Emma gelisah dalam tidur malamnya. Badan lelah itu hanya berpindah-pindah posisi tanpa bisa memejamkan mata seperti biasa.
Ia tidak mungkin salah mengenali pria yang datang bersama Tom tadi saat mengantar Lynn. Meski dari jauh dan dalam cahaya temaram, Emma mengenali sosok Marc yang melongokkan kepalanya dari jendela mobil.
Ya, pria itu tetap seperti dulu meski terlihat sedikit tirus.
Emma memutar otaknya dengan menghubung-hubungkan kejadian akhir-akhir ini. Sikap Tom yang menarik ulur perasaannya ketika Emma sudah membuka hati. Lalu bagaimana bisa Tom menyembunyikan semua ini darinya selama ini. Sebenarnya siapa yang bodoh?
Tubuhnya menegak, dihelanya nafas dalam-dalam lalu meneguk air putih di atas nakas. Mungkin Emma akan mati penasaran jika Tom tidak segera menjelaskan hal ini padanya.
Di ambilnya ponsel silver kesayangan, mencari nomor Tom dan menunggu lelaki itu menyahut.
"Mom, ada apa?" Emma menetralkan detak jantungnya karena emosi yang siap meledak.
"Jangan memanggilku seperti itu seolah-olah aku istrimu."
Terdengar nada putus asa dari seberang."Ada apa malam-malam menelpon? Merindukanku?"
"Lelaki yang bersamamu tadi... siapa dia?"
Dari seberang Tom menyeringai yang tentu tidak dapat dilihat oleh Emma.
"Dia sahabatku. Ada apa?"
"Siapa namanya?"
"Ayolah Em, hanya untuk masalah seperti ini kau tega membangunkanku. Hoaamm." Tom benar-benar menguap. Baru beberapa menit ia bisa tidur dan sekarang Emma menelpon hanya untuk menanyakan siapa lelaki yang bersamanya tadi.
"Tom aku benar-benar ingin tahu. Siapa namanya?"
"..."
Hening, Emma menunggu sahutan tapi hanya suara dengkuran halus yang ia dengar."Shit." umpat Emma kesal.
Membanting ponsel dan tubuhnya ke kasur, Emma seolah-olah akan mati penasaran.***
Emma mengambil tumpukan piring kotor dan merapikan meja makan usai sarapan ketika tiba-tiba mendengar ketukan pintu.
"Biar aku saja, sis." Kristen melompat dari kursinya sambil menyambar apel.
"Hai." Sapa Kristen sumringah begitu tahu Tom datang dengan sebuket bunga lily putih.
"Apa Emma masih marah?"
"Begitulah. Dari tadi wajahnya ditekuk terus. Kalian bertengkar?"
"Iya. Sebenarnya tidak, Aku tidur saat dia telepon kemarin."
"Ah dasar cowok payah."
Disebut 'payah' Tom malah mencubit pipi Krisen dan menyambar apelnya.
"Hei itu apelku!"
Masa bodoh, Tom tetap melenggang masuk mencari Emma.Wanita itu memakai celemek dengan cipratan air dan berada di belakang wastafel. Anak rambut yang lolos dari ikatan dan wajah sibuknya, sejenak membuat Tom terpana. Meski dalam keadaan seperti itu Emma tetap saja cantik dan galak. Tom akan bersiap menerima cuitan galak hari ini.
"Sudah kubilang aku tidak suka bunga." Tom tersadar Emma sedang berbicara padanya.
"Kalau tidak suka, kenapa menghias tamanmu dengan banyak bunga?" Tom mendekat, memeluk Emma dari belakang dan mengendus lehernya.
"Bunga yang kutanam hidup. Sedangkan yang kau bawa hanya bunga plastik."
Pria itu melepaskan pelukannya dan memeriksa bunga yang ia bawa. Lalu kemudian memukul dahinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAR AWAY (Ketika Berpisah Menjadi Jalan Terbaik)
FanfictionCOMPLETE STORY "Musim Gugur akan mengajarkan kita. Bahwa tanpanya, Musim Semi takkan nenjadi seindah ini." Tentang kisah cinta sejati. Yang harus melupakan dan dilupakan. Tentang besarnya arti kesetiaan dan pengorbanan. Tentang menunggu dan harus me...