Ending

1.1K 63 109
                                    

YAHUUUUU... yang nunggu part ini udah update loh.
Sorry kalo akhirnya gak sesuai sama yang kalian bayangkan.
Selamat membaca dan silahkan serang saya kalo ada yang nggrenjel.
Oiya, aku baru tau kalo Lleida itu nama provinsi kek Jawa Timur gitu ya.

***

Tadinya aku sudah sangat lelah dan mengantuk setelah dipaksa ibu untuk menelan beberapa butir obat. Jika saja ini bukan untuk pemulihan, aku tidak akan sudi.

Untuk pertama kali setelah beberapa tahun setelah kami berpisah, ini kalinya hatiku menghangat kembali meski mengalami penolakan tak berujung dari istriku. Aku menghargainya, tentu saja.

Emma tidak mungkin menerimaku kembali mengingat semua hal bodoh yang sudah kulakukan. Mengingatnya membuat hatiku meringis. Sepertinya Tom mendukungku untuk terus mendekati wanitanya. Tapi sebagian diriku menolak. Sudah merasa tidak pantas jika harus kembali memberi kebahagiaan pada Emma dan Lynn.

Omong-omong tentang Lynn, gadis kecilku sudah tidur sejak berada dalam pelukan ibunya dan aku masih tetap terjaga tanpa pelukan siapapun. Emma menarik selimut dan tidak membiarkanku berada dalam satu kubangan selimut dengannya dan Lynn. Aku berada di ruangan yang sama, seranjang bersama, tapi rasanya ada di pulau yang berbeda. Sangat jauh karena bahkan untuk menyentuh ujung jemarinya saja aku tidak akan punya kesempatan.

Kudenguskan nafas untuk protes terhadap keadaan. Jelas ini lebih menyakitkan daripada kematian, menurutku.

"Coba pejamkan matamu dan usir pikiran-pikiran yang tidak berguna, kau akan cepat terlelap."

Apa baru saja tadi aku mendengar suara malaikat? Entahlah, tapi suara itu terlalu nyata untuk diucapkan pada pria yang insomnia.

Aku merasakan pergerakan di sisi ranjang yang ditempati Emma. Tubuhnya menegak dan bersandar.

"Kau tidak tidur?" tanyaku ikut menyandarkan punggung.

"Sudah lama sekali aku tidak tidur dengan pria. Ini membuatku tidak nyaman."

"Aku bisa pergi."

"Tetaplah ditempatmu. Aku tidak mau Lynn kembali menangis kalau kau tidak ada."
Batinku tersenyum mendengar setiap kata dari Emma meskipun nada bicaranya terlampau sengak.

"Emma, boleh aku bertanya sesuatu?"

"Katakan, selagi tidak menyangkut pautkan privasiku dengan Tom."

Apa yang dimaksud dengan privasinya dan Tom? Apa mereka sudah...?

"Tidak. Aku tidak mau ikut campur dengan urusanmu dan Tom."

"Bagus."

"Aku ingin bertanya, apa selama ini Lynn pernah bertanya dimana ayahnya? Atau siapa ayahnya? Atau mengapa kita tidak tinggal bersama?"

"Tentu saja. Itu pertanyaan tersulit untuk kujawab. Lynn masih terlalu kecil untuk mengetahui dia sudah memiliki seorang adik dari ibu yang lain."

"Maafkan aku." Aku tersinggung, namun lebih sakit yang dirasakan Emma sampai saat ini.

"Semuanya sudah berakhir, Marc. Santai saja." Hatiku meringis perih. Emma mengucapkan kata 'santai' dengan remeh. Aku tahu wanita ini sedang egois terhadap hatinya sendiri.

"Apa yang membuatnya bahagia?"

"Dia tidak pernah bersedih. Tapi dia sangat senang bermain hujan dan merawat kebun."

"Aku melewatkan banyak hari."

"Ya. Kuharap kau tidak menyesalinya. Karena kau sendiri yang memutuskan jalanmu."

FAR AWAY (Ketika Berpisah Menjadi Jalan Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang