Dhirga menghentikan mobilnya di pekarangan rumah gadisnya, ia menghela nafasnya dengan pelan berusaha agar gadisnya tidak terbangun. Posisi yang sangat menguji kesabarannya akhirnya segera terlepas karena cewek itu telah berpindah tempat, yang semulanya berada di atas pangkuan Dhirga menjadi berada di tempat duduk penumpang. Wajah Vanya sangat lesu, matanya sembab dan ditambah lagi dengan hidungnya yang memerah.
"Masih ngantuk?" tanya Dhirga dengan lembut, tangannya tak bisa tinggal diam saja. Ia mengelus punggung Vanya dengan lembut, menyalurkan kenyamanan untuk perempuan itu.
"Masih," jawab Vanya setengah sadar, matanya kembali terpejam.
Dhirga dengan cepat turun dari mobilnya, beralih untuk menggendong Vanya untuk masuk ke dalam rumah. Cowok itu menggendong Vanya sama seperti saat MOS, dimana dirinya menggendong Vanya menuju uks.
Dari sini Dhirga bisa melihat Nathan yang berdiri di depan rumah sambil membawa handphone di tangannya. Dhirga lantas memanggil Nathan, "Nat!" teriak Dhirga.
Nathan menoleh dengan cepat hingga pandangannya jatuh pada gadis yang berada di dalam gendongan Dhirga, cowok itu dengan cepat menghampiri Dhirga, wajahnya terlihat khawatir.
"Vanya kenapa?" tanya Nathan.
"Kecapean aja, dia tidur. Tenang aja," jawab Dhirga.
Nathan mengangguk lalu mempersilahkan Dhirga untuk masuk ke kamar perempuan itu. Dhirga lalu merebahkan tubuh Vanya ke atas kasur, Nathan sudah berlari ke arah dapur untuk menyiapkan air hangat untuk adiknya itu.
"Sayang, buka mata kamu." Dhirga berbisik pelan di telinga Vanya.
Vanya sekuat tenaga menahan rasa sakit yang menyerang kepalanya, ia sedikit demi sedikit membuka matanya perlahan.
"Kepala aku sakit hikss -- sakit banget "
Dhirga dengan panik lalu memanggil Nathan untuk datang ke kamar Vanya, ia mengelus dengan lembut kepala Vanya untuk mengurangi rasa sakitnya itu.
Nathan yang mendengar teriakan Dhirga langsung berlari menuju ke kamar adiknya tanpa memperdulikan air hangat yang tumpah mengenai tangannya.
"Sakit Ga, kepalaku sakit." isak Vanya.
Dhirga langsung membopong cewek itu kembali, saat akan keluar tiba-tiba Nathan menghampirinya.
"Kita bawa Vanya ke rumah sakit. Gue gak tahan liat dia kayak gini," ucap Dhirga melirik Vanya. Nathan langsung mengangguk dan berjalan mendahului Dhirga.
"Vanya." teriakan itu menggema di seluruh ruangan hingga terdengar ke telinga kedua laki-laki itu. Dhirga menoleh kebelakang dimana ia mendengar suara tersebut, begitupun dengan Nathan.
"Nathan, adik kamu kenapa?" Ucap Azka sambil menghampiri mereka bertiga dengan kursi rodanya.
Nathan dengan cepat mendorong kursi roda tersebut untuk ikut bersama mereka.
"Nanti Nathan jelaskan ke papa, sekarang kita bawa Vanya ke rumah sakit dulu." ucap Nathan.
Azka mengangguk, bibirnya tak henti memanjatkan doa untuk putrinya itu. Nathan membawa mobil seperti orang kesetanan, tidak peduli dengan suara klakson yang memintanya untuk turun, hingga akhirnya mereka sampai di rumah sakit.
Dhirga kembali membopong tubuh lemah itu, membaringkannya di atas brangkar.
"Dokter! Tolong dia!" ucap Dhirga.
Vanya sudah dibawa masuk oleh dokter, Dhirga menundukkan kepalanya sejenak untuk mengurangi rasa sakit di kepalanya, tidak terlalu sakit, ia bisa menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Bad Boy
Teen Fiction"Ini namanya pemaksaan!" "Gue gak peduli, yang penting lo jadi milik gue" "Lo siapa? Berani banget nge klaim gue" "Sekarang gue pacar lo, Devanya Robertson" "Dasar pemaksa!" "I love you too" Pertemuannya dengan senior badboy membuat Vanya tidak tena...