07.

885 23 0
                                    

Batz kemudian berpisah dengan Aom dan kembali ke dalam rumah sakit dengan berat hati. Bodoh sekali rasanya kalau ia berharap waktu dapat menyelesaikan masalah ini. Belum terpikirkan olehnya mengenai apa yang harus segera ia lakukan. Namun, sepertinya ia harus bertanya pada seseorang mengenai masalah tuntunan ini. Batz akhirnya memutuskan untuk menemui karyawan administrasi rumah sakit. Ia harus mengetahui situasi sebenarnya dengan tepat. Seharusnya ia melakukan hal ini lebih cepat, namun ia menunda-nunda hal ini karena perhatiannya sempat teralih karena Nae. Batz lalu segera melangkahkan kakinya ke arah kantor administrasi rumah sakit itu ketika tidak sengaja ia bertemu Nae di lobi.

Nae yang berjalan memasuki lobi sambil berbicara dengan PD Nam menghentikan langkahnya ketika melihat Batz. Batz yang tadinya ingin menyapanya akhirnya memutuskan untuk langsung pergi ke kantor administrasi saja. Tiba-tiba PD Nam memanggilnya.

"Bisa bicara sebentar dengan kami?"

"Kalau tidak mendesak, boleh tidak kita bicara nanti saja?" Batz bertanya dengan sopan pada PD Nam.

"ini mengenai acara dokumenter itu, berkaitan dengan masalah Dokter Aom".

Gila. Sepertinya semua masalah rasanya mendesakku dari kiri kanan.

"Baiklah kalau begitu."

Batz akhirnya mengajak PD Nam dan Nae menuju ruang praktiknya. Tidak sengaja ia bertatapan dengan mata Nae yang seolah berkata 'sudah kuduga, kalau tentang dokter Aom, pasti langsung mau'.

"Kami memutuskan untuk memasukkannya ke acara ini sesuai usul Nae."

Usulnya untuk mengungkapkan masyarakat yang masih memilih anak laki-laki dan percaya pada orang pintar itu? Batz langsung merasa lemas. Ia kembali teringat suara Nae yang saat itu berkata akan membuka mata masyarakat yang selama ini terlalu mengagungkan anak laki-laki melalui acara dokumenternya. Perkataannya itu memang tidak salah. Sehingga Batz tidak punya alasan untuk membantahnya. Sementara Nae sengaja tidak memperhatikan reaksi Batz dan terus menatap kearah PD Nam.

"Kami tidak akan mengungkap nama dokter itu."

Batz mengangguk sambil melirik sekilas ke arah Nae. Wajah gadis itu terlihat lebih dingin daripada biasanya.

"Akan tetapi, aku tidak tahu bagaimana jika anggota keluarga itu bertanya apakah ini kejadian yang menimpa mereka. Sebagai pihak stasiun TV, kami hanya bisa berpura-pura tidak tahu tentang hal ini. Namun, jelas rumah sakit akan menilai sikap kami ini sebagai sikap yang tidak bertanggung jawab dan lepas tangan... "

"Pihak rumah sakit sejak awal menganggap acara dokumenter ini sebagai sarana untuk mempromosikan rumah sakit. Apa rumah sakit akan membiarkan begitu saja jika dokumenter ini menayangkan adegan seperti itu?" Batz bertanya dengan hati-hati.

PD Nam tertawa pelan.

"Kalau begitu, apa mau buat iklan saja?" Batz terdiam.

"Yang menjadi fokus bukanlah kecelakaan ini. Mungkin tidak bisa dikatakan sebagai penyebab kecelakaan ini, tapi kami akan membahas mengenai tuntutan untuk melahirkan anak dengan paksa karena memercayai omongan orang pintar dan pola pikir yang masih menomorsatukan anak laki-laki. Juga mengenai uang kompensasi dari rumah sakit."

PD Nam memisahkan ketiga topik itu dengan jelas. Mendengar penjelasannya itu, Batz menoleh pada Nae. Sepertinya ia telah menceritakan kepada PD Nam mengenai kejadian malam itu.

"Faktor kesalahan dokter dalam masalah ini cukup besar. Dokter Aom mungkin akan segera membuat pernyataan maaf secara resmi," Batz berkata dengan suara tercekat karena teringat akan Aom yang tadi gemetar ketika ia suruh untuk meminta maaf. Kalau gadis itu tidak bisa melakukannya seorang diri, ia bersedia menemaninya. Kalau itu dapat memberi kekuatan bagi Aom.

Falling In Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang