"Mom, kau mau tahu sesuatu?" Lynn duduk di sofa sudut dekat ruang keluarga sesaat setelah mengambil susunya. Tangan gemuknya mencoba menyingkirkan helaian rambut panjangnya yang menghalangi.
"Ada apa, sayang?" Emma menunduk menatap gemas putrinya yang ternyata sudah sebesar ini.
"Sebenarnya hari ini aku hampir berkelahi dengan Fred. Untung Miss Beaxter mencegahku." Emma menyimpan rasa ingin tertawanya. Fred adalah teman sekolah kanak-kanak Madelynn. Bertubuh tambun dan memiliki pipi yang lebar.
"Itu tindakan yang tidak benar, Lynn. Jangan diulang lagi karena Mom tidak pernah mengajarimu kekerasan seperti itu."
"Daddy Tom menceritakan padaku bahwa Mom pernah menonjok tepat di hidungnya. Apa itu benar?" Mata Emma menyipit mendengar dua kata yang menggelikan. Daddy Tom. Sejak kapan?
"Siapa yang menyuruhmu memanggil Tom dengan sebutan Daddy?"
Gadis kecilnya tidak langsung menjawab. Ia menenggak habis susu di gelas dan menaruhnya di meja."Itulah sebabnya mengapa aku hampir berkelahi, Mom. Fred mengataiku bahwa aku tidak punya ayah. Lalu tiba-tiba pria yang mengaku tampan itu datang menjemputku di sekolah."
"Apa-apaan ini, Tuhan? Pria yang mengaku tampan, maksudmu Tom?" Emma sukses tergelak mendengar ocehan bocah lima tahunnya.
***
"Madelynn kan tidak punya Daddy. Dia selalu diantar ibu atau bibinya."
"Bagaimana kau bisa hidup tanpa Daddy, Lynn?"
"Daddy ku selalu membawakan mainan bagus saat pulang kantor."
"Daddy ku kemarin mengajakku bermain sampai aku tertidur. Membacakan cerita dan memandikanku."
Madelynn memang tidak mengenal siapa ayahnya. Dia tak ingat bagaimana bentuk wajah, hidung ataupun gaya berjalannya. Tapi nalurinya sebagai anak tidak bisa diam begitu saja mendengar olokan dan cerita teman-temannya tentang seorang Ayah.
Maka tubuhnya berdiri, meletakkan tangan di kedua pinggang dan menunjuk tepat di hidung merah Freddy Gostine. Anak lelaki itu sangat besar dibanding para sebayanya.
Namun jika dilihat dengan seksama, bukankah keberaniannya memang meniru sang ibu?"Aku memang tidak memiliki seorang ayah, tidak ingat bagaimana wajahnya, ataupun suara tertawanya."
Beberapa kawannya diam ketika sang pemberani bicara."Tapi tahukah kalian bahwa aku memiliki seorang ibu yang bisa melakukan segalanya jika dibanding dengan ibu kalian? Bisakah ibu kalian memasak sekaligus merapikan rumah tanpa pembantu? Bisakah ibu kalian membenarkan atap rumah yang rusak? Atau bisakah ibu kalian memperbaiki sepeda yang baru kalian tabrakkan pada pohon?"
"Ibuku melakukan apa yang tidak bisa dilakukan oleh ibu kalian. Dia bekerja keras untuk melengkapi apa yang aku butuhkan. Dia berjuang sendiri untuk membiayai semua kebutuhanku, sekolahku, dan makanan yang layak untukku."
Kini Lynn menurunkan tangannya. Kedua tangan rapuh itu meluruh saat dadanya terasa begitu sesak. Ia hanya mengingat sang ibu. Kerja kerasnya setiap hari. Saat fajar tiba hingga malam membentang. Tanpa seorang ayah.
Madelynn menginginkan seorang ayah dan sebuah keluarga yang utuh. Bukan seperti timbal yang timpang seperti ini.
Madelynn menginginkan dua tangan, dua kaki, dua telinga, dan dua mata untuk melengkapi hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAR AWAY (Ketika Berpisah Menjadi Jalan Terbaik)
FanficCOMPLETE STORY "Musim Gugur akan mengajarkan kita. Bahwa tanpanya, Musim Semi takkan nenjadi seindah ini." Tentang kisah cinta sejati. Yang harus melupakan dan dilupakan. Tentang besarnya arti kesetiaan dan pengorbanan. Tentang menunggu dan harus me...