FA- 4

990 87 27
                                    

Kembalinya Judith, gadis yang kini bertumbuh menjadi seorang wanita dewasa cantik membuat hari-hari Marc menggelisah. Bagaimana ketika secara tak sengaja Marc harus mengantar Judith ketika wanita itu terlambat berangkat kerja. Marc akan memalingkan wajahnya dan meneruskan laju mobil jika saja Emma tak memaksanya untuk memgangkut Ju sekalian. Ingatkan? Emma berusaha menjadi tetangga yang baik. Yang sialnya tetangga itu adalah Judith Justice. Mantan kekasih Marc yang masih.... entahlah. Marc ingin sekali menyangkal.

Betapa Emma tak mengerti rasa yang menyiksanya kala itu. Benar memang, Emma tak tahu apapun tentang hubungannya dengan Judith. Dan Marc tak berniat memberitahu sampai kapanpun. Cukup hanya ia dan wanita sialan itu yang tahu.

Wanita sialan yang semakin tumbuh memjadi wanita cantik. Sungguh Marc ingin mengabaikan perasaan yang entah darimana dengan lancang muncul kembali ke permukaan.

"Jangan terlalu menyiksa dirimu. Aku tahu kau mencari kesempatan agar ikut bersama mobilku." Judith menelengkan kepalanya menatap Marc dengan perih.

"Kenapa kau selalu menganggapku seperti itu, Marc? Aku tidak sejalang yang kau pikir."

Sambil bersedekap, Judith tak ingin menatap lelaki itu lebih lama. Karenanya ia sibuk menata goncangan batin yang luar biasa sakitnya. Matanya menekuri jalanan yang ramai berharap ada sesuatu yang menarik perhatiannya.

"Kenapa kau membenciku?" desisan Judith lebih terdengar seperti menahan tangisnya. Marc menoleh. Tak tahu apa yang ada di pikiran wanita itu sekarang. Yang jelas ia ingin cepat menurunkan wanita ini di depan kantornya.

"Kau bisa pindah rumah."

"Apa? Bahkan belum sebulan aku berada di sana."

Rahang Marc mengeras. Ia tetap konsen menyetir walau pikirannya kacau.

Hanya sebulan. Bagi Marc waktu sebulan bagai lima tahun. Bayangkan betapa menyiksanya harus menahan rindu pada Judith sekian lama. Dan kini wanita itu ada di dekatnya, tapi Marc tak bisa menyentuhnya. Ralat. Marc tak ingin. Walau hatinya ingin.

Berkali-kali Marc berusaha meyakinkan cintanya pada Emma, istrinya. Ya, istrinya. Ibu dari anaknya. Seharusnya wanita itulah yang merajai hati Marc. Bukannya Judith.

"Kau merindukanku, Marc."

"Apa?"

"Matamu mengatakan segalanya." Kalimat terakhir mengejutkan Marc sebelum akhirnya Judith membuka pintu mobil dan keluar.
Dengan kesal Marc memukul stir mobil dengan kencang. Meluapkan kekesalannya. Kekesalan karena apa yang diucapkan Judith adalah kenyataan.

Marc merindukan Judith meski porsinya berbeda.

***

Emma tersentak bangun saat mendengar suara ketukan dan teriakan buas dari luar. Demi Jenggot Dumbledore, siapa yang berani berteriak-teriak seperti orang gila siang-siang begini. Bahkan musim dingin belum sepenuhnya berakhir.

"Kau?" Alex Marquez berdiri dengan senyum bodohnya. Memperlihatkan gigi-gigi besarnya yang mengerikan.

"Ya, aku. Emma Watson. Kenapa kau mendelik begitu melihat adikmu yang tampan ini datang, hehe... mana Lynn?" Emma menepuk keningnya. Si perusuh datang. Alamat setiap hari Emma harus bekerja lebih keras untuk membersihkan rumah.

"Emma Marquez kuralat. Dan aku kakak iparmu sekarang."

Ada yang belum mengerti? Emma dan Alex adalah teman baik saat kuliah dulu. Alex memang berada beberapa tingkat di bawahnya. Namun ketika beberapa hobi selalu mempertemukan mereka, kedua anak manusia yang aneh itu alhirnya bersahabat. Sahabat harga mati. Emma memaklumi sikap Alex yang kadang lebih childish dari adiknya, Kristen Stewart Watson di Inggris. Namun kadang menjadi sangat kebapakan. Dan lelaki aneh bin menyebalkan ini juga yang mengenalkannya pada Marc. Menjadi kakak ipar Alex bukan hal yang merugikan. Namun sedikit mengerikan.

FAR AWAY (Ketika Berpisah Menjadi Jalan Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang