45.

271 8 0
                                    

Batz duduk diruang praktiknya dengan cemas. Ia tidak tahu bagaimana harus mencari Nae yang tiba-tiba menghilang.

Tempat yang mungkin dikunjungi dan yang ia tahu hanyalah rumah sakit dan rental house.

Apa ia akan kehilangan wanita itu begitu saja?

Tiba-tiba ia merasa khawatir. Ia berharap saat ia keluar dari pintu itu, Nae sudah berdiri di depannya. Ia berharap Nae muncul di hadapannya saat ini dan memaki-makinya karena tidak bisa menjaga wanitanya sendiri dengan baik.

Lalu ia pasti akan segera menghibur wanita itu. Apa sudah terlambat untuk berpikir seperti itu sekarang?

Batz duduk di depan mejanya menatap lurus ke arah pintu ruangannya yang tertutup. Cepat terbuka. Lalu muncullah, wahai NaeNae.

Lalu, sepertinya ia akan memeluk wanita itu erat-erat supaya ia tidak bisa melarikan diri. Seolah membaca mantra, Batz membuka matanya lebar-lebar sambil menatap pintu itu. Tiba-tiba telepon genggamnya di atas meja berbunyi.

Batz yang terkejut segera menegakkan duduknya dan mengambil telepon genggamnya itu di atas meja.

Tetapi, panggilan itu tetap tidak berhenti. Seolah tidak akan berhenti sampai ia menjawab telepon itu. Batz akhirnya mengangkat telepon itu.

"Halo."

"Sudah pulang?" suara Ibunya sedikit berbeda dari biasanya. Tidak terdengar ceria seperti orang yang ingin membanggakan sesuatu atau sedih seperti orang yang pura-pura sakit. Ada apa dengannya?

"Kau bisa pulang kerumah sebentar tidak?"

Mendengar pertanyaan ibunya, Batz juga tidak bisa menjawab sepatah kata pun. Ibunya tidak berkata bahwa ada yang ingin dibicarakan atau bahwa ia ingin mengenalkan seorang wanita lain. Entah kenapa, hari itu Batz merasa bahwa ia harus menemui ibunya.

Setiba di rumah, Batz merasa asing melihat ibunya yang menyambutnya. Ia jadi teringat masa kecilnya dulu. Wajah ibunya itu terlihat seperti saat menyambutnya pulang dari TK sewaktu ia kecil dulu. Apa ibunya bertambah muda?

"Syuting di rumah sakit itu sampai kapan?" ibunya bertanya dengan hangat pada Batz yang duduk di sofa di ruang keluarga.

Udara di dalam rumahnya hari itu terasa aneh. Batz membuka satu kancing jaketnya yang terasa sesak dan memandang ke sekelilingnya. Terasa sepi, tidak seperti biasanya.

"Bibi pembantu pergi kemana?" Batz bertanya dengan datar.

"Oh, mulai sekarang ia hanya akan datang dua hari sekali, untuk bersih-bersih saja."

"Apa?" Batz terkejut. Ibunya yang tidak suka tangannya kotor sedikit saja kenapa bicara seperti itu...? Ia ikut perkumpulan di tempat ibadah lagi? Batz memandang ibunya dengan heran dan ibunya tertawa melihatnya.

"Toh ibu tinggal sendirian disini. Sepertinya tidak perlu orang yang khusus memasak untuk ibu. Sekarang ibu ingin mencoba hidup mandiri. Mudah-mudahan kau juga jadi lebih sering menengok ibu di sini. Kalau sibuk, ya tidak datang juga tidak apa-apa."

Batz mulai bingung apakah wanita yang duduk di depannya ini adalah ibunya atau bukan. Rasanya ia ingin berkata bahwa wanita ini jelas bukan ibunya.

Batz panik dan mengalihkan pandangannya ke seluruh penjuru rumahnya dan tiba-tiba ibunya mulai tertawa.

"Hahaha! Perkataan perempuan itu ternyata tepat sekali. Harusnya aku bertemu dengannya lebih cepat. Seru sekali melihat reaksimu. Hahaha!"

Apa-apaan ini, dia sedang mengerjaiku?

"Namanya siapa ya? Nae... Nae Sutthata? seperti nama bunga. Benar, kan? Nae."

Hah! Batz semakin yakin. Wanita ini bukan ibunya!

"Ba... Bagaimana ibu tahu anak itu...?

"Tadi ibu bertemu dengannya di rumah sakit," Ibunya tersenyum lembut.

"Dia ada di rumah sakit tadi?" Batz melonjak kaget.

"Iya. Di ruang ICU anak."

Katanya dia mengemas barangnya dan pergi, kenapa dia malah ada di tempat itu? Batz menahan kakinya yang sudah gatal untuk segera pergi lagi ke rumah sakit.

"Tadi ibu datang ke rumah sakit?"

Aneh sekali. Padahal sebelumnya ibunya tidak pernah datang ke rumah sakit tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Selama ini ia sibuk mencari alasan setiap ibunya datang, sekarang ia malah datang tanpa memberitahunya. Lalu ada apa dengan Nae?

"Anak itu baik sekali. Kalau bukan karena dia, mungkin ibu tidak berani memanggilmu ke rumah seperti sekarang ini."

"Memangnya ada..." Batz berkata dengan suara bergetar. Kali ini ibunya seolah benar-benar terlihat di matanya. Namun, ia tetap tidak bisa menebak apa alasan ibunya menemui Nae. Jangan-jangan, karena hubungan mereka baru mulai, ibu lantas menemuinya seperti dulu ia menemui Aom. Padahal di tengah situasi seperti ini.

"Ibu tahu beberapa hari yang lalu adalah hari peringatan kematian adikmu. Kau kemarin pergi ke pemakaman nya, kan? Untuk menengok adikmu," ibunya berkata dengan tenang.

"Bagaimana ibu...." Batz sama sekali tidak pernah menyangka kalau ibunya ingat hari peringatan kematian adiknya. Ia pikir ibunya telah menghapus ingatannya sama sekali tentang adiknya itu.

Falling In Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang