31.

431 10 0
                                    

Keheningan menyelimuti mereka berdua. Lalu, tiba-tiba Batz memutar kemudinya dan membelokkan mobilnya memasuki sebuah jalan di kanan mereka. Nae menatap Batz dengan terkejut.

"Sebenarnya aku tidak sedang menuju ke rental house. Saat ini, aku harus pergi ke Yangpyong. Kalau kau mau ikut, boleh kalau tidak, kuantar kau pulang."

Wajah Batz terlihat murung. Jangan-jangan tadi ia diam-diam ikut mencaritahu tentang syuting tadi dan akhirnya mengetahui hal yamg sama dengan yang baru kuketahui ini. Tidak mungkin kan?

Sebenarnya tadi Nae pun merasa tidak ingin pulang ke rumah. Saat ini, ia lebih ingin pergi ke suatu tempat, kemana pun.

"Kalau aku ikut.... Tidak apa-apa?" Nae bertanya dengan hati-hati.

"Aku juga ingin kau menemaniku, meskipun kau mungkin bosan melihat mukaku terus. Aku ini benar-benar tidak tahu terima Kasih, kan?"

Suaranya terdengar lebih lesu dan besar daripada biasanya.

"Ya sudah, kalau begitu aku ikut. Toh aku juga sedang tidak ingin pulang."

Nae mengencangkan sabuk pengamannya. Batz melirik Nae dan tertawa pelan. Lalu kembali menginjak pedal gas nya.

Nae tertidur pulas. Ketika bangun, ia terkejut dan memandang ke sekelilingnya dengan bingung. Kursi di sebelahnya kosong, dan di luar jendela tampak penuh kabut.

Bukan kabut yang biasa muncul di saat subuh, tetapi benar-benar kabut. Nae dapat melihat sebuah bayangan pohon besar berdiri tegak di tengah lautan kabut itu.

Kemudian terlihat bayangan Batz berdiri di sebelahnya seperti anak pohon itu sambil memandang ke kejauhan. Nae turun dari mobil sambil mengusap-usap matanya dan berjalan mendekatinya.

"Ini di mana?"

Suaranya terdengar serak karena baru bangun tidur. Batz menoleh pada Nae. Di samping kakinya terdapat tangkai-tangkai bunga mawar. Mawar yang sebelum Nae tidur itu masih utuh dengan kelopaknya, kini tergeletak rapi tanpa kelopak. Kelopak nya dia makan ya?.

"Kau ini benar-benar tukang tidur ya. Kupikir kita bisa melakukan ini sama-sama, kok bisa sih kau tidak terbangun sekali pun selama aku mencabut dan menebar semua kelopak bunga ini? Batz menggerutu sambil menatap tangkai-tangkai bunga di sampingnya. Seolah berkata 'percuma saja mengajakmu kemari'.

"Harusnya kau membangunkanku," Nae mengambil tangkai-tangkai bunga itu.

"Tapi, sepertinya aku kenal tempat ini. Sepertinya aku pernah melihatnya."

Nae membuka matanya lebar-lebar dan memperhatikan sekelilingnya. Sungai besar, kapal feri, pohon besar.

"Dumulmori. Tempat peristirahatan adikku," Batz menjawab dengan singkat dan tenang.

"Kau.... Punya adik?" Nae terkejut sampai tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Hari ini adalah hari peringatan kematiannya. Hampir saja aku lupa. Padahal aku tidak pernah lupa sebelumnya, tapi karena ada sesuatu yang mengusikku belakangan ini, entah apa."

Perkataannya itu seolah berkata 'sebenarnya kau yang mengusik pikiranku, tapi aku tidak bisa berkata langsung'. Sebuah eufimisme yang membuat hati Nae rasanya ingin meledak.

Nae lalu memandang ke arah sungai yang semakin lama semakin cerah. Kini ia mengerti maksud perkataan Batz tentang adiknya. Adiknya itu tidak meninggal karena tenggelam di sungai tetapi abu adiknya disebarkan di tempat ini.

"Setahuku kalau menyebar abu di sungai sekarang kena denda. Tempat ini punya yayasan juga?"

"Puahahahaha!"

Tiba-tiba Batz membungkukkan badannya dan tertawa. Memangnya lucu ya?

"Kau ini memang gila. Kenapa kau bisa berpikir seperti itu? Hahaha!" Batz tertawa sambil memegangi perutnya.

"Apanya yang lucu? Aku bertanya karena benar-benar penasaran," Nae menyahut dengan sebal. Tiba-tiba, Batz menempelkan tangannya di pipi Nae. Rasanya seperti terkena angin musim semi yang hangat di tengah udara dingin pagi itu. Begitu mendapat kehangatan dari tubuh Batz, seluruh tubuh Nae rasanya meleleh.

"Terima Kasih karena kau ada disini." Batz semakin mendekat dan mencium pipi Nae dengan lembut.

Di dalam mobil saat perjalanan kembali kerumah, Nae yang menatap ke luar jendela tanpa sadar bergumam, "Kalau kita menyukai orang yang tidak boleh kita sukai, apa akan mendapat hukuman?"

Salah satu dari sekian banyak hal yang dipikirkan oleh Nae terlontar begitu saja dari mulutnya.

"Kenapa? Kau sedang mengencani orang lain juga, yang tidak disukai oleh keluargamu?" Batz langsung bertanya dengan nada tidak suka.

"Bukan begitu...."

Falling In Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang