Nathan menekuk wajahnya saat Raya memberikannya hadiah berupa omelan, Raya melakukan hal itu karena menurutnya Nathan bersalah karena sangat lama menjemput Vanya. Vanya telah menceritakan semuanya kepada Raya, mulai dari ia dan Dhirga bertengkar kemudian dipaksa dan didorong Romeo, hingga diselamatkan oleh Dhirga.
Vanya tidak pernah menutupi apapun yang terjadi, menurutnya itu sangat menyusahkan, menanggung beban sendirian itu tidak enak. Vanya bahkan bercerita kepada Raya bahwa Nathan sangat lelet sekali menjemputnya.
Kali ini Raya pantas membela Vanya, ia tau Nathan kemarin lama menjemput Vanya karena menyelesaikan games nya terlebih dahulu.
"Kali ini mama maafkan kamu, minta maaf sama adikmu!" suruh Raya. Senyum Vanya mengembang seketika, ia menjulurkan lidahnya untuk mengejek Nathan yang terlihat kesal. Walau bagaimanapun Nathan juga merasa bersalah pada Vanya, jika Dhirga datang terlambat bisa saja terjadi sesuatu yang mengancam Vanya.
"Dek, gue minta maaf ye, gue terlalu seru kemarin mainnya sampe-sampe lupa sama lo." ucap Nathan sembari mengelus kepala Vanya.
Raya meninggalkan kedua anaknya, dan memilih untuk melanjutkan buat sarapan.
"Bosen ya lo punya adik kayak gue?" Nathan menggeram pelan, ingin rasanya mencubit bibir Vanya yang tidak bisa dikontrol dulu omongannya.
"Enggaklah! Jangan ngomong gitu lagi boleh gak?"
"Lo nya nyebelin! Kalau gue sampe diperkosa gim--"
"Astaga! Stop mikirin yang aneh-aneh, lo masih sehat walafiat gini juga. Lo mau gue lempar ke jurang hah?"
"Huaahh.. Bang Natnat jahat! Gue aduin papa loh, ini masih untung gue aduin ke mama doang dan bukan ke papa!"
Nathan mengacak rambutnya sendiri dengan gemas, ingin rasanya menenggelamkan Vanya sampai dirinya kehabisan nafas.
"Yaelah ngadu mulu ya lo,"
"Bodo amat!"
"Jadi gimana? Gue dimaafin gak nih?" Vanya mengangguk, bagaimanapun ia tidak bisa bermusuhan dengan Nathan, yah walaupun menurutnya Nathan itu kakak yang paling menjengkelkan di dunia tapi ia tetap menyayangi kakaknya itu.
"Iya gue maafin, tapi traktir ya?"
Nathan mendengus awalnya namun akhirnya mengangguk, "iya nanti gue traktir lo sepuasnya deh"
Mendengar jawaban Nathan, Vanya bersorak gembira.
***
"Ma, Pa, Bang, Vanya berangkat sekolah dulu ya," ucap Vanya berpamitan.
"Berangkat sama siapa?" tanya Nathan.
"Naik angkot aja, lagi pengen guenya." jawab Vanya dengan asal.
Raya mengangguk paham lalu memberikan tangannya untuk di salami oleh Vanya.
"Pulang nanti gue jemput ya?" tawar Nathan yang langsung diangguki oleh Vanya.
Tiba-tiba suara bel rumahnya berbunyi, Vanya menahan Raya untuk membukakan pintu, "biar Vanya aja yang buka ma, sekalian mau keluar juga" ucapnya.
Raya mengangguk, "yaudah, kamu hati-hati ya,"
"Siap bos!"
"Pa, kemarin om Erlangga bilang kalau ada hal penting yang mau di omongin, papa di suruh datang ke alamat ini." sebelum meninggalkan ruang makan, Vanya memberikan sebuat kertas yang bertuliskan alamat kepada Azka (papanya)
"Iya Van, nanti papa datang, kamu cepat bukain pintunya"
"Iya pa, aku pergi dulu semuanya"
"Hati-hati, Sayang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Bad Boy
Teen Fiction"Ini namanya pemaksaan!" "Gue gak peduli, yang penting lo jadi milik gue" "Lo siapa? Berani banget nge klaim gue" "Sekarang gue pacar lo, Devanya Robertson" "Dasar pemaksa!" "I love you too" Pertemuannya dengan senior badboy membuat Vanya tidak tena...