48.

286 6 0
                                    

Batz yang datang lagi ke rumah sakit segera mencari Nae. Selama perjalanannya ke rumah sakit, ia benar-benar merasa bersyukur dan berterima kasih karena Nae muncul di kehidupannya.

Ia merasa bersyukur karena menyukai perempuan itu. Sepertinya ia tahu mengapa rasa itu lebih kuat saat ia melihat Nae, dibandingkan dengan saat ia melihat Aom.

Memang seperti inilah jalannya. Jalan yang dapat meluruskan masalahnya dengan ibunya.

Tetapi sekarang, ada dimana wanita itu? Awas saja anak itu kalau tertangkap!

Sesuai petunjuk ibunya, Batz kembali mencarinya mulai dari ruang ICU anak sampai ruang rapat, ruang UGD, ruang bersalin, dan ruang rawat ginap adik iparnya.

Tubuhnya berkeringat dan nafasnya terengah-engah karena berlarian mencari NaeNae.

Dengan sifatnya yang tidak sabaran ini, ia rasanya benar-benar gila kalau harus mencari orang seperti ini.

“Kau mencari siapa?” Tiba-tiba Nae muncul dan berkata padanya. Sambil berharap semoga suara itu bukan halusinasinya, Batz segera membalikkan badannya. Nae terbelalak menatapnya sambil membawa botol jus.

“Kau!” Batz segera berseru begitu melihatnya.

Orang-orang yang melewati mereka memandang kearah mereka. Nae terlihat salah tingkah tetapi sepertinya Batz tidak peduli dengan hal itu. Ia langsung menarik dan memeluk NaeNae.

“Ah, jusku!” Nae berseru.

Ia merasa bajunya sedikit basah, tetapi kini ia tidak peduli.

Nae yang bertatapan dengan orang-orang di sekelilingnya mulai merasa canggung.

“Orang-orang memandang kita. Kau gila ya?” Nae bergerak hendak melepaskan diri, namun Batz semakin erat memeluknya.

“Kenapa kau tiba-tiba menghilang dan mengejutkan semua orang seperti ini?!” Batz berteriak sambil tetap memeluk Nae.

“Kita bicara baik-baik, lepaskan aku dulu,” Nae masih tetap bergerak melepaskan diri.

“Kau ini bisa diam tidak sih? Kalau tidak, langsung aku cium ya,” Batz menyahut seolah tidak ada orang-orang di sekitar mereka.

Nae saja yang merasa malu dan canggung berada di pelukan Batz.

Dikursi panjang taman di atap rumah sakit, Batz dan Nae duduk bersebelahan sambil tetap memberi jarak di antara mereka.

Batz sebenarnya tidak ingin seperti itu, tetapi Nae duduk agak menjauh darinya. Sepertinya ia masih kesal. Pertama, Batz bercerita pada Nae bahwa ia baru saja bertemu dengan ibunya. Ia mengucapkan terima kasih karena Nae telah menghibur ibunya, lalu bercerita tentang adiknya yang ternyata menderita kelainan, dan rasa menyesalnya pada ibunya yang selama ini menderita.

Nae bergumam ‘oh’ sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Bagaimana kondisi bayi kelainan itu saat ini?” Nae menatap langit dan bertanya.

“Kenapa kau menghindariku? Kau tidak lihat kalau aku ingin minta maaf padamu?” Batz bertanya seolah kecewa terhadapnya.

“Kalau aku memang harus menghilang, aku akan menghilang. Biarkan tim itu menyelesaikan acara ini. Apa lagi tentang bayi itu.”

“Kau tidak dengar ucapanku? Cepat jawab dulu pertanyaanku,” Batz mendesaknya.

Sesaat, Nae tersenyum datar.

Falling In Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang