49.

306 9 0
                                    

“Meskipun kau telah meluruskan masalah ini, tapi aku merasa masalah ini belum tuntas. Seandainya dengan begitu masalah ini bisa tuntas, rasanya aku sanggup meluruskan simpul sepatu atau masalah serumit apapun. Tapi, masih banyak masalahku yang lain selain masalah dirimu. Kepalaku rasanya ingin pecah. Rasanya aku ingin menggerai rambutku seperti orang gila dan terjun dari atap ini,” Nae bergumam lesu.

“Tolong biarkan tim itu syuting acara ini. Masalah keluarga pasien, biar mereka yang membujuknya.”

“Syuting, syuting, syuting! Lalu sebenarnya aku ini prioritas keberapa?” Batz memegang pundak Nae dan berteriak. Nae menatapnya tajam.

“Memangnya aku ini prioritas keberapa bagimu? Kita sudah bertengkar sejak saat kau menggantikanku meminta maaf pada Dokter Aom. Kenapa kau minta maaf padanya? Karena kau pikir aku berbuat salah pada perempuan itu? Kalau begitu, paling tidak aku berada di prioritas yang lebih rendah daripada perempuan itu? Atau jangan-jangan, kau menganggapku sama dengannya? Kalau seperti itu, benar-benar aneh sekali.”

“Maaf,” Batz memegang kedua tangan Nae. Takut wanita itu memukulnya.

“Aku rela kau marah-marah padaku. Tapi tolong jangan pukul aku.” Batz menundukkan kepalanya.

Ia tidak akan menjedotkan kepalanya padaku atau menggigitku,kan?

“Kenapa?”

“Karena sakit.” Batz mengangkat sedikit kepalanya.

Nae mengerucutkan bibrnya.

“Benar-benar…” akhirnya wanita itu tertawa.

“Kau mau kabur lagi?” Batz melotot memandangnya.

Nae yang ketahuan ingin kabur itu malu dan tidak berani menatap matanya.

“Kali ini benar-benar tidak akan kulepaskan.” Kemudian Batz menarik kedua tangannya dan memeluknya.

Nae mendorong badannya dengan kedua tangannya, namun Batz tetap tidak melepaskannya.

“Aku tidak akan membiarkan acara ini berhenti. Aku juga tidak akan membiarkan kau berhenti dari acara itu. Kau sudah menolongku dan sekarang adalah giliranku.”

“Bagaimana caranya?” Nae yang akhirnya menyerah mendorong Batz, bertanya lesu dengan bibirnya yang tertutup pundak Batz.

“Aku akan menemuinya, wartawan itu.”

“Kau?” Nae terkejut dan menoleh padanya.

“Kata ibuku, yayasan rumah sakit ini adalah sponsor bagi perusahaan koran itu.”

“Mau mengancam mereka dengan memutuskan sponsor?”

“Tidak, hanya saja jadi lebih mudah menemuinya. Aku akan menemuinya dan membujuknya. Mungkin sedikit menghajarnya kalau perlu.”

“Jangan!” Nae secara reflex berteriak karena terkejut.

Kemudian Batz memandang wajah Nae yang terkejut dan tertawa.

“Bercanda. Aku tidak akan membuatmu terkena masalah lagi. Percayalah padaku.”
Batz menatap kedua mata Nae dalam-dalam.

Nae menatapnya lembut dan bertanya, “Kau, percaya padaku?” Batz mengangguk.

“Maaf karena aku tidak sepenuhnya percaya padamu. Aku janji tidak akan terulang lagi. Karena aku akan selalu berada di pihakmu.” Batz yang masih memegang kedua tangan Nae tidak mengalihkan pandangannya dari mata Nae.

“Syukurlah. Sekarang kita bicarakan masalah pekerjaan ini. Kau akan membantu tim syuting itu meliput tentang bayi itu atau tidak?”

“Bersabarlah sebentar. Kau tidak tahu situasi saat ini?” Batz mengerutkan alisnya.

“Aku tahu. Yang penting kan aku tidak ikut. Yang penting kita meliput anak itu dulu, kan? Meskipun aku tidak muncul di kamera, tapi aku ingin membantu, meskipun hanya sebagai staf.”

Tadinya kupikir wanita ini bukan wanita biasa, tapi ternyata ia memang keras kepala seperti ini? Benar-benar hebat.

“Bayi itu tidak bisa menjadi isu. Kondisinya saja sudah cukup menyedihkan, aku tidak ingin ia menjadi tontonan,” Batz menggelengkan kepalanya.

Apa karena ia tahu kalau adiknya juga dulu seperti itu, sehingga ia menolak kalau bayi itu di ekspos?

“Benar, acara ini bukan acara hiburan. Ini acara dokumenter. Lagi pula, sayang sekali kalau kondisi anak itu semakin memburuk. Kan bagus paling tidak ia bisa di kenang melalui kamera ini. Meskipun acara ini tidak ditayangkan, setidaknya…” Nae tetap mempertahankan pendapatnya.

“Kau tahu tidak, apa yang terjadi pada bayi itu?” Batz menatap Nae tajam.

Falling In Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang