08.

846 22 0
                                    

"Apa... Tidak apa-apa? " PD Nam menatap Batz dengan khwatir.

"Karena kami tidak ingin menjadi dokter yang tidak bermoral."

Batz tersenyum kaku pada PD Nam. Kemudian ia menatap Nae yang sedang balas menatapnya dari sebelah PD Nam. Seperti ucapan Nae saat itu, ia tidak ingin menjadi dokter yang tidak bermoral dan ia tidak ingin terlihat seperti itu di mata Nae.

"Tapi..." Batz berkata dengan ragu.

"Masalah ini bisa saja semakin parah. Karena pihak keluarga berencana untuk menuntut pihak rumah sakit ini."

"Ah..." PD Nam menyahut seolah ia sudah menduga hal ini.

"Kami sudah berbicara sebentar dengan kepala administrasi rumah sakit dan beliau juga berkata seperti itu."

"Kalau sudah seperti itu, masalah ini bisa semakin panjang. Dan kalau dokumenter ini terus menyoroti masalah ini, mungkin bisa terkesan menimbulkan bias bagi keseluruhan konsep acara ini. Akibatnya...."

"Mereka tidak akan menuntut rumah sakit," Nae memotong percakapan kedua orang itu.

"Dalam hukum, pasti ada pasal yang mengatur tentang definisi dari uang kompensasi itu. Uang kompensasi itu tujuannya bukan untuk memenuhi keinginan material keluarga korban semata, melainkan sebagai bentul bela sungkawa untuk menghibur hati pihak keluarga korban."

"Tapi kan tidak ada yang bisa membuktikan rencana pihak keluarga korban itu..." Batz berkata dengan putus asa. Meskipun mereka bersikeras mengatakan telah mendengar percakapan keluarga pasien itu, sepertinya sulit ada orang yang akan percaya.

"Ada."

Nae mengeluarkan sebuah Mp3 dari sakunya. Batz menatap benda itu dan Nae secara bergantian.

Kemudian PD Nam berkata, "Barusan Nae sudah menunjukkan isi rekaman itu padaku. Kalau kita memperlihatkan rekaman ini pada anggota keluarga itu, sepertinya mereka tidak akan berani berbuat macam-macam lagi. Aku baru saja hendak pergi menunjukkan rekaman ini pada mereka. Kalaupun mereka tetap menuntut, rekaman ini bisa jadi sangat berguna."

PD Nam menatap Nae dengan puas. Sementara          Batz hanya menahan napas dan memandang ke arah Nae selama ia mendengarkan penjelasan PD Nam. Ia tidak menyangka Nae akan merekam semua percakapan itu, di saat dirinya sedang sibuk menahan amarah karena mendengar percakapan itu. Hari ini gadis itu benar-benar terlihat seperti malaikat. Batz terkejut sampai ingin menangis rasanya.

"Aku ini bukan orang yang tidak ada persiapan, lho."

Nae tidak tahu bagaimana harus menanggapi tatapan tajam Batz sehingga ia hanya berkata dengan ketus. Kalau tidak ada PD Nam, mungkin Batz sudah memeluk gadis itu.

"Terima Kasih. Aku tidak menyangka kau merekam semua percakapan itu," Batz berbisik pelan kepada Nae saat ia dan PD Nam keluar dari ruangannya.

"Mungkin dokter awalnya mengira kalau aku membenci Dokter Aom. Tapi, aku berada di posisi media sehingga harus selalu bersikap netral di situasi apapun."

"Terserahlah apa katamu. Kemarin kau bisa tidur?" Batz menatap Nae sambil tersenyum jahil. Nae melotot kesal.

"Kenapa aku tidak bisa tidur? Memangnya dokter pikir aku terlalu senang karena hal seperti itu sampai tidak bisa tidur, begitu?"

Lagi-lagi reaksinya lebih kuat daripada yang ia duga. Kemarin ia juga merasakan sikap gadis yang tidak terduga ini. Batz menyeringai. Rasanya semua ucapan gadis ini bertolak belakang dengan isi hatinya sesungguhnya.

"Kenapa dokter tidak segera memberitahu Dokter Aom mengenai hal ini? Pasti ia senang sekali."

Nae mengangkat lehernya tinggi-tinggi lalu berbalik meninggalkan Batz. Sebenarnya Batz masih ingin berbicara dengannya, tetapi sepertinya ucapannya itu benar.

Falling In Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang