Best of Day

12.1K 478 7
                                    

Vanya menetralkan nafasnya saat tubuhnya ia jatuhkan ke atas sofa, sepeninggalnya mereka dari Taman membuat sesosok anjing gila menjadi marah. Vanya bahkan tidak mengingat keberadaan anjing itu sudah sangat dekat dengan mereka berdua, yang ia ingat hanyalah berlari dan berlari.

"Huhh.. Capek banget," ucap perempuan itu sambil menyenderkan tubuhnya pada sofa, disebelah perempuan itu juga ada seorang laki-laki yang tak jauh beda keadaannya dengan dirinya. Cowok itu bahkan mendapatkan luka di bagian tangannya karena tersangkut pohon mawar di dekat taman tersebut.

"Kamu sih! Kenapa harus ajak aku ke taman sih? Ngasih taunya kan bisa di rumah, " ucap Vanya menyalahkan laki-laki di sebelahnya. Laki-laki itu Dhirga. Cowok yang sedang memandang dirinya memelas sambil memegangi tangannya yang luka itu.

"Kamu kok gitu sih. Aku luka loh, kamu enggak berniat ngobatin luka aku gitu?" ucap Dhirga memohon kepada Vanya, namun perempuan itu hanya mendengus kesal dan memilih diam di tempatnya.

"Obatin aja sendiri! Kaki aku juga sakit tau! Kamu kira lari dari taman sampai rumah itu enggak capek? Ini kaki udah mau copot rasanya." omel Vanya sambil menatap Dhirga.

Dhirga menghela nafasnya lalu berjalan ke arah kotak p3k yang tergantung manis di tembok dengan paku sebagai penyangganya. Cowok itu mengambil obat merah dan perban serta membawa minyak urut. Cowok itu kembali berjalan menuju ke sofa, tempat di awal ia duduki.

Dhirga dengan perlahan membuka obat merah tersebut lalu berusaha meneteskannya pada luka di tangannya itu, namun sebelum obat tersebut menetes, Vanya menarik tangan laki-laki itu untuk berdiri.

"Bego! Itu lukanya masih baru, di cuci dulu, sini!" Vanya menarik tangan Dhirga untuk mengikutinya, cewek itu berjalan ke arah wastafel yang berada di dekat dapurnya. Vanya menggerakkan tangan laki-laki itu untuk menangkup air dan mengarahkan air tersebut ke arah luka laki-laki itu.

"Aww..! Perih sayang, aduh! Enggak usah digosok gitu, Van." Dhirga meringis kesakitan sambil menggigit bibir dalamnya, lukanya memang cukup dalam hingga membuat tangannya terasa sangat sakit. Bukan duri yang mengenai tangan Dhirga namun kayu yang menonjol membuat tangan laki-laki itu tersangkut sehingga menimbulkan luka robek di area tangannya.

Vanya tidak memperdulikan ringisan tersebut dan memilih melanjutkan kegiatannya untuk membasuh luka di tangan Dhirga, walaupun hanya sekedar membersihkan darah yang masih setia mengalir dari tangan laki-laki itu.

"Ayo!" lagi-lagi Vanya menarik tangan Dhirga, cowok itu sedikit memekik karena lukanya terhantuk wastafel yang ada di hadapannya itu. Namun sepertinya Vanya tidak menyadari hal itu, cewek itu malah terlihat cuek dan memilih untuk membawa Dhirga kembali ke sofa.

"Aduhh!! Sakit Van!" teriak Dhirga saat Vanya meneteskan obat merah pada lukanya, untung saja cuma ada Vanya di ruangan ini jadi ia tidak perlu malu. Sungguh ini merupakan rasa sakit yang amat-amat mendalam bagi laki-laki itu, hingga tak sadar jika Dhirga sudah meneteskan air matanya.

Vanya mengangkat wajah Dhirga dengan tangannya, "kamu nangis?" tanya perempuan itu tidak percaya. Ini merupakan moment terlangka, melihat Dhirga menangis karena luka di tangannya membuat dirinya tidak mampu menahan tawanya.

Cowok itu memalingkan wajahnya karena malu, setelah Vanya melilitkan perban di area lukanya ia langsung melepaskan tangannya dari tangan perempuan itu. Jangan disangka jika Dhirga tidak nyaman dengan pegangan tangan itu, namun ia sangat-sangat malu. Ia melepaskan tangannya dan menutup wajahnya yang masih tergenangi air mata dengan kedua tangannya.

"Kamu beneran nangis? Astaga! Seorang Dhirga bisa nangis? Aku enggak bisa percaya ini! He cried because of a small wound, oh my god!"

Vanya tak bisa menahan tawanya lagi, perempuan itu sampai harus memegangi perutnya yang mungkin sebentar lagi akan keram, karena tertawa sangat kencang. Mendengar tawa Vanya yang nyarin Nathan datang dengan berlari sambil membawa gayung ditangannya, seperti yang dilihat, Nathan sepertinya sedang mandi.

Possessive Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang