Dua Tahun Kemudian
"Hey mate kumohon bangunlah."
Udara masih menggigil di bulan oktober, masih terlalu pagi juga untuk membangunkan seorang pria kesepian di apartemennya.
Aku tak bisa meninggalkannya sendiri sejak kehidupan indah yang pernah dirajutnya diputar balikkan menjadi satu fakta menyakitkan.
Kerja sama kami telah berakhir. Namun setelah melewati beberapa kontak batin dengan pria ini, kurang lebih mengerti segala apa yang dialaminya serta melihat keadaannya yang kacau belakangan ini membuatku tidak bisa pergi begitu saja.
Hanya sebuah kesalahan dan semua berakhir demgan cepat. Bahkan lebih cepat dari kisah cinta mereka.
Hey... hey... hey...
Ini bukan soal drama atau kisah cinta yang rumit. Hanya tak lebih dari sebuah pelajaran ketika kau memutuskan untuk bersenang-senang di balik bahu pasanganmu. Tentunya.
Pengkhianatan adalah hal yang tak bisa di ampuni oleh mereka yang memiliki hati lembut. Dalam diktatku, mereka menyebutnya. LADY.
Ya, Wanita.
Untuk itulah, menginjak usia ke 32 tahun aku belum juga menikah. Sebabnya bukan karena aku tidak laku. Aku lumayan tampan dan memiliki bisnis mapan. Keluarga menyayangiku, ayah ibuku, kakakku dan... wanita? Aku belum menemukannya. Ralat, belum bertemu denganya lagi sejak hari itu.
Wanita yang sering ku sebut Semak karena rambutnya yang tidak juga menjinak. Dan gigi besarnya--yang ternyata sudah dipangkas cantik oleh dokter gigi. Emma Charlotte Duerre Watson-ku telah berubah dewasa dengan segala kelembutannya.
Maaf, aku jadi curhat.
Kembali lagi pada topik sahabatku yang nasib cintanya menjadi buruk.
Marc Marquez ini, yang sedang tidur di kasur apartemennya mengalami depresi luar biasa karena kehilangan anak dan istrinya. Sudah tidak lagi mengurus perusahaan Alenta Otospain. Dia benar-benar hengkang dari segala bentuk kesibukan, sementara Alex Marquez menggantikannya. Pria jangkung itu lebih waras mental dari pada kakaknya.
Berbotol-botol wiski yang setia menemaninya, klub malam tanpa jeda. Akhirnya aku yang terakhir membawanya pulang saat dia mabuk berat. Aku yang menjaganya dari sentuhan nakal para jalang di sana.
Dua tahun! Bayangkan!
Sepertinya Marc memang sangat menyesalkan perbuatannya dan kembali ia tak bisa bangkit dari keterpurukan selama dua tahun sejak kepergian istrinya. Menyedihkan. Miris. Aku hanya tak ingin dia mati. Itu saja.
Batin kami sudah lekat. Merekat kuat sebagai sepasang sahabat yang akan selalu ada. Jika keluarga Marquez telah mencampakkannya, maka keluarga Felton akan senang hati menerimanya.
Jika tak ada lagi yang memberikan kasih sayang padanya, maka aku akan memberikan seluruh kasih sayangku padanya.
Marc begitu rapuh. Dia butuh seorang teman yang menjadi tempatnya bersandar. Bahkan saking rapuhnya, sering aku mendengar isakan yang lolos dari bibirnya. Isakan yang meyayat merindukan anaknya dan mencintai istrinya.
Seandainya aku tahu siapa wanita itu. Seandainya aku tahu bagaimana wajah istrinya.
Marc mengucek matanya. Dengan suara berat dia bergumam,
"Kau sudah lama?"
"Hampir dua jam dan kehilangan meeting pentingku."
Aku berkacak pinggang merasa bahwa pria ini tidak merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAR AWAY (Ketika Berpisah Menjadi Jalan Terbaik)
FanfictionCOMPLETE STORY "Musim Gugur akan mengajarkan kita. Bahwa tanpanya, Musim Semi takkan nenjadi seindah ini." Tentang kisah cinta sejati. Yang harus melupakan dan dilupakan. Tentang besarnya arti kesetiaan dan pengorbanan. Tentang menunggu dan harus me...