Just Friend

7.1K 216 11
                                    

"Ga, kamu yakin gak mau cerita kenapa kamu emosi banget kemarin?" Entah sudah ke berapa kalinya kalimat itu terlontar dari bibir Vanya. Dan Dhirga selalu menolak untuk menceritakannya.

Dhirga malah selalu mengalihkan pertanyaannya dengan topik yang memang masih bersarang di kepalanya.

"Kamu gak mau jelasin sedekat apa hubungan kamu sama orang itu?" Yah seperti yang sekarang ini, Dhirga malah mengalihkan perhatiannya dengan menanyakan hubungannya dengan Axel. Vanya yakin Dhirga pasti marah karena kedekatan mereka, tapi laki-laki dihadapannya ini lebih dulu memenangkan hatinya. Vanya tidak akan berpaling pada siapapun termasuk Axel.

Sudah jelas bukan? Hubungannya dengan Axel hanya sebatas teman sekampus lagi pula kemarin dirinya tidak sengaja bertemu dengan Axel. Itu semua juga sebab Dhirga yang menurunkan dirinya di jalan.

"Bisa gak sih kamu berhenti nanya hubungan aku sama Axel?"

"Enggak. Aku gak suka lihat kamu dekat-dekat sama dia."

Vanya melotot tajam. Untuk saat ini biarlah laki-laki itu yang memimpin karena Vanya tidak ingin kejadian kemarin terulang kembali. Setelah sampai di rumahnya nanti ia berjanji akan membuat Dhirga tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Vanya lebih memilih mengacuhkan Dhirga sembari menutup mata. Menikmati suara musik yang sangat merdu di telinganya hingga dirinya tidak sadar telah larut di dalamnya.

***

"Sayang, bangun."

Tepukan ringan di pipinya membuat Vanya terpaksa membuka matanya, mengalihkan pandangannya ke seluruh ruangan. Vanya mengerjapkan matanya berulang kali sebelum akhirnya membenarkan posisinya.

"Kamu gendong aku ke kamar ya? Emang gak berat?"

"Ya beratlah, makanya aku suruh bang Nathan yang gendong."

Vanya mengambil sebuah bantal dan langsung dilemparkan kearah Dhirga yang tergelak dengan pernyataannya tadi. Padalah Vanya sudah sering pergi gym, mana mungkin berat badannya bertambah.

"Aku bercanda, sayang. Kamu sama sekali gak berat malah ringan banget."

"Ih nyebelin banget sih!"

Vanya mendelik tajam ketika mendapati handphone miliknya berdering disusul dengan sebuah nama yang tertera di layar datar tersebut.

'Axel is calling'

Vanya berusaha menyembunyikan handphonenya, yah walaupun hal itu percuma dia lakukan karena Dhirga telah lebih dulu membawa handphone itu ke telinganya. Vanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dengan cepat Vanya berdiri untuk memudahkannya merebut kembali handphone miliknya yang berada di tangan Dhirga.

"Dhirga kembaliin!"

Bukannya mengembalikannya, Dhirga malah berdiri dan mengangkat tangannya yang masih menggenggam handphonenya setelah men-speaker sambungan telepon itu. Tak menunggu beberapa menit, suara laki-laki yang familiar terdengar hingga ke seluruh ruangan. Vanya menghela nafas panjang. Percuma membuang tenaga hanya untuk menyuruh laki-laki dihadapannya mengembalikan handphonenya, apapun tak akan didengar olehnya.

"Halo Van..."

Dhirga mendekat ke arah Vanya lalu tersenyum miring, "jawab" bisik Dhirga tepat di telinganya. Vanya bergeridik, merasakan nafas hangat Dhirga menyentuh permukaan kulit lehernya. Vanya sampai harus menahan nafasnya.

Vanya mengangkat kedua bahunya. Tapi menurutnya menjawab telepon dari Axel tidak akan membuat masalahnya menjadi kelar. Seolah tau apa yang Vanya akan menolak, Dhirga kian gencar menyuruh Vanya untuk membuka suaranya, menyambut sambungan telepon itu.

Possessive Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang