09.

773 19 0
                                    

Nae dapat mendengar suara langkah kaki Batz yang lewat di depan pintu. Ia rasanya masih tidak sanggup berpapasan dengan Batz. Ia masih tidak percaya kalau mereka berciuman. Ia rasanya ingin memotong lehernya yang waktu itu cegukan di situasi seperti itu. Mungkin orang itu menganggapnya sebagai pertolongan pertama, tetapi Nae tidak pernah tahu kalau ada metode pertolongan pertama yang bisa membuat jantung seseorang berdebar-debar seperti ini.

Lalu, setelah kejadian itu pun, Nae juga tidak mengerti bagaimana sikapnya kepada Batz dan bagaimana sikap Batz pada dirinya. Satu hal yang pasti, orang itu ternyata memang benar-benar brengsek.

Nae berjalan dengan cemas di sepanjang koridor rumah sakit, takut berjumpa lagi dengan Batz. Kemudian, tiba-tiba ia bertemu Aom. Ia terlihat seolah ingin berkata bahwa ia merasa tidak nyaman dengam syuting ini, tetapi ia diam saja. Nae penasaran apakah Batz sudah menceritakan kejadian malam itu pada Aom atau belum. Aom melihat Nae tampak ragu-ragu dan segera mengalihkan pandangannya.

"Dokter Aom..."

Nae akhirnya menghentikan langkah dan mengumpulkan keberanian untuk menyapa dokter itu. Aom yang tadinya hendak melewati Nae begitu saja menoleh dengan malas. Melihat tatapan dinginnya yang seolah berkata 'jangan ikut campur', Nae kembali ragu.

"Ada apa?"

Aom menatapnya dengan pandangan aneh. Ia sama sekali tidak marah atau protes pada Nae. Nae rasanya ingin segera menghilang saja dari tempat itu. Mungkin ia akan terlihat aneh di mata Aom, tetapi ia merasa harus mulai mendekatinya lebih dahulu.

"Apa ada yang ingin dokter katakan padaku..."

Tidak apa jika ia menyalahkanku karena aku bisa membantah.

Tetapi, Aom hanya terdiam dengan wajah dingin.

"Yang ingin kukatakan padamu?"

Wajahnya seolah berkata 'memegangnya aku ada urusan apa dengan orang sepertimu?' Jadi, ia bisa menatapku seperti orang asing begini, setelah membelikanku minuman double latte saat aku pergi dengan Batz ke buffet malam itu?

Saat ini, yang diperlihatkan Aom pada Nae adalah rasa benci sebagai musuh. Seolah menganggap semua orang yang mengetahui kesalahannya adalah musuhnya.

"Maaf sekali, tapi tidak ada yang ingin kukatakan padamu. Kau ingin aku berdiskusi sesuatu denganmu atau semacamnya?"

Melalui reaksinya, Nae dapat merasakan kalau Aom tidak senang disapa seperti itu. Harga dirinya jatuh karena harus berdiskusi dengan reporter sepertinya?

"Entahlah, mungkin aku bisa membantu dokter. Jadi, kalau dokter butuh bantuanku, Dokter bisa menghubungiku kapan saja."

"Tidak apa-apa, terima kasih," gadis itu menyahut dingin dan berjalan meninggalkan Nae dengan jas putihnya yang berkibar-kibar.

Sepertinya ia bukan gadis yang ramah dan lembut seperti dugaan Nae kalau ia bisa menatap mata lawan bicaranya terus-menerus seperti itu demi harga dirinya.

Nae menyentuh Mp3 yang ada di dalam sakunya. Kemudian ia membalikkan badan dan melangkahkan kakinya lagi. Lalu, ia bertemu PD Nam dan setelah ia menceritakan hal ini pada PD Nam, ia berpapasan dengan Batz. Batz terlihat sangat berterima kasih padanya.

Sepertinya ia senang setengah mati karena bisa membantu menyelesaikan masalah Dokter Aom. Sepertinya hanya Dokter Aom saja yang ada di otaknya.

Kemudian, Nae menyimpulkan : Phyicka Batz, orang ini memang orang kurang ajar yang suka mencium orang sembarangan.

Falling In Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang