54.

245 6 0
                                    

“Maksudku, selama ini tidak ada gejala yang aneh darinya, tapi semakin mendekati persalinan, malah muncul hal-hal seperti ini…”

Batz dan Kim terdiam.

“Atau pakai persalinan induksi saja?” Tanya Kim tiba-tiba.

“Katanya jantung bayi itu lemah. Lebih baik ia tumbuh lebih kuat dulu di dalam perut ibunya.

Sepertinya kita tidak boleh memutuskan masalah ini dengan tergesa-gesa,” Batz berkata dengan berat.

“Yang penting adalah Wine melahirkan dengan normal dan bayi itu semakin mematangkan fungsi jantungnya di dalam perut ibunya.”

Kim mengangguk-angguk setuju.

“Siapa yang kenapa?”

Tiba-tiba suara Nae terdengar menyela pembicaraan mereka. Batz terkejut dan menoleh kearah pintu teras.

Nae yang sedang membawa kopi terdiam menatap mereka berdua dengan mata terbelalak lebar.

Sejak ia brtemu dengan Wine tadi, perasaannya tidak enak.

Meskipun Wine juga tidak melakukan hal ini dengan sengaja, Nae tidak mengerti mengapa ia merasa bersalah setiap melihat Wine.

Ia sudah tahu terlalu banyak. Ia tidak bisa juga pura-pura tidak tahu dan melupakan masalah ini begitu saja.

Ketika ia sedang menuju teras untuk menenangkan dirinya dan memikirkan masalah ini, tidak sengaja ia bertemu Batz dan Kim serta mendengar percakapan mereka.

Nae agak paham mendengar penjelasan Kim tentang Wine. Ia semakin yakin dengan apa yang harus ia lakukan.

Akhirnya ia memutuskan bahwa sepertinya hubungannya dengan Batz memang tidak bisa dilanjutkan lagi. Ia tidak bisa membiarkan Wine yang sakit dan bayinya yang kemungkinan juga tidak sehat.

Bukankah Batz juga pernah berkata, kalau anak itu menderita penyakit genetik atau membutuhkan bantuan, maka ia juga harus siap menemuinya.

Nae tidak ingin kalau gara-gara dirinya. Batz tidak bisa menemui Wine dan anaknya.

Selama ia menjalin hubungan dengan Batz, Ia tidak bisa melihat Wine melahirkan anak itu dan rasanya ia tidak bisa memberitahu Batz mengenai hal ini.

Kemudian ia juga tidak bisa membayangkan bagaimana paniknya reaksi Wine saat mengetahui hal ini karena semua ini juga masih rahasia bagi Wine.

Ia tidak ingin sampai kehilangan Wine karena masalah ini.

“Kau akan memberitahu Wine?”

Batz mengikuti Nae yang berjalan dengan pandangan kosong menuju ke kamar rawat Pekae dengan khawatir.

“Dokter Kim saja tidak memberitahunya, kau pikir aku ini bodoh?” Nae tidak berani menatap matanya.

Ia telah susah payah membuat keputusan. Ia takut akan berubah pikiran dan hatinya luluh kembali jika melihat matanya.

“Telepon aku ya begitu rapat keluargamu selesai,” Batz berkata pelan.

“Ah, sepertinya nanti aku tidak bisa menemuimu. Aku harus mengantar nenek pulang.” Nae berkata dengan ragu-ragu.

“Ayahmu tidak datang? Katanya rapat keluarga?”

Kali ini dia benar-benar sudah ikut campur.

“Katanya ia ada janji nanti. Jadi, aku yang harus mengantar nenek pulang. Bibi juga tidak tahu jalan…” Nae beralasan ini itu.

“Oh, begitu? Sayang sekali…”

Nae tidak bisa terlalu lama menatap wajah Batz yang kecewa.

Mengatakan hal seperti ini saja ia sudah sangat merasa bersalah, bagaimana ia bisa memutuskan hubungan mereka?

“Kalau begitu, sampai ketemu nanti di rentak house ya,” ia kembali menyahut dengan ceria.

“Ah, aku akan tidur di rumah malam ini. Sampai ketemu besok di rumah sakit,” Nae segera mencari alasan lain dan pergi meninggalkannya.

Hasil rapat keluarga itu ternyata seperti yang sudah ia duga. Menerima Pekae sebagai pasangan Pii Sutthata. Zaman dahulu, seorang suami juga menganggap anak yang dilahirkan oleh ‘ibu pengganti’ seperti anaknya sendiri.

Sekarang banyak juga orang yang mengadopsi anak. Contoh dekatnya, nenek juga merawat anak-anaknya dulu seperti anaknya sendiri.

Inilah contoh bahwa kasih sayang seseorang yang membesarkan anak sangatlah luar biasa. Toh mereka juga sudah saling kenal dan Pii berniat menerima dan membesarkan anak itu,sehingga seluruh anggota keluarga juga akhirnya mendukung keinginan Pii.

Itulah saat Pii berubah dari anak yang suka membuat masalah menjadi orang dewasa yang mulai belajar bertanggung jawab.

Sesuai dengan alasannya tadi pada Batz, Nae kemudian ikut pulang bersama ayah, bibi, dan nenek serta menginap di rumahnya.

Ia sama sekali tidak bisa tidur. Merasa bahwa ia harus melepaskan kesempatan yang ia dapat dengan susah payah ini, yang keluar hanyalah air mata dan air dari hidungnya.

Lalu mengenai Wine. Ia mencakupkan tangannya dan berdoa semoga tidak terjadi apa-apa pada Wine dan bayinya.

Keesokan harinya, Batz menunggu Nae di rumah sakit dengan tidak sabar. Satu hari saja tidak bertemu dengannya, rasanya seperti satu minggu.

Mulutnya terasa gatal karena tidak berbicara dengan wanita itu. Namun, begitu Nae datang pun, ia sama sekali tidak memperhatikan Batz.

Ia terlalu sibuk dengan syuting bayi kelainan itu. Batz tersenyum gembira ketika ia berpapasan dengan Nae.

Namun, Nae membalikkan badannya seolah tidak melihatnya, tidak, sepertinya ia memang pura-pura tidak melihatnya.

Lalu matanya terlihat aneh dan bengkak. Apa ia tidak bisa tidur semalam? Nae yang jelas-jelas bertatapan dengannya lalu segera mengalihkan pandangannya dan berpura-pura tidak melihat.

Perempuan itu, entah kenapa, sejak kemarin tingkahnya sangat aneh.

Falling In Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang