5 tahun kemudianKeempat perempuan itu kembali bertemu dalam satu universitas yang sama, dan itu tidak membuat mereka bosan. Vanya, Okan, Intan, dan Handa. Persahabatan mereka kian mengerat sejak mereka telah memasuki universitas yang mereka impikan, namun tidak dengan Vanya, cewek itu gagal menggapai impiannya untuk pergi kuliah ke luar negeri. Sebenarnya Vanya tidak masalah akan hal itu, tapi sekalipun ia lolos tesnya orang tuanya pasti tidak mengijinkannya.
Apalagi Varen, adiknya yang sudah menginjak usia enam tahun dan hari ini merupakan hari pertama anak itu masuk TK. Ia sudah berperan menjadi kakak sekaligus ibu untuk Varen yang masih kecil, mana tega Vanya meninggalkan adik kecilnya itu. Dan untuk hubungannya dengan Dhirga, hubungannya masih biasa saja.
Dhirga juga sering mengiriminya kabar, bahkan setiap hari. Vanya sangat merindukan laki-laki itu, entah Dhirga merasakan hal yang sama atau tidak.
"Van, lo ada kelasnya Pak Raka gak?" tanya Intan sambil membalikkan buku novel yang dibacanya. Vanya mengangguk. Dan banyak hal yang perlu kalian ketahui mengenai sahabat-sahabatnya.
Intan berpacaran dengan Davin, entah kapan Davin mulai masa pdkt nya tapi disaat kenaikan kelas 12 Intan mengaku Davin menembaknya. Intan bercerita jika Davin mengajak dirinya dinner romantis dan menembaknya disana, siapapun akan meleleh jika ditembak seperti itu. Akhirnya Intan menerima menjadi pacar Davin, dan hubungannya masih langgeng hingga saat ini.
Vanya sebenarnya iri dengan sahabatnya itu, mengajaknya dinner? Bahkan Dhirga tidak pernah mengajaknya pergi dinner. Memikirkan itu membuat Vanya mendengus kesal. Bagaimana bisa ia menerima cowok tidak romantis seperti Dhirga.
Dan satu hal lagi, Handa sudah bertunangan dengan Nathan. Nathan benar-benar tidak main dengan ucapannya saat lima tahun lalu, ia mengatakan jika saat Handa lulus ia akan langsung melamarnya. Walaupun bukan melamar namun Nathan sudah mengiklami Handa menjadi miliknya apalagi jari tangan manis perempuan itu sudah tersemat cincin dengan Batu permata yang sangat Indah. Lagi-lagi Vanya harus menahan rasa irinya.
"Lima menit lagi jam Pak Raka, lo tau kan tuh dosen telat dikit aja langsung di sleding." omel Intan. Vanya tertawa lalu merapikan bukunya.
"Iya-iya. Nda ayo!" Vanya menarik tangan Handa untuk mengikutinya. Vanya dan Handa memang mencari jurusan yang sama tidak seperti Okan dan Intan. Mereka berdua memang mencari jurusan yang berbeda satu sama lainnnya.
"Tunggu,"
Vanya menghentikan langkahnya ketika Handa menahan tangannya. Vanya menoleh dengan alis terangkat, menandakan bahwa dirinya bingung.
"Hari ini pacar lo pulang dari Amrik kan?" tanya Handa. Vanya membulatkan matanya, bukankah hari ini baru tanggal 4? Dhirga mengatakan jika dirinya akan kembali tanggal 5. Vanya jadi bingung sendiri.
"Sumpah? Hari ini tanggal berapa?"
"Astaga! Ini udah tanggal lima Vanya sayang,"
Vanya menepuk dahinya pelan. Bukan hanya hal itu yang di lupakan Vanya, tapi ada hal lain yang membuat dirinya harus tenggelam sekarang juga.
"Nda, gue lupa bawa mapelnya pak Raka." ucap Vanya sambil memanyunkan bibirnya.
"Mati dah lo! Tumben banget pikun gini, biasanya enggak. Lo lagi ada masalah?"
Vanya menunduk lesu sambil melanjutkan perjalanannya menuju ke arah kelasnya. Semenjak kejadian itu, pikirannya selalu saja buram. Padahal dirinya sudah bisa memaafkan hal itu, namun selalu saja bayangan kejadian itu selalu terngiang di ingatannya.
"Enggak kok, Nda. Mungkin ini efek begadang kemarin malam." jawab Vanya. Handa mengerutkan keningnya mendengar ucapan Vanya. Handa mengangkat bahunya lalu kembali menatap ke arah depan sambil fokus dengan jalanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Bad Boy
Teen Fiction"Ini namanya pemaksaan!" "Gue gak peduli, yang penting lo jadi milik gue" "Lo siapa? Berani banget nge klaim gue" "Sekarang gue pacar lo, Devanya Robertson" "Dasar pemaksa!" "I love you too" Pertemuannya dengan senior badboy membuat Vanya tidak tena...