10.

765 19 0
                                    

Beberapa hari berlalu. Nae hampir tidak memercayai apa yang ada di depan matanya saat ia berangkat ke rumah sakit pagi itu. Aom sedang berlutut di depan ibu mertua pasien yang ia operasi kemarin, di depan ibu mertua yang kemarin memaki-makinya.

"Memangnya kalau kau minta maaf seperti ini sekarang, anak itu bisa hidup lagi? Cepat bangun. Memangnya masalah ini bisa di selesaikan seperti ini saja?" Gadis paruh baya itu menuding Aom dan berteriak padanya.

Nae tanpa sadar mengepalkan tangan nya geram. Aom memang bersalah karena telah membuat anak itu meninggal, tetapi ibu mertua pasien itu pun sebenarnya juga salah.

Ia seharusnya tidak boleh memaksa dokter untuk melahirkan anak itu dengan paksa, bahkan sampai terus menekankan tentang 'anak laki-laki', 'orang pintar'. Selain itu, ia pun tidak terlalu peduli dengan ibu dari bayi itu yang masih terkapar lemas dan bayinya yang meninggal.

Orang itu hanya memedulikan uang kompensasi dari rumah sakit. Orang-orang mengerumuni mereka, tetapi tidak ada yang berani melerai. Nam yang berjaga sejak semalam di rumah sakit terlihat sibuk merekam adegan itu dengan kameranya.

"Maafkan saya. Biar biaya operasi dan uang kompensasinya saya...."

Aom yang menundukkan kepalanya itu terlihat seperti seorang berdosa yang memohon-mohon ampun dengan menyedihkan.

"Sudahlah! Aku tidak butuh! Cepat kembalikan cucuku itu! Baru aku bisa memanfaatkanmu. Kalau tidak, aku tidak akan bisa memaafkanmu. Mengerti kau?"

Apa jadinya bila ia tahu bahwa ia tidak bisa menuntut rumah sakit? Ibu mertua itu marah luar biasa pada Aom, tidak peduli dengan orang-orang yang memperhatikan di sekelilingnya. Sejak kapan ia peduli terhadap cucunya itu? Nae menatap tidak percaya mendengar ucapan ibu mertua itu.

Lalu, ia segera melihat ke sekitarnya. Di kejauhan, tampak Batz sedang berdiri menatap Aom dengan tatapan kasihan.

Falling In Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang