DhirgaPov~~
"Hachimmm...."
Aduh hidung gue, gue jadi enggak ganteng lagi dehh. Ngemeng-ngemeng hari ini gue enggak sekolah, kalian pasti tau lah alasannya apa.
"Dhirga! Makan yang benar dong"
Ribet amat sih emak gue satu ini, nurut siapa sih? Perasaan nenek gue engga begini rempongnya.
"Susah ma, tangan Dhirga lemes" ucap gue sambil mengangkat tangan kanan gue yang tidak bertenaga itu.
Mama menghampiri gue dengan senyuman lembut, "mau mama suapin?" Tanyanya.
"Mauu" jawab gue senang.
Ehh, jangan bilang-bilang ya kalau gue makannya masih disuapin, reputasi sebagai seorang badboy nanti hancur.
Mama menggantikan tangan gue untuk menyuapkan nasi ke dalam mulut gue, mama memang the best.
"Papa mana ma?"
"Lagi tugas di Bandung, kenapa? Kok tumben nanya?"
"Gak papa sih, nanya aja"
Mama membantu gue mengambilkan air putih, gue meneguk air putih yang diberikan mama dengan cepat.
"Kenyang ma"
"Masih banyak ini nasinya"
"Kenyang, nanti Gaga muntah gimana?"
"Yaudah, habis ini langsung minum obatnya"
Gue mengangguk paham, mama keluar dari kamar gue sambil membawa nampan yang berisi sisa nasi gue.
Oh ya, nama Gaga itu panggilan keluarga buat gue, kata mama sih lebih enak manggil Gaga. Gue belum cerita tentang kakak gue ya? Kalau gitu gue kasi tau sekarang.
Namanya Larasati Rivaldo, dia udah nikah, bahkan udah punya anak. Dia tinggal di London karena harus ngikut suaminya.
"Dhirga, sayang obatnya udah diminum?" Teriak mama mungkin dari lantai bawah.
"Udah ma" balas gue.
Gue mengambil hp gue, barangkali untuk mengecek pesan-pesan dari sohib-sohib gue, atau dari Vanya mungkin?
Gue sengaja enggak bilang Vanya tentang keadaan gue saat ini, gue takut dia jadi enggak konsen belajar karena harus mikirin gue, mungkin aja kayak gitu.
Gue juga udah bilang ke sahabat-sahabat gue supaya enggak bilang ke Vanya kalau gue lagi sakit, semoga aja enggak ada yang bocor.
Perasaan bosan menghampiri diri gue yang malang ini, gue enggak tau harus ngapain, apa gue nonton tv aja? Bosen banget.
"Nonton di ruang tamu aja deh"
Saat gue akan beranjak, suara bell rumah tiba-tiba buat gue berhenti, tumben ada orang pagi-pagi dateng ke rumah gue? Karena rasa penasaran gue yang tinggi, akhirnya gue menengokkan kepala gue dari jendela untuk melihat siapa yang memencet bell.
What the hell!!
Vanya?! Kok bisa? Siapa yang ngasi tau? Ahh! Si curuttt, seharusnya gue enggak kasi tau si curut itu.
Jujur bukannya gue enggak suka di jenguk Vanya, gue malah suka banget, bahagia banget dijenguk Vanya. Tapi ini yang gue khawatirkan, dia bolos.
Gue enggak mau buat reputasi dia sebagai anak yang baik-baik ternodai, cuma gara-gara jenguk gue.
"Pura-pura tidur aja dehh"
Dengan cekatan gue naik kembali ke tempat tidur, mengambil lap yang tadi mama siapkan untuk mengompres gue, menempelkannya ke dahi gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Bad Boy
Teen Fiction"Ini namanya pemaksaan!" "Gue gak peduli, yang penting lo jadi milik gue" "Lo siapa? Berani banget nge klaim gue" "Sekarang gue pacar lo, Devanya Robertson" "Dasar pemaksa!" "I love you too" Pertemuannya dengan senior badboy membuat Vanya tidak tena...