2. Jadi mama, ya?

4.3K 295 0
                                    

"Tante mau gak jadi Mama fely?"

Oh my? jadi mama? oh No!

Untung saja Anaya sedang tidak meminum sesuatu, andai saja dia sedang meminum mungkin saat ini dia sedang tersedak oleh minuman itu. Mimpi apa dia semalam hingga pagi-pagi begini ada yang memintanya untuk menjadi Mama. Luar biasa sekali.

Anaya berusaha terlihat biasa saja didepan gadis kecil itu, walaupun dari dalam hatinya dia merasa aneh tapi dia berusaha untuk menjaga perasaan sang bocah manis itu agar tidak mudah tersinggung.

Walau bagaimanapun anak kecil sikapnya lebih sensitif dibandingkan dengan perasaan orang dewasa seperti dirinya. Menenangkannya saja, Anaya merasa cukup kewalahan pada saat diawal, apalagi jika gadis kecil itu mulai menangis lagi. Ah entah apa yang akan dilakukannya setelah itu.

"Adik kecil kok ngomongnya begitu? Fely kan masih punya Mama yang selalu sayang sama Fely." ujarnya sambil menangkupkan pipi gembilnya dengan kedua tangannya.

Gadis kecil itu mulai berkaca-kaca lagi, kembali dipeluknya Anaya dengan sangat erat. "Mama Fely lagi sama Alloh, Tante. Kata Papa, Fely gak boleh nakal. Nanti kalo Fely nakal, Mama Fely jadi sedih..." katanya mulai terisak.

Anaya mulai mengerti kemana arah pembicaraan bocah cilik itu, ternyata ibunya sudah tiada. Dan anak ini sedang merindukannya.
"Cup cup cup, baiklah Sayang. Kamu boleh memanggil Tante, M-A-M-A, tapi. . ." bisik Anaya yang sengaja menggantungkan kalimatnya agar Fely penasaran dengan kelanjutannya. Dan tebakannya benar.

"Tapi apa Tante?" jawabnya seraya melepaskan pelukannya. Fely terlihat semakin lucu saat mengerucutkan bibirnya yang mungil.

"Tapi, kamu gak boleh nangis lagi, promise?" Sekali lagi bibir Anaya kembali tersenyum setelah mengucapkannya. Ditoelnya hidung Fely karena gemas. Jangankan dipanggil Mama, jadi anaknya sendiri aja Anaya mau. Lupakan soal dia pernah mengatakan tidak mau jadi mamanya.

Melihat mata bulatnya saja, Anaya seperti terkena hipnotis. Bocah lucu seperti ini dibiarkan berkeliaran dipinggir jalan. Tuhan... orang tua mana yang tega pada anaknya ini. Awas saja kalau Anaya sampai bertemu dengan orang tua Fely. Anaya akan menceramahinya habis-habisan. Bisa-bisanya membiarkan anaknya sendirian dipinggir jalan, apa dia tidak tahu betapa bahayanya di kota Jakarta.

"Yes, Im promise." ucapnya sangat antusias.

Mau tidak mau Anaya tersenyum melihat Fely kembali ceria. Dihapusnya sisa air mata di pipi chuby anak kecil itu lalu diciumnya dengan sayang.

"Bagaimana kalau Fely ikut Tan- eh Maksudnya Mama ke mobil. Mama janji akan anterin Fely pulang ke rumah Fely. Tapi sebelumnya Fely harus janji dulu sama Mama untuk ceritain semua, kenapa Fely bisa ada pinggir jalan sendirian. Gimana?"

"Iya Mama."

***

ENTANGLED HEARTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang