25.

460 12 0
                                    

"Ya tuhan..." Nae merasa kasihan dengan hidup neneknya yang begitu menderita.

"Hari itu, aku benar-benar tidak bisa tidur. Aku terus berdoa, semoga tidak terdengar suara pintu pagar yang terbuka tengah malam itu. Tapi, suara itu terdengar. Suara pintu yang dibuka dengan sangat hati-hati. Saat aku lihat dari celah pintu, ternyata 'si manis' itu sedang diam-diam membuka pintu gerbang. Aku baru saja hendak mengikutinya tapi anak itu sudah tidak terlihat. Kemudian, aku malah bertemu dengan ibu yang juga keluar dari pintu gerbang itu."

Ayah mengatupkan bibirnya dan menunduk selama beberapa saat, lalu mengangkat kepalanya kembali.

"Entah bagaimana jadinya kalau aku tidak mengawasi mereka saat itu... Aku menangis sambil berlutut di depan ibu. Memohonnya untuk tidak meninggalkan kami. Aku mengajaknya untuk kabur bertiga bersama anak itu juga. Ibu lalu memelukku yang menangis dan ikut menangis... Aku mendengarnya meminta maaf di antara tangisannya dan saat itu aku berpikir bahwa aku harus melepas ibu. Tapi lucunya, di dunia ini rasanya tidak ada yang terjadi sesuai dengan keinginan manusia," Nae mengepalkan kedua tangannya dan menelan air liurnya.

"Tiba-tiba ada kebakaran di lumbung."

Kebakaran? Nae kehabisan kata-kata mendengar cerita ayahnya yang sungguh tidak terduga itu.

"Kebakaran itu membakar seluruh rumah kita dalam sekejap. Untung saja penghuninya selamat. Rumah tua itu habis terbakar dalam sekejap dan kakekmu yang ada di dalam rumah akhirnya meninggal karena kebakaran itu."

Astaga! Jadi, karena kebakaran itu, keluarga mereka hidup miskin sampai saat ini? nae benar-benar tidak percaya rasanya.

"Saat itu, ibu pasti bingung memilih antara anak perempuannya yang menunggu di depan pintu pabrik atau keluarga kami yang baru terkena musibah. Akhirnya, apa boleh buat, ia tetap tinggal bersama kami. Kami menjadi pengemis karena kehilangan ayah kami. Begitu ayah meninggal, orang-orang mulai meremehkan kami. Seluruh harta kami terbakar dan kami tidak punya apa-apa lagi," ayah menghela nafas panjang.

Nae rasanya bisa merasakan perasaan ayahnya yang terpendam dari helaan nafasnya itu. Matanya terasa panas oleh air mata. Ayahnya bahkan tidak lulus SMA dan harus langsung melakukan berbagai pekerjaan kasar. Tiba-tiba  Nae dapat merasakan kepedihan dan kesulitan yang dialami ayahnya selama ini, ayahnya yang sempat berkata bahwa posisinya saat ini sebagai mandor di tempat konstruksi adalah posisi tertinggi yang bisa ia capai sampai saat ini.

"Ketika api padam, aku segera menuju ke depan pabrik itu untuk mencari anak itu, tapi ternyata ia sudah menghilang. Entah kemana... Saat itu aku berpikir kalau kita sudah kehilangan jejak anak itu. Ibu juga sangat menyesal karena telah menyuruh anak itu lari saat itu. Mereka jadi berpisah karena kejadian ini."

Pundak ayah tergantung lemas.

"Tapi, untungnya anak itu membawa uang yang cukup saat itu. Aku melihat ibu memasukkan uang simpanannya kebungkusan anak itu. Aku hanya berharap semoga anak itu bisa bertahan hidup dengan uang itu. Ibu pasti benar-benar merindukan anak perempuannya itu."

Falling In Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang