Axel

7.2K 270 13
                                    

"Honey..."

Pria itu kembali, Aidan-nya kembali. Ya Tuhan, Aya tak tahu lagi harus mengucap syukur karena telah dipertemukan lagi dengan Aidan, selama seminggu terakhir tidak bertemu.

Aidan berjalan ke arah ranjang di tempat Aya terbaring dengan beberapa selang menempel di tubuhnya. Mata Aidan memerah, entah itu karena menangis atau kelelahan. Namun dapat Aya lihat jika mata Aidan menyiratkan ketakutan yang luar biasa.

Aya hampir menangis ketika melihat tatapan itu, rasanya ingin memeluk erat tubuh Aidan untuk menyalurkan rasa rindunya. Namun tubuhnya terlalu lemah untuk melakukan itu semua, dan memilih untuk diam saja sembari menunggu pergerakan Aidan.

"Aku hampir gila mencarimu, sayang. Kemana saja kau selama ini?" Tanya Aidan. Laki-laki itu sudah memeluknya terlebih dahulu sebelum dirinya menjawab pertanyaan Aidan. Aidan menyusupkan wajahnya ke ceruk leher Aya, menghirup aroma yang telah menjadi candunya dengan rakus.

Oh Aidan sangat merindukan gadisnya. Hari-harinya hanya digunakan untuk mencari Aya, hingga seseorang memberikan informasi mengenai gadisnya.

"Aku mencarimu, bodoh!" Jawab Aya dengan lemah. Aidan melepaskan pelukannya, lalu mendekatkan wajahnya untuk mendaratkan sebuah ciuman singkat di bibir Aya.

"Jangan pernah lakukan ini lagi, sayang. Terlalu sakit jika kamu ingin menghukumku seperti ini. Jangan biarkan tubuhmu lecet seperti ini lagi, aku tidak suka melihatmu kesakitan."

Aya tersenyum lembut, tangannya menarik tengkuk leher Aidan untuk menyatukan kembali bibir keduanya. Aya mencium Aidan terlebih dahulu, berusaha menyalurkan kerinduan lewat ciuman ini karena Aya sendiri juga sangat merindukan Aidan.

Aidan tersenyum di sela ciumannya. Pria itu melepaskan tautan itu terlebih dahulu lalu menempelkan dahinya dengan dahi milik Aya.

"Apa yang terjadi padamu, sayang?"

"Aku tidak apa-apa, Aidan. Sungguh, si kecil masih sehat di dalam sini."

Raut wajah Aidan berubah menegang. Kini wajahnya kembali menjauh, membuat Aya merasa kehilangan.

"Apa kau hamil?"

Aya mengangguk lalu tersenyum lebar. Tangannya terentang, berusaha untuk memeluk Aidan yang masih mematung. Lama menunggu balasan dari Aidan, Aya merasakan hatinya seperti di hantam ribuan batu. Keringat dingin mengucur deras dari dahinya. Ketakutan terbesar dapat ia rasakan.

Aidan menolak bayi ini. Aya ingin menangis, namun berusaha menahan dirinya agar tidak terlihat lemah. Aya ingin mendengar jawaban dari bibir Aidan secara langsung.

"Katakan sesuatu, Aidan. Jangan buat aku bingung dengan keterdiamanmu ini. Atau kau tidak su---"

"Menikahlah denganku,"

"Apa?! Kau bahkan belum memberikanku kepastian, Aidan! Kau menyukai anak ini atau tidak?"

Aya benar-benar tidak habis pikir dengan Aidan. Disini dia hanya membutuhkan kepastian Aidan, bukan sebuah lamaran.

"Menikahlah denganku,"

Aidan gila! Dia benar-benar sudah gila!

"Kau tidak suka anak ini Aidan? Lalu untuk apa kau melakukan ini semua padaku?! Kau--- pergilah!"

Aya membalikkan badannya. Tidur membelakangi tubuh Aidan yang masih tidak bergeming. Aya sudah tidak kuat lagi, ia menangis. Tubuhnya bergetar hebat karena menahan isakannya. Aidan langsung tersadar dengan apa yang telah dikatakannya, pria itu terlalu terkejut dengan apa yang di dengarnya. Aidan melangkah menuju ranjang Aya, menggeser tubuh Aya untuk memberikan dirinya ruang untuk bergabung di atas ranjang.

Possessive Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang