus mengeluarkan darah segar yang mengalir pelan menuruni sela-sela jarinya kemudian jatuh berceceran di atas lantai.

Suster Lyla yang bermaksud ingin menolongnya hanya bisa menelan salivanya syok lalu ia beralih menatap Efra meminta bantuan.

"Aku... Aku hanya ingin kamu, Fra... aku gak mau yang lain..." gumam Fiandra yang sudah mulai oleng kehilangan kesadarannya. Wanita itu jatuh terduduk lemas dan masih berusaha menjaga kesadarannya agar tetap terjaga.

Efra yang tenaganya masih belum pulih sepenuhnya, mengurut pelipisnya kasar sambil memejamkan mata sejenak. Setelah membuka matanya kembali ia dengan tegas berkata kepada Fiandra. "Fiandra dengar! Saya sama sekali tidak mencintai kamu. Kenapa kamu masih belum mengerti juga!" Tegasnya dengan ekspresi dingin.

Tulang lengan Efra yang masih belum sembuh sepenuhnya membuatnya harus terus berbaring dan dokter tidak mengijinkan untuk berdiri dari tempat tidurnya.

Fiandra yang hampir tidak sadarkan diri tidak bisa mendengar kata-kata Efra.

Kemudian tatapan Efra beralih pada suster Lyla yang berdiri tidak jauh dari Fiandra. "Apa yang anda tunggu suster! Cepat panggilkan dokter sekarang!"

***

Setengah jam kemudian...

"Permisi Pak... ada apa Bapak memanggil saya?" Tanya suster Lyla gugup begitu ia masuk ke dalam kamar rawat Efra. Perempuan itu bertanya-tanya dalam hati saat salah satu rekan kerjanya beberapa menit yang lalu menitipkan pesan untuknya agar setelah ia selesai membantu Fiandra ia bisa segera datang kembali ke kamar VIP di mana wanita cantik itu melakukan atraksi gilanya di depan kekasihnya... mungkin.

"Saya hanya ingin bertanya pada anda suster... Lyla," ujar Efra terhenti sesaat melirik nametext yang tersemat di baju suster Lyla."...Apa selama saya dirawat di sini anda pernah melihat seorang perempuan berambut sebahu ... Mengunjungi saya?" Ujarnya.

Suster Lyla terlihat berpikir sejenak, tak lama kemudian senyumnya terbit di bibirnya yang tipis. "Ng... apa maksud anda Nona yang baru saja menitipkan parcel buah pada saya setengah jam lalu?" Jawabnya sedikit ragu. Apa mungkin perempuan itu yang dimaksud pasien pria tampan ini? seingatnya perempuan cantik yang menitipkan buah padanya tadi juga mempunyai potongan rambut sebahu.

Efra menaikan alisnya tidak mengerti. Lalu ia bertanya pada suster Lyla. "Menitipkan buah apa?"

Suster Lyla tersenyum kaku, ekspresinya terlihat bersalah. "Maaf Pak... karena tadi saya terburu-buru sehingga saya meletakannya sembarang di atas nakas meja di samping Bapak. Sekali lagi maafkan saya... karena saya tidak memberi tahu Bapak terlebih dahulu soal titipan dari teman Bapak."

Mendengar penjelasan suster Lyla mau tidak mau pandangannya beralih pada nakas samping tempat tidurnya. Dan di sana sebuah parcel buah yang tersusun dengan rapi dalam bungkusan plastik berlogo fruit tergeletak begitu saja.

Tak sadar sudut bibirnya tertarik ke atas berusaha menyembunyikan perasaan leganya. Rupanya dia masih memperdulikannya setelah kejadian waktu itu. "Kenapa dia tidak memberikannya secara langsung pada saya, suster?"

"Nona itu hanya berpesan pada saya, katanya dia sedang terburu-buru, jadi dia tidak bisa memberikannya langsung pada Bapak."

"Begitu ya?"

"Benar Pak."

"Baiklah. Terimakasih suster..."

Setelah kepergian suster Lyla, Efra hanya bisa mendesah lega. Bagaimana bisa otak dan logikanya kembali berperang di dalam kepalanya. Disatu sisi ia ingin menjauhi Anaya karena tidak ingin kebodohan dimasa lalu terulang kembali kepadanya. Anggap saja dia pengecut. YA, Dia memang pengecut tapi itu dulu sebelum adanya Felicia putri kecilnya yang lucu.

Disisi lain, entah perasaan dari mana bisa-bisanya dia begitu sangat merindukan sosok galak perempuan yang akhir-akhir ini selalu mengisi hari-harinya. Dialah Anaya. Adik kandung wanita cantik yang sangat dia cintai di masa lalu.

Lantas perasaan apa ini yang dialaminya terhadap gadis galak itu yang dengan kurang ajarnya perasaan aneh itu tiba-tina menyelusup di sudut hatinya? Bukankah dia masih
mencintai Annaranya? Ya dia memang masih mencintainya. Tapi saat Anaya tidak berada di dekatnya, pria itu semakin merasakan perasaan hampa di dalam dirinya.

Ada apa dengan dirinya? Apa jangan-jangan dia mulai jatuh cinta pada Anaya? Sosok gadis yang terkenal galak, pemarah, tidak sopan dan suka semaunya sendiri. Oh tidaaakk!! Efra tidak mungkin menyukai gadis yang seperti itu. Berbeda jauh dengan sosok Annara yang begitu kalem dan lemah lembut.

Oh ayolah Efra, walaupun Anaya bertingkah suka semaunya sendiri padamu, tapi kamu tidak pernah protes sedikit pun pada sikapnya bukan? Malah kamu sendiri yang selalu bertingkah seenaknya padanya. Apa kamu tidak sadar, huh?

Dan sejak kapan aku mulai menyukai type gadis seperti itu? Seingatku kriteria wanita idamanku masih belum berubah.

Ya sejak pertama kali kamu tidak sengaja bertemu dengannya di perusahaanmu!

Seketika ingatannya melayang pada pertemuan pertamanya dengan gadis manis bercamata bulat yang sama sekali tidak ia duga. Saat itu Anaya sedang terlibat adu mulut dengan petugas resepsionis. Entah apa yang mereka bicarakan Efra tidak tahu yang jelas gadis itu terlihat sangat kesal. Dan karena penasaran akhirnya Efra mendekati gadis cupu itu.

Pada saat itu Anaya yang tengah kesal hanya terpaku saat memandang Efra. Entah apa lagi yang dipikirkan gadis cupu itu ketika melihatnya. Karena gemas, dengan usilnya Efra malah berniat untuk mengerjainya. Dan setahunya itu bukan asli sifatnya untuk peduli dengan orang lain. Efra tidak pernah menyangka karena pertemuannya dengan Anaya hingga menyebabkan hari ini pria itu menjadi uring-uringan sendiri.

"Damn it! Kemana kamu Anaya!" Geramnya dengan nada frustasi. Untung saja di ruangan ini, hanya dia sendiri.

Oh apa dia lupa mengatakan kalau ia begitu merindukan sosok galak itu??

T
B
C.
_________

Hai sorry gue telat apdet ya haha keasikan membaca jadi lupa sama anak gue sendiri hufhuff...😢
Jangan lupa komentarnya yaa...see you next capt...

Love

13junie2017

ENTANGLED HEARTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang