64.

242 6 0
                                    

"Kenapa kau sama sekali tidak mendengar perkataanku!"

Tiba-tiba Batz berteriak marah dan 'Bum!' terdengar suara benturan keras di pintu itu. Nae membelalakkan mata menatap pintu itu karena terkejut merasakan getaran yang terasa melalui pegangan pintu yang ia genggam.

"Aku tidak tahan lagi! Aku benar-benar tidak akan membiarkanmu! Cepat minggir kalau kau tidak ingin terluka!"

Begitu ia berkata seperti itu, terdengar kembali suara sesuatu membentur pintu itu. Ternyata ia berusaha mendobrak pintu itu dengan tubuhnya sendiri.

Dasar gila! Nae yang panik kemudian mundur perlahan dari pintu itu. Setelah Batz membentur pintu itu sekitar dua tiga kali, akhirnya engsel yang menahan pintu itu patah dan pintu itu terbuka lebar.

Kemudian ia melangkah masuk dengan tubuh yang sudah basah kuyup oleh hujan dan mata yang terbuka lebar. Sementara itu, angin dingin yang datang bersama Batz menerpa tubuh Nae, membuatnya seolah tidak bisa bernafas.

Begitu melihat Batz, air mata langsung mengalir deras di pipi Nae. Laki-laki yang sengaja datang dari seoul, menembus hujan badai dan mendaki gunung di tengah malam seperti ini hanya untuk mencarinya dan menyelamatkan nya.

Sosoknya sekarang terlihat jauh lebih hebat dan lebih mengharukan daripada adegan di film apa pun. Rasanya Nae tidak tahan jika tidak mengucapkan kata 'cinta' melihat sosoknya, melihat ekspresi nya.

Namun ia hanya bisa meneteskan air mata sambil memandang sosok itu.

"Aku sudah bilang, kan, kalau aku tidak akan membiarkanmu?" Batz berjalan menghampiri Nae dengan langkah berat.

Kemudian ia segera memeluk Nae yang gemetar dan mencium bibirnya. Nae langsung masuk kepelukan Batz.

"Aku hampir gila karena khawatir kau terluka. Syukurlah tidak terjadi apa-apa pada wanita yang keras kepala ini," Batz memeluknya erat.

"Kenapa kau datang ke tempat seperti ini? Bagaimana kalau kau terluka..." Nae menangis terisak sambil menenggelamkan wajahnya di dada Batz. Ya tuhan, tidak bisakah engkau merestui hubunganku dengan laki-laki ini?

Mereka menutup pintu yang engselnya rusak itu dan duduk bersandar di sana agar angin tidak bisa masuk ke pondok itu.

Mereka berpelukan sepanjang malam itu. Nae dapat merasakan kehangatan tubuh Batz yang membuatnya lebih tenang.

Nae menggandengkan tangan kanannya di lengan kiri Batz dan sempat terlintas pikiran yang tidak masuk akal di otaknya. Rasanya lebih baik ia hidup bersama Batz disini. Supaya ia tidak perlu merasa bersalah pada Wine.

Cuaca ekstrem membuat tim syuting sulit memprediksi cuaca di gunung jiri, akhirnya pembuatan dokumenter itu diundur sampai musim semi dan seluruh staf pergi meninggalkan gunung itu.

Nae yang baru turun dari pondok, berjalan mengikuti Batz ke tempat mobilnya di parkir.

"Kita pulang sama-sama saja. Toh aku juga pulang ke seoul," Batz berkata dengan lembut.

"Aku pulang dengan staf yang lain saja. Terima Kasih sudah datang mencariku. Aku tidak akan melupakan niat baikmu itu."

"Apa-apaan kau ini, masa kau masih...."

Batz membuka pintu mobilnya sambil menatap Nae dengan cemas. Nae balas menatapnya sesaat, lalu memalingkan wajahnya.

"Kau seperti ini, apa gara-gara endometriosis itu?" Nafas Nae seolah terhenti mendengar ucapan nya.

"Bagaimana kau...."

"Banyak cara untuk mendapatkan informasi itu. Aku tidak perlu menjelaskannya padamu. Aku sedikti banyak tahu perasaanmu, tapi bagiku tidak masalah. Aku akan menanganimu. Pengobatan atau operasi, semuanya biar aku yang menangani. Mana mungkin seorang dokter spesialis kandungan terbaik ini memberikan kekasihnya sendiri menderita penyakit dalam seperti itu?" Batz berkata tegas pada Nae.

"Tapi, mungkin saja aku tidak bisa punya...."

"Sudah, tidak usah banyak alasan. Aku tahu pasti mengenai penyakit itu baik secara teori maupun praktiknya."

Nae menunduk dan mengarahkan pandangannya ke tanah. Batz membungkukkan badan dan menatap mata Nae. Lalu ia berkata dengan lembut.

"Yang paling penting adalah dirimu. Baru masalah anak. Di dunia ini, masih banyak cara untuk mendapatkan anak selain melahirkan secara langsung. Kalau ada laki-laki yang melepaskan wanita yang ia cintai hanya karena masalah ini, itu berarti ia bodoh. Dan tentu saja aku ini bukan orang bodoh."

Bagaimana ini? Rasanya aku ingin menangis lagi.

"Terima Kasih, sungguh. Kalau ada pasien lain yang mendengarnya, pasti mereka langsung jatuh cinta padamu."

"Apa?" Batz terkejut. Kali ini rasanya ia sudah tidak tahan lagi dan ingin membalikkan mobilnya.

"Kenapa? Apa alasanmu tidak bisa menjalin hubungan denganku? Kau benar-benar tidak suka denganku?"

"Kadang-kadang orang tidak sadar kalau mereka melakukan sesuatu dan malah bertanya pada orang lain, siapa yang melakukan hal itu. Jelas-jelas dirinya sendiri yang melakukan hal itu, tapi banyak orang yang tidak sadar dan tidak tahu. Masih banyak alasan yang tidak kita ketahui di sekitar kita. Itu alasannya."

"Setelah ini kau membuat dokumenter tentang filsafat?" Batz menatapnya tidak percaya.

"Maafkan aku. Suatu hari nanti kau juga akan tahu. Terima Kasih sekali atas kemarin. Kalau begitu, hati-hati di jalan," Nae menggigit bibirnya dengan yakin dan berbalik meninggalkannya.

"Sebenarnya apa alasannya!"

Nae tidak memedulikan Batz yang berteriak dan menendang mobilnya. Ia berusaha keras menahan air matanya dan segera naik ke mobil rombongan bersama staf yang lain.

Falling In Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang