Vanya menghentikan langkahnya saat itu juga peluit tanda berhenti berbunyi, Vanya mengelap peluh yang ada di dahinya.
"Jangan telat lagi, Vanya. Atau saya akan hukum lebih dari ini, mengerti?" Vanya hanya mengangguk paham.
Setelah pak Raja pergi, Vanya dengan cepat mengambil tasnya dan berlari menuju kelasnya.
Vanya membelokkan dirinya saat ia sampai di kelasnya, berjalan ke belakang dan menaruh tasnya di atas meja. Keempat sahabat Vanya menatapnya prihatin, melihat wajah cantik Vanya yang sudah penuh oleh keringat. Ditambah lagi baju sekolahnya basah karena keringat.
Tak banyak yang bisa Vanya lakukan, ini memang murni kesalahannya karena telat bangun ia jadi di hukum oleh guru yang mengajar di kelasnya.
"Capek Lo?" tanya Okan.
"Capek lah, lo bayangin aja lari 12 menit, Bisa-bisa sampe rumah gue udah jadi ikan teri, " jawabnya kesal.
"Lagian udah tau bangun kesiangan, kenapa gak minta nebeng sama kak Dhirga? Malah Lo nyari angkot. Bego kok di pelihara" celetuk Intan.
Vanya menggeleng pelan, "Katanya dia harus nganter mamanya ke RS dulu, gue udah sempat ngajak dia bareng sekolah tapi ya dia bilang gitu,"
Keempat sahabatnya itu mengangguk paham, "Kantin kuy, laper nih" ucap Handa.
"Traktir ya, gue lupa bawa uang, " ucap Vanya sedih.
Handa menghela napasnya,"makanya jangan telat, yaudah gue teraktir"
"Yes! Makasi Handa" Vanya memeluk keempat sahabatnya itu.
***
"Bentar deh Van, kok dari tadi gue liat cowok yang ada di kantin pojok itu liatin lo terus sih?" Handa menunjuk salah seorang cowok yang duduk di meja pojok kantin, saat cowok itu lengah.
Vanya mengikuti arah tunjukkan jari Handa, matanya menyipit pelan, "siapa sih? Gue kagak kenal," jawab Vanya acuh, kembali memakan baksonya.
"Tapi kok dia liatin lo terus ya? Apa mungkin dia suka sama lo?" tebak Handa yang di hadiahi pelototan dari Vanya.
"Mungkin aja sih, tapi Ngomong-ngomong dia itu kakak kelas kan?" celetuk Intan.
Terlihat dari pakaian yang digunakan cowok itu agak sedikit pudar, menandakan bahwa cowok itu memang kakak kelasnya.
"Penasaran samperin aja,"
"Boleh tuh, "
"Jangan!"
"Gapapa yuk,"
"Bentar makanan gue belum habis, "
Vanya dengan cepat menghabiskan baksonya, rasa penasarannya sudah di ambang batas.
Mereka bertempat menghampiri cowok tersebut,"maaf kak, saya mau tanya boleh?" ucap Aya sopan.
Cowok itu terlihat kaget dan langsung menetralkan wajahnya, "kenapa ya?"
"Maaf sebelumnya kak, kami tidak sengaja melihat kakak yang terus menatap ke arah Vanya, itu membuatnya tidak nyaman. Kalau boleh tau kakak kenal dengan Vanya?" tanya Aya.
Wajah cowok itu terlihat memerah, menandakan bahwa dirinya malu. "maaf kalau lo enggak nyaman, tapi gue gak tau kenapa dari tadi mata gue liat lo terus,"
Keempat sahabat Vanya tersenyum menggoda dirinya, "Hah? Kakak bercanda kali, maaf kak sekali lagi. Saya permisi dulu," ucap Vanya salah tingkah. Ia dengan cepat menarik tangan keempat sahabatnya dengan semangat 45.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Bad Boy
Teen Fiction"Ini namanya pemaksaan!" "Gue gak peduli, yang penting lo jadi milik gue" "Lo siapa? Berani banget nge klaim gue" "Sekarang gue pacar lo, Devanya Robertson" "Dasar pemaksa!" "I love you too" Pertemuannya dengan senior badboy membuat Vanya tidak tena...