36.

358 9 0
                                    

“Dari mana kau?” PD Nam tiba-tiba menghampirinya dengan wajah serius.

“Menengok adikku….”

“Sudah lihat koran pagi ini?”

“Belum…”

“Lihat ini!” PD Nam menyodorkan sebuah koran baru pada Nae. Nae membaca artikel yang ada di depan matanya.

Tulisan “Spesialis kandungan Rumah Sakit Taejo” Langsung terlihat jelas di matanya.

Kemudian di artikel itu, beberapa kali terlihat inisial seorang dokter spesialis ‘O’ dan inisial ibu hamil yang menjadi korban kecelakaan operasi itu, lalu diikuti dengan penjelasan singkat mengenai kejadian saat operasi itu.

Namun, artikel itu tidak berhenti sampai di sini. Disebutkan mengenai reporter dan inisial yang dapat di tebak mengarah pada nama NaeNae. Isi artikelnya mengatakan bahwa seorang dokter spesialis ‘O’ melakukan kesalahan saat melakukan operasi persalinan induksi yang menyebabkan bayinya meninggal.

Reporter Y dari stasiun TV H akan membuat kejadian yang membawa duka bagi dokter dan pihak korban ini sebagai isu dengan cara memasukkannya ke acara dokumenternya.

Meskipun hal ini masih Off The Record (Belum ada persetujuan untuk menayangkan berita ini antara reporter dan narasumber), reporter Y memang tidak bersalah jika membahas hal ini.

Namun, apabila dilihat dari segi kemanusiaan, hal ini dapat semakin menyakiti pihak dokter dan ibu hamil yang menjadi korban. Reporter itu pun sadar akan hal ini namun dikabarkan ia akan tetap mengangkat masalah ini demi memulihkan nama baiknya.

Banyak pertanyaan yang meragukan seberapa baik reporter yang dulu sempat ramai dibicarakan karena membeberkan masalah percintaannya di situs jejaring perusahaan dan melaakukan kesalahan saat tayangan siaran langsung itu menyampaikan kejadian ini dalam acara dokumenternya.

Tangan Nae yang memegang koran itu bergetar hebat.

“Kantor sudah panik,”  PD Nam berkata pelan.

Nae menatap PD Nam dengan tatapan kosong.

“Setelah Dokter Oh diwawancara, kabar tentang kejadian ini tersebar dan sepertinya artikel wawancara itu tidak jadi diterbitkan.
Entah apa karena tidak ada berita yang mengisi kolom itu atau karena mereka memang ingin mambahas isu terbaru, sepertinya mereka kemudian tahu kalau kita sedang membuat dokumenter di sini. Dan kalau reporternya adalah kau. Mungkin mereka mencari di internet, karena mereka memang sudah terbiasa mencium-cium informasi seperti ini. Kudengar mereka langsung mengganti topik wawancara, dari yang wawancara tokoh menjadi wawancara mengenai kecelakaan ini. Dengan kata lain, mereka memang sengaja membuat-buat berita dengan mengait-ngaitkanmu dengan kejadian Dokter Oh ini.”

Mendengar penjelasan PD Nam yang men detail itu, Nae kembali teringat saat ia dikenal di mana-mana dengan julukan ‘Ibu Hamil Nasional’. Perasaan itu seolah melandanya kembali sehingga badannya gemetar seperti terguyur air hujan yang dingin.

“Kau… baik-baik saja?” PD Nam memegang pundak Nae dan mengamati wajahnya dengan khawatir.

Nae berusaha mengatur nafasnya yang mulai tidak teratur dan menatap PD Nam.

“La…lalu dokumenternya, bagaimana? Apa kejadian itu harus dihilangkan?” PD Nam terlihat ragu.

“Bisa saja ditayangkan. Tapi, kalau seperti itu, nanti kau yang akan mendapat masalah. Bahwa ternyata kau reporter…” PD Nam tidak menyelesaikan kaliamatnya.

Benar, pasti aku akan dianggap sebagai reporter gila yang memang sengaja mencari sensasi, Batin Nae. Koran yang ia pegang hampir lepas dari tangannya. Nae buru-buru memegangnya kembali. Apabila ia melepaskan tenaganya seperti itu, sepertinya ia juga akan melepaskan pikiran rasionalnya.

“Masalahnya kan bukan itu. Kejadian itu kan tidak bisa dihilangkan dari dokumenter ini,” Nae berkata dengan yakin. Ia tidak ingin menangis lagi seperti anak kecil. Toh bukan baru kali ini saja ia menghadapi situasi ini. Ia bertekad bahwa justru kali ini ia harus bisa menghadapi masalah ini dengan lebih tegar.
Nae mencengkeram koran itu semakin erat.

Batz baru selesai berkeliling memeriksa pasiennya dan Kim menyodorkan koran padanya.

“Rumah sakit sedang mengecek kebenarannya. Kabarnya, wartawan yang menulis berita itu sama dengan wartawan yang saat itu mewawncarai Aom. Sepertinya artikel ini untuk menggantikan artikel wawancara Aom yang batal diterbitkan itu. Rumah sakit saja sudah cukup was-was saat memutuskan akan menayangkan kejadian ini di documenter, apalagi kalau muncul artikel seperti ini. Katanya mereka sedang berdiskusi apakah harus menghentikan syuting acara ini atau tidak. Kau tidak dengan berita apa-apa?”

Mendengar penjelasan Kim, Batz yang membaca artikel itu segera menuju ke ruang praktik Aom. Di artikel itu, Aom tidak terlalu dibahas. Namun, seperti kata Kim tadi, bisa dipastikan kalau artikel wawancara Aom saat itu batal diterbitkan. Batz tidak mengerti sebenarnya siapa yang ingin diserang dalam artikel ini.

Batz yang masih memegang koran mengetuk pintu ruangan Aom dan langsung masuk bahkan sebelum mendengar jawaban dari dalam. Aom yang mengenakan pakaian santai baru saja menutup teleponnya dan menoleh pada Batz.

“Kau belum pergi rupanya?” Batz berusaha menenangkan dirinya dan bertanya pada Aom.

“Tiba-tiba aku ada urusan,” Aom menyahut santai sambil membereskan mejanya.

“Sebaiknya kau mengklarifikasi ini.”
Batz menghampiri Aom dan meletakkan Koran itu di hadapannya. Aom melirik sekilas artikel yang memuat inisial namanya itu dan kembali merapikan buku-bukunya.

“Aku tidak tahu apa-apa tentang artikel itu.”

Falling In Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang