35.

400 14 0
                                    

Meskipun tidak boleh terlihat terlalu mencolok, tetapi Nae dan Batz berjalan bersama-sama memasuki rumah sakit.

Nae menangkap senyum aneh di wajah Batz sebelum ia berjalan menuju kamar rawat Pekae.

Nae berjalan sambil bersenandung pelan dan ia berpapasan dengan Pii yang membawa botol air di depan pintu kamar itu.

"Tumben bersenandung seperti itu. Ada apa memangnya?" Pii menatap Nae dengan penuh curiga. Tatapannya seolah berkata 'kalau kau menang lotere dan kabur sendirian dengan uang itu, akan kukejar sampai ke ujung dunia'.

"Berisik kau," Nae memegang kerah leher Pii dan mendorongnya ke tembok koridor.

"Tubuhnya masih sama seperti tubuh ibu hamil. Awas kalau kau macam-macam. Awas kalau kau berbuat macam-macam sebelum menikah. Mengerti kau?" Wajah Nae yang tadi bersenandung tiba-tiba berubah total.

"Kau ini bicara apa sih?" Pii menatapnya heran.

"Kalau kau tidak ingin menyakitinya, kau harus membuat kondisi Pekae pulih dulu," Nae berkata dengan khawatir.

"Ini lagi, apa maksudmu?"

"Tengah malam kemarin! Kau, kenapa kau tidur di sana kemarin?"

"Oh..." Pii yang baru mengerti maksud ucapan Nae mendadak wajahnya memerah dan malu.

"Dia kedinginan katanya. Mau bagaimana lagi. Aku juga tidak ada hotpack kemarin. Yang ada hanya tubuhku ini saja..."

"Ckck. Kau ini memang pandai beralasan," Nae menghela nafas lalu berbalik meninggalkannya.

"Kenapa tidak membangunkaknku? Kakak-ku ini, rupanya pengertian juga ya?" Pii melompat ke depan Nae dan mulai merayunya.

"Duh, jangan merayu-rayu seperti ini. Geli aku mendengarnya.Sana pergi," Nae memukul punggung Pii.

"Pemanasnya sudah menyala belum?" Nae bertanya sambil berjalan di koridor.

"Baru menyala jam dua pagi, setelah itu langsung panas sekali.'

"Lalu, kau langsung menyingkir dari Pekae?"

"Memangnya harus seperti itu? Toh aku Cuma tidur saja," Pii balas bertanya sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Oh iya, kemarin Kak Wine datang sambil membawa hadiah baju-baju bayi. Perutnya itu juga besar sekali ya. Anaknya kembar ya?" Nae yang sesaat seolah melayang menghirup segar udara dunia rasanya seperti terbanting dan jatuh kembali ke permukaan bumi yang penuh batu-batu tajam.

Ia lupa. Di tengah perasaannya yang melayang, segala kekhawatirannya itu juga terasa ikut melayang. Namun, ternyata mereka tidak bisa melayang jauh. Nae kembali merasa perutnya mulas karena khawatir. Ia pun menghela nafas panjang.

Nae memasuki ruang rapat sambil mengelus-elus perutnya.


Falling In Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang