FA- 37

656 62 28
                                    

Emma menggeliat dari tempat nyamannya bersama Tom. Setelah 'menyatakan cinta' beberapa jam yang lalu, Emma tidak benar-benar bisa tidur. Ia bahkan turun untuk mengurus Lynn dan menidurkannya di kamar.

Bibirnya menyungging bahagia saat melihat tidur damai Tom di sebelahnya. Tubuhnya bergerak ke samping memandang Tom lekat-lekat. Sementara telunjuknya menyusuri seluruh lekuk wajah Tom.

"Aku sudah mencintaimu dan akan tetap mencintaimu sampai kapanpun."

Dengan gerakan kilat Tom menggapai telunjuk yang dari tadi mondar mandir di hidungnya.

"Geli tahu,"

"Kau sudah bangun?"

"Ya, itupun karena tanganmu yang nakal."
Emma bersemu.

Tom menggeliat pelan meregangkan otot-ototnya lalu memberikan akses Emma untuk tidur dilengannya.

"Kau wanita terbaik. Tidak ada ruginya aku memilih menunggu dan mencarimu. Ya meski awalnya aku sedikit patah hati karena kau sudah bersuami."

"Mengharukan sekali."

"Emma, kita melupakan Lynn."

"Aku sudah menidurkannya. Kau tidur lama sekali. Ini sudah jam sepuluh malam."

"Kau tidak tidur setelah..."

"Tidak. Aku masih ingat punya anak yang harus kuurus sebelum bercinta denganmu."

"Aih, kata-katamu berani sekali ya."

"Kau yang mengajari."

Dengan gemas Tom mengacak rambut Emma lalu mencium keningnya.

"Kapan kau akan membawakanku bunga mawar?"

"Kau sudah seperti remaja ya, baru berpacaran dan sudah minta bunga."

"Eugh, terserahmu lah." Emma mencebik dan turun dari ranjang ketika Tom malah menarik tubuh half naked nya kembali.

"Lynn kan sudah tidur, jadi kau mau ke mana?"

"Kau menyebalkan."

"Oh sedang merajuk? Baiklah, bagaimana kalau kita..."

Emma memekik begitu Tom menindihnya. Ada gumpalan yang tengah membesar di bawah dan Emma tahu apa yang akan terjadi.

***

Sesaat Tom ragu untuk masuk kamar perawatan Marc. Pasti lelaki itu akan mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Tentu Tom bingung akan menjawab setiap pertanyaan Marc tentang Emma.

Dilihatnya lelaki itu tengah menyandar dengan membuang pandangannya pada hamparan pemandangan hijau rumah sakit.

"Sudah merasa lebih baik?"

Marc menoleh, menampakkan wajahnya yang sembab dan pucat.
Tom melihat sekitar, ada tas Jade di sofa dan beberapa makanan ringan.

"Jade menginap?"

"Ya." jawab Marc singkat.
Mengingat apa yang dikatakan Jade semalam membuat Marc terus bersedih dan berpikir hal yang tidak-tidak.

Begitupula dengan Tom, melihat keadaan Marc ia teringat oleh apa yang telah dilakukan bersama Emma kemarin. Meski wanita itu terlihat bahagia, namun sisi hati Tom merasa sangat bersalah.

"Kau mencintainya." Tom menahan nafasnya yang berat.

"Dia adalah wanita yang kuceritakan padamu."

"Kenapa kau mencintainya!" Icapan Marc barusan bukan seperti pertanyaan melainkan hardikan. Padahal tak ada jawaban untuk pertanyaan seperti itu. Rahangnya mengeras dan wajahnya terlihat frustasi parah.

FAR AWAY (Ketika Berpisah Menjadi Jalan Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang