Yeay ... apdet awal bulan februari...bentar lagi cap go meh...haha... bdw ada yang nungguin cerita ini gak nih? gak ada ya...yasudahlah😩
Happy reading ya,
___________"Mama An, Felicia boleh minta satu hal gak sama Mama?"
"Boleh sayang. Apa sih yang gak boleh buat Fely." jawab Anaya enteng tanpa pikir panjang.
Felicia tampak antusias mendengar jawaban Anaya. "Bener, Ma?" ucapnya kembali memastikan.
Wanita ayu itu hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Mama An mau gak tinggal di rumah Fely?" tanya gadis kecil itu polos tanpa dosa. "Kata temen sekolah Fely, Mama yang baik itu harusnya tinggalnya gak berjauhan sama anaknya, Ma. Mama mau kan?" katanya sambil memandang Anaya penuh harap.
Dan di sinilah sekarang Anaya berada, berdiri canggung di dalam kamar besar milik Felicia. Setelah dua puluh menit lamanya ia membacakan dongeng tentang kisah anak si patung naga yang malang, akhirnya gadis cilik itu tertidur pulas setelahnya.
Anaya menghela nafas lega, ternyata tidak mudah ya menidurkan anak kecil. Ia harus rela membacakan dongeng sampai suaranya serak hanya agar sang gadis kecilnya ini bisa cepat tertidur. Jika belum tertidur, maka Anaya akan membacakan ulang kisah cerita yang ada di dalam buku dongeng itu sampai mata bulat indah Felicia menutup dengan sempurna.
Anaya jadi membayangkan sendiri bagaimana rasanya jika dia yang menjadi ibu sungguhan untuk Felicia. Ah... pasti rasanya sangat menyenangkan, pikirnya dalam hati.
Karena bingung ingin melakukan apa lagi, akhirnya Anaya memutuskan untuk keluar dari kamar Felicia. Tidak mungkin juga kan dirinya ikut tidur di kamar yang sama bersama bocah kecil itu. Secara dirinya bukan lah siapa-siapa di rumah ini.
##
Keadaan di luar kamar ternyata sangat remang bahkan mendekati kata gelap. Hanya menyisakan lampu tidur yang menyala di setiap ujung ruangan. Mungkin saja penghuni di rumah besar ini sudah pada tidur semua. Ckck, menyebalkan sekali. Begitukah cara mereka menyambut seorang tamu? ditinggal begitu saja seperti seorang yang tidak penting. Yeah, walau kenyataannya Anaya bisa dikatakan memang tamu yang tidak penting, tapi kan tidak harus begitu juga, 'kan?
Ini namanya penghinaan besar! gerutunya kesal dalam hati.
Lalu Anaya mengecek jam di pergelangan tangannya. Membulatkan matanya tak percaya, sudah jam 11 malam? dan itu artinya dia sudah berada di rumah ini selama 7 jam? oh astaga!
Lalu bagaimana caranya dia bisa pulang ke apartementnya, ini sudah larut malam sekali. Anaya yakin pasti sudah tidak ada taksi yang berseliweran di luar sana. Kalaupun ada, itu juga tidak akan menjamin keselamatannya.
Hei! dia ini wanita dan apa yang akan dilakukan mereka pada seorang wanita cantik seperti dirinya di tengah malam? tidak menutup kemungkinan mereka akan.... ah sudahlah, kalian pasti sudah tau apa yang ada di dalam pikiran gadis itu.
Tak mau memikirkan apapun, Anaya berjalan gontai menuruni tiap anak tangga seraya menahan kantuk yang sedari tadi menyerangnya. Pandangannya pun sedikit mengabur karena hawa kantuk yang menyerang indera penglihatannya itu, tapi Anaya berusaha tetap fokus berjalan menuruni anak tangga. Jangan sampai ia terjatuh di saat seperti ini, ini sungguh memalukan, bukan?
Setelah sampai di lantai bawah, pandangan seketika langsung tertuju pada sofa besar yang tergeletak di ujung ruangan. Sepertinya merebahkan diri sebentar di sofa besar itu ide yang bagus pikirnya tersenyum dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENTANGLED HEARTS
ChickLitWarning! About content 21+ Lelah karena terus-terusan dijodohkan oleh eyangnya, Anaya memilih untuk pergi dari rumahnya dan tinggal sendiri di apartemen yang diberikan oleh ayahnya tanpa sepengetahuan sang eyang. Semua fasilitas yang Anaya punya ter...