7. Dilamar, huh?

3.7K 297 1
                                        

"Mana felynya, Si? kok dari tadi aku gak ada liat dia?" tanya Anaya bingung setelah 10 menit lamanya berkeliling di rumah itu tapi ia sama sekali tidak mendapati bocah kecil yang tengah dicarinya itu ada.

Anaya menyenderkan tubuhnya ke dinding depan kamar yang menghadap ke arah kolam renang. "Mungkin non Felicia lagi di kamar tuan besar kali Mbak, sebentar ya saya panggilkan." ujar Sisi pelan kemudian menghilang dibalik tangga yang berbentuk melingkar khas bangunan rumah elit yang dinaikinya.

Tidak butuh waktu lama untuk menunggu munculnya bocah imut dari lantai atas saja suara lengkingan anak itu sudah terdengar membahana memenuhi seisi ruangan tempat Anaya berada. Untung saja telinganya sedang tidak bermasalah, andai saja sedang bermasalah ah mungkin dia sudah jadi tuli sekarang ini.

"MAMAAAAAAA!!!!" teriaknya sambil terus berlari tak sabar ingin memeluk seseorang yang sangat ingin ditemuinya.

Sisi hanya bisa meringis kikuk saat bocah asuhannya berteriak histeris memanggil wanita muda yang disebut 'Mamanya'. "Non Felicia jangan lari-lari Non, nanti jatuh." ujarnya seraya mengejar anak asuhnya yang tengah berlari tanpa mau mempedulikan ucapannya.

Felicia yang sangat senang mendengar kalau saat ini Mamanya ada di lantai bawah, saat itu juga dirinya langsung berlari dari kamar Ayahnya menuju dimana Anaya berada. Felicia tidak mempedulikan lagi teriakan Ayahnya yang memperingatinya agar tidak usah berlari.  Tapi namanya juga anak kecil semakin dilarang maka semakin dilakukannya.

Sesampainya di lantai bawah, bocah cilik yang rambutnya diikat kucir kuda itu tak sabar langsung memeluk Anaya dengan erat. "Ma-ma Fely kangennn..." gumamnya sambil menangis sesenggukan. Mungkin Sudah jadi kebiasaan Felicia setiap kali bertemu dengan dirinya pasti anak itu akan selalu menangis, batin Anaya heran.

"Iya sayang, Mama juga kangen banget sama kamu?"

Seketika Felicia langsung melepaskan pelukannya dan menatap Anaya dengan bibir cemberut, "Mama bohong! kalo Mama kangen sama Fely, Mama pasti udah dari kemarin nengokin Fely." ujarnya merajuk dan langsung memunggungi Anaya.

Anaya yang tak enak dengan Felicia kembali meraih gadis cilik yang tengah merajuk padanya itu dan memeluknya. "Tan- eh, maksudnya Mam-ma ... bukannya gak sayang sama kamu Sayang, kemaren kan Mama lagi sibuk. Jadi, baru hari ini mama sempat ngunjungin Felynya." katanya mencoba menjelaskan alasannya kenapa ia tidak bisa datang kembali ke rumah bocah itu.

Sebeneranya bukan hanya itu saja alasannya kenapa Anaya tidak bisa bermain ke rumah Felicia untuk melihat bocah unyunya. Ada alasan lain yang membuat dirinya begitu terlihat sibuk akhir-akhir ini. Melupakan pria menyebalkan itu, em... salah satu alasannya.

Felicia masih saja merajuk sampai suara berat seorang pria menginterupsi kegiatan mereka, "Siapa yang datang Si?" tanya Efra kepada pengasuh anaknya.

Mendengar suaranya, Anaya buru-buru melepaskan pelukannya pada Felicia. Sepertinya ia mengenal suara bariton pria itu. Saat ia menoleh kebelakang, matanya seketika melebar dengan sendirinya. Oh ya Tuhan, kenapa dunia ini sempit sekali sih? gerutunya dalam hati.

Disaat Anaya ingin sekali melupakan pria mesum didepannya ini, kenapa takdir malah mempertemukan mereka berdua kembali di saat waktu yang tidak tepat? sial, mimpi apa dia semalam!

Anaya seketika berdiri dan berpura-pura cuek menatap pria tampan yang baru ditemuinya 2 kali ini. "Sepertinya kita berjodoh nona," ujar Efra dengan senyum smirk andalannya. Dia berjalan kearah wanita itu berniat ingin mengambil putri ciliknya yang terdiam melihat Ayah dan seseorang yang sudah dianggapnya sebagai ganti mamanya sedang terlihat tegang satu sama lain.

Anaya mendelik dan mendecih tidak suka, "Bukan berjodoh, tapi hanya kebetulan mampir kesini saja." Koreksinya tak terima disebut berjodoh dengan pria itu. Bah! apa-apaan pria itu sih. Menyebut dirinya berjodoh, bahkan Anaya saja baru bertemu dua kali dengannya.

Efra hanya mengendikkan bahunya tak acuh seraya melewati wanita itu, "Apa kau ingin mempunyai Mama baru Sayang?" tanyanya kepada Felicia tanpa memperdulikan wanita asing yang masih berada satu ruangan dengannya saat ini. Anaya sudah siap ingin mencekik leher pria itu tapi kembali diurungkan niatnya karena masih ada anak kecil sedang bersamanya.

Ditanya seperti itu membuat  sang gadis cilik itu tersenyum dengan lebar, "Yes, Papa." jawabnya dengan sangat antusias.

Efra kembali menyeringai, "Wah, sepertinya kau memang ditakdirkan untuk menjadi Mama untuknya, nona manis. Bersiaplah, besok malam aku akan melamarmu." katanya santai sambil menurunkan anaknya dan juga dirinya untuk duduk di sofa ruang keluarga. Efra tersenyum saat ia melihat wanita yang sengaja digodanya, wajahnya kini terlihat memerah seperti kepiting rebus entah karena menahan malu atau karena emosi. Tapi sungguh di mata Efra wanita itu terlihat sangat menggemaskan.

Apa katanya? ingin melamar? what the hell!  beginikah cara pria itu melamar seorang gadis yang baru saja dikenalnya! tidak romantis sama sekali gumamnya dengan sebal. Lagian andaikata ia beneran dilamar Anaya tidak akan sudi menerima pinangan dari pria yang tidak romantis.

"Dalam mimpimu, Tuan!" ujarnya ketus sambil berlalu begitu saja dari hadapannya tanpa mau menoleh sama sekali pada Felicia. Saat langkahnya sudah sedikit agak menjauh dari Efra, Anaya kembali berbalik dan mendekati Efra lagi yang tengah memangku putrinya. Anaya jadi terlihat salah tingkah di mata Efra, hal itu tidak luput dari pandangan Efra.

"Em, Fely ... Tante pamit dulu ya? ada siluman badak yang mengganggu acara kita. Lain kali kita bertemu lagi," katanya sambil mengelus pipi chuby Felicia. Anaya sengaja tidak menyebut dirinya 'Mama' karena ada Ayah dari bocah itu ada didepannya.

Untung saja Felicia adalah anak yang pintar, tau saja susasana hati Mamanya sedang tidak baik perkara kehadiran Ayahnya yang tiba-tiba muncul dan mengganggu acara mereka. Belum juga kangennya terobati tapi Mamanya sudah harus pergi.

"Yes Mom. Be careful. I Love you."  Katanya dengan raut wajah sedih.

"Love you too, sayang."

Setelah kepergian Anaya, Felicia langsung turun dari pangkuan Ayahnya yang memandangnya dengan bingung, "Kenapa sayang?"

"Papa jahat. Gara-gara Papa, Mama jadi pergi!" teriaknya dengan kesal seraya berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

Efra kembali mengerutkan dahinya tidak mengerti dengan tingkah putri kecilnya itu, perasaan dia tadi tidak melakukan kesalahan apapun. Dia hanya menggoda wanita ayu itu dan wanita itu marah karena Efra yang mencoba untuk melamarnya. Lalu apa yang salah? pikirnya dalam hati.

Anaknya benar-benar. Mungkin saja Felicia sudah teracuni oleh wanita asing yang ditemuinya di kantornya waktu itu.  Ini tidak bisa dibiarkan, ia harus melakukan sesuatu atau anaknya akan semakin merepotkan dirinya karena wanita itu. Efra mengambil ponselnya dari saku celananya dan menelpon seseorang. Dia harus mencari tahu siapa wanita itu. Harus.

###

Hai maaf ya lama apdetnya. jarang nulis jadii lelet otaknya buat mikir heuheuuu😭😭
gimana sama cerita inii??? ada yang nungguin gak...*gak ada yaa
Jangan lupa tinggalin vomennya ya...voment kalian sangat membantu kelanjutan cerita aneh ini...

10 januaery 2017.

ENTANGLED HEARTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang