26. A kiss

3.6K 191 11
                                    

Happy reading!
_______

Prana bolak balik mengecek ponselnya yang masih tidak ada tanda-tanda notifikasi pesan dari si gadis yang menelponnya beberapa menit yang lalu yang menyuruh pemuda itu untuk menunggunya saja di parkiran hotel. Tapi sudah 20 menit berlalu, gadis itu masih tidak juga muncul di tempat yang ia janjikan.

Sekarang ponsel Anaya malah tidak aktif. "Oh shit!" makinya tidak sabar.

Gusar. Itulah yang saat ini Prana rasakan. "Anaya kamu kemana, sih?!" ujarnya yang masih berusaha menghubungi ponsel Anaya, tapi panggilannya berujung dengan suara mbak operator yang mengatakan kalau nomer yang dituju sedang tidak aktif.

Tidak hilang akal, Prana langsung menghubungi anak buahnya yang berjaga beberapa kilometer dari tempat diadakannya acara ."Cepat cari gadis yang tadi datang bersamaku! dan pastikan dia harus segera ditemukan malam ini juga!" titahnya yang terdengar tidak bisa menerima kegagalan.

"Baik tuan. Akan segera kami laksanakan." jawabnya tegas.

Dan panggilan langsung diputuskan oleh Prana. Pemuda itu tidak henti-hentinya mengumpat kasar karena bisa-bisanya ia kecolongan gadisnya. Padahal ini masih satu lingkup pengawasannya dan dia tidak tau kemana perginya si gadis.

"Benar-benar bodoh!" makinya geram sambil mengepalkan tangan kanannya dan langsung melampiaskannya pada tembok dinding yang tidak bersalah yang berada tidak jauh dari hadapannya.

Duagh! Darah segar langsung merembes keluar di punggung tangannya yang terluka akibat pukulannya. Sakit! tapi itu sama sekali tidak Prana rasakan saat ini. Prana malah mengabaikan rasa sakit di punggung tangannya yang berdarah.

"Dia tidak mungkin kabur dariku, kan? Aku sangat yakin sekali untuk itu. Kalaupun dia kabur, aku pasti dengan mudah melihatnya dari sini. Lagipula hotel ini hanya memiliki satu pintu akses keluar. Pasti ada orang lain yang membawanya pergi tanpa sepengetahuanku. Dan apa motif orang itu menculik Anaya? tidak mungkin dia...

"Ya Tuhan! apa yang aku pikirkan... gadis selugu dia tidak mungkin mempunyai musuh. Argh! sialan..."

**

Di waktu yang sama tetapi di tempat yang berbeda...

"Apa sih mau kamu?!" teriak Anaya muak karena merasa tengah dipermainkan oleh pria aneh yang tiba-tiba membawanya pergi dari gedung hotel tempat diadakannya acara dan berakhir di apartement Efra.

Bukannya pria itu tadi tengah sibuk bercumbu mesra dengan tunangannya di kamar hotel dan kenapa sekarang dia malah menyekapnya di kamar apartemen milik pria itu.

"Saya bisa jelasin sama kamu." Efra membuka suara. Mata kelamnya menyorot Anaya tajam.

"Jelasin apa?"

"Soal saya yang kamu lihat di-"

Anaya tidak membiarkan Efra menyelesaikan kalimatnya, dia langsung memotongnya dan berkata, "Oh, yang itu? as long as you know, ya... kamu tidak perlu repot-repot untuk jelasin semua ke aku alasan kenapa kamu lagi di kamar hotel sama tunangan kamu. Pertama, aku gak peduli. Dan yang kedua, itu bukan urusanku." katanya dengan tegas.

"Dia bukan lagi tunangan saya." jelasnya tanpa diminta.

Anaya mendengus sinis, "Bukan tunangan tapi kok lagi di kamar hotel. Heii ... kamu gak sakit, kan?" sindirnya mengejek.

"Saya dijebak."

"Oh, ya? dan kamu pikir aku percaya sama kata-kata kamu?" ejeknya lagi.

"Saya serius. Ternyata Fiandra yang mencampurkan obat perangsang ke dalam minuman yang dia berikan padaku beberapa menit sebelum dia pergi dan tidak lama kemudian dia tiba-tiba menelponku mengatakan kalau ada orang jahat yang menculiknya dan menyekapnya di dalam sebuah kamar hotel."

ENTANGLED HEARTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang