01. Ciuman Pertama

4.5K 91 2
                                    

Seolah telah memeriksa situasi sekeliling, suara langkah kaki itu kembali terdengar. Diikuti dengan suara pintu yang terbuka dan tertutup kembali. Saat itu, barulah Phichyaphakh Batz melepas bibirnya dari bibir NaeNae Sutthata. Cegukan Nae sudah menghilang. Nae mengepalkan kedua tangannya, khawatir suara detak jantungnya yang begitu keras terdengar oleh Batz. Sementara, dalam kegelapan itu, Batz menatap Nae dalam-dalam. Nae yang wajahnya memerah tidak bisa menatap Batz secara langsung.

"ah, se... sekarang...!
Nae baru akan mengajak Batz keluar dari bangunan itu. Namun, Batz hanya menatap Nae yang bicara terbata-bata dan kembali menempelkan bibirnya pada bibir Nae. Seketika itu juga mata Nae terbelalak lebar. Kemudian, ia perlahan menutup matanya. Batz menarik Nae semakin erat kedalam pelukannya dan mencium nya semakin dalam.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu. Satu hal yang bisa disimpulkan adalah bahwa suami pasien itu juga bekerja dirumah sakit ini Phichyaphakh Batz dan NaeNae Sutthata juga tidak bisa langsung keluar dari bangunan itu, karena bisa saja orang itu masih berada di sekitar situ. Setelah Batz melepaskan bibirnya perlahan dari bibir Nae, barulah Nae sadar kembali. Batz kemudian berkata pelan padanya "Mau keluar sekarang?"

Mendengar Batz yang berkata sambil tersenyum, Nae tidak bisa berkata apa-apa dab buru-buru berjalan keluar dari bangunan itu. Ia berjalan jauh di depan Batz sambil mengipasi wajah nya yang memerah dengan tangannya. Ia merasa Batz tersenyum meledeknya sambil berjalan mengikutinya. Ia sengaja mempermainkanku ya? Sengaja ingin melihat bagaimana reaksiku? Apa aku terlalu serius menerima ciumannya itu?

"Mengenai kejadian tadi... " Batz berkata dengan tenang.

"Bagus sekali, " Nae segera berbalik dan memotong perkataannya.

"Hah? " Batz panik. Tetapi Nae tidak memedulikan reaksinya itu.

"Orang lain juga pasti berbuat seperti itu. Karena tadi itu kondisi darurat. "

"Ko, kondisi darurat? Pertolongan pertama maksudmu...? "

Batz semakin panik. Sial, jadi bukan itu maksudnya? Kenapa dia tambah panik seperti itu? Nae kemudian teringat kembali saat ia latihan CPR dengan Batz, saat ia menolak memberikan napas buatan pada naomi karena tidak mau ciuman tidak langsung dengan Batz yang sudah lebih dulu menempelkan bibirnya pada boneka itu. Kemudian, bibir Batz kembali terlihat jelas di matanya. Kenapa aku tidak bisa tenang seperti ini sih? Apa karena orang itu sudah terlalu biasa berciuman? Nae malu karena sikapnya sepertinya terlalu kampungan. Nae tidak bisa berkata apa-apa lagi dan melanjutkan langkahnya sambil menyesali sikapnya tadi. Batz yang terlihat seolah akan mengatakan sesuatu juga hanya terdiam mengikutinya. Seharusnya, salah satu di antara mereka mengatakan sesuatu. Tetapi keduanya hanya terdiam, tidak tahu harus berkata apa.

Sesampai di tempat parkir, Nae menoleh pada Batz dengan canggung dan berkata, "Ya sudah, aku pulang dulu. " Nae buru-buru membungkuk 90 derajat padanya dan berbalik meninggalkannya. "Yang pertama itu mungkin memang pertolongan pertama. Tapi, aku tidak yakin dengan yang kedua, "Batz berkata di belakang Nae. Sial. Kenapa sih dia tidak langsung pergi saja? Nae mengerutkan alisnya, namun ia tidak berani berbalik dan menatap Batz.

"Sepertinya kau tidak ingin membicarakan hal ini saat ini. Sampai bertemu besok. " Kemudian terdengar suara pintu mobil yang tertutup. Barulah Nae berani melirik ke arah Batz. Batz yang duduk di kursi kemudi tersenyum pada Nae. Apa maksudnya? Ia menyuruhku untuk 'enjoy' saja dengan kejadian hari ini? Atau benar-benar mengajakku membicarakan hal ini besok?

Batz tidak memedulikan perasaan Nae yang campur aduk dan mengemudikan mobilnya keluar dari tempat parkir rumah sakit. Yang pasti, laki-laki itu memang player. Nae merasa di permainkan.

Falling In Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang