67.

258 6 0
                                    

"Cepat pindahkan ia ke ruang operasi!" Batz berkata dengan buru-buru. Kim menatap Wine dengan khawatir. Wine menatap Nae dan Batz, lalu menoleh ke Kim dan mengangguk.

"Biar aku yang menandatangani surat operasi nya!" Nae berteriak sambil mengacungkan tangannya. Hanya ini yang bisa ia lakukan saat ini. Wine segera dipindahkan ke ruang operasi, sementara Nae menandatangani surat operasi itu sambil meneteskan air mata.

Nae duduk di ruang tunggu sambil menunggu hasil operasi dengan cemas. Kira-kira satu jam kemudian, pintu ruang operasi tiba-tiba terbuka. Nae terkejut dan segera berdiri dari duduknya.

Seorang dokter dan beberapa perawat dengan baju operasi muncul dan berjalan secepat kilat sambil mendorong inkubator yang di dalamnya terbaring seorang bayi. Nae terkesiap melihatnya dan kakinya bergetar karena cemas. Tiba-tiba Batz muncul dari ruang operasi itu.

"Ada apa?" Nae memegang lengan Batz dan bertanya.

"Anaknya laki-laki. Tapi...." wajahnya terlihat muram.

"Aku agak khawatir, anaknya terkena penyakit jantung bawaan. Harus segera dioperasi."

"Jadi, yang barusan itu..." Nae yang panik tidak bisa melanjutkan ucapannya. Ia hanya menunjuk ke arah dokter dan para perawat yang tadi pergi dan menatap Batz.

"Ia akan baik-baik saja setelah operasi. Sekarang masalahnya adalah transfusi darahnya."

"Kenapa?"

"Golongan darahnya B, bayi itu. Tadi kita sudah bertanya pada bagian persediaan darah, dan mereka bilang dini hari tadi banyak pasien yang operasi karena ada kecelakaan, jadi persediaan darah B nya kurang."

Ya tuhan! Golongan darah Wine dan Nae sama-sama A. Mereka pernah suatu hari 'tertangkap' oleh petugas donor darah dan akhirnya mengecek golongan darah mereka sambil mendonorkan darahnya.

Waktu itu mereka tertawa karena ternyata sama-sama punya golongan darah yang mencerminkan orang yang malu-malu dan pemikir. Berarti, pasti golongan darah Batz adalah B.

"Lalu, apa masalahnya?" Nae masih bisa bernafas lega.

"Golongan darahmu B?" mata Batz bersinar cerah.

"Bukan. Maksudku, kau."

"Apa?" Batz terlonjak kaget.

"Aku kenapa?"

"Kenapa bagaimana? P'Wine kan golongan daranya A, berarti...."

"Apa?"

"Golongan darahmu bukan B?" giliran Nae yang panik dan balik bertanya padanya.

Bukannya seharusnya ia bergolongan darah B, sesuai bagian golongan darah? Aku mempelajari nya seperti itu di sekolah dulu, apa ada bagian golongan darah yang lain?

"Tidak. Golongan darahku O."

Ada sesuatu yang aneh. Nae memiringkan kepalanya heran. Tiba-tiba. Kim keluar dari ruang operasi dengan tergesa-gesa sambil melepas maskernya.

"Kau mau kemana? Wine bagaimana?" Batz yang terkejut segera menangkap tangan Kim.

"Ia sudah mulai menjalankan operasi paru-paru. Aku mau mendonorkan darah. Katanya bayi itu golongan darahnya B."

Kim melepas masker dan baju operasi nya, memberikannya pada Batz dan segera pergi menghilang. Lho, jadi golongan darah orang itu B?

Operasi Wine selesai lebih dulu. Untungnya operasi nya berhasil. Begitu mendengar kabar bahwa bayinya masih dioperasi, Wine yang sudah sadar di kamar rawatnya menangis terisak sambil menutup mukanya yang bengkak dengan tangannya yang masih bengkak juga.

"P'Wine harus menebus kesalahan P' pada anak itu."

"Menebus kesalahan pada anak? Bahasamu aneh sekali."

Wine menyeka hidungnya dengan punggung tangan dan melirik Nae. Wajah nya saat tadi meninggalkan pesan seolah hampir mati kini sudah tidak terlihat. Pikiran Nae kalut.

Sebodoh-bodohnya ia dalam pelajaran biologi, tetapi ia tahu kalau golongan darah Wine A dan golongan darah Batz O, maka tidak mungkin anak mereka memiliki golongan darah B. Tetapi, jelas-jelas kalau Wine menerima donor sperma dari Batz. Apanya yang salah ya?

Namun, ia juga tidak ingin menambah masalah dengan menanyakan hal ini pada Wine, padahal anak nya masih di operasi. Ia harus bersabar sambil menemukan waktu yang tepat untuk menanyakan hal ini.

"P'Wine, golongan dari P' A, kan?" Nae bertanya dengan hati-hati.

"Kan golongan darahku sama denganmu." Wine menyahut sambil mendengus membersihkan hidung nya.

"Iya ya," Nae mengangguk-anggukkan kepala.

"Kasihan sekali anak itu, sedang di operasi seorang diri tanpa ada keluarga nya yang menunggu di luar ruang operasi. Kau mau tidak menunggunya disana? Aku bisa sendirian di sini," Wine menatap Nae dengan sedih dan terisak.

"Baiklah," Nae menggenggam tangan Wine dsn pergi menuju ke ruang operasi anak itu.

Suasana di depan ruang operasi itu terlihat sunyi dan suram. Nae duduk di kursi tunggu dengan perasaan tidak karuan.

Tiba-tiba, Batz keluar dari ruang operasi itu masih dengan mengenakan baju operasi nya. Nae segera berlari dan menghampirinya.

"Operasinya?"

"Belum selesai. Aku tadi hanya mengunjungi nya. Sebentar lagi juga selesai."

Setelah selesai berkata seperti itu, Batz terus memperhatikan wajah Nae. Nae memalingkan wajahnya karena malu.

"Wajahmu kenapa seperti itu? Kau sakit?"

Ingin tahu saja. Tetapi suaranya tidak terasa hangat. Setelah mereka berpisah dan tidak pernah bertemu lagi sejak kejadian di gunung jiri, ia bisa saja marah-marah padaku. Karena aku memutuskannya dengan alasan yang tidak jelas.

"Aku sedang diet. Program yang ku tangani saat ini cukup banyak. Aku kan harus terlihat kurus di TV," Nae mengangkat bahunya sambil memegang-megang dagunya.

"Anak itu sehat?"

Anak? Ah, pasti maksudnya keponakannya.

"Beberapa hari yang lalu, adikku membawa anak itu ke dokter anak dan mampir menemuiku. Dia itu orangnya ramah sekali, mudah-mudahan saja kerjanya juga bagus."

Kemudian ia melanjutkan dengan perkataan yang sama sekali tidak ada hubungannya.

"Gara-gara nenek selalu memanggil anak itu 'si manis', hampir saja adikku mendaftarkan anak itu dengan nama itu karena semua orang memanggilnya seperti itu."

"Oh~" Batz tertawa datar.

"Ya sudah, kalau begitu..." Batz berkata ragu lalu melangkah kan kakinya.

"Tunggu," Nae menahannya. Batz membalikkan badannya dan menatap Nae. Nae menelan ludah.

"Kalau orangtuanya A dan O, berarti anak mereka.... Tidak mungkin jadi B, kan?"

"Golongan darah maksudmu?"

"Iya."

"Tentu saja. Ternyata nilai biologi mu benar-benar hanya 50 ya?" Batz memasang wajah kecewa.

Sepertinya ia teringat waktu mereka bertengkar tentang nilai ujian dan sejenisnya itu. Tetapi, saat ini bukan itu yang penting.

"Kalau begitu, apa kau yakin kalau golongan darahmu O?"

Ia tidak tahan untuk tidak bertanya. Ini merupakan hal yang sama pentingnya dengan keberhasilan operasi anak Wine.

Falling In Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang