Realize

13.3K 638 16
                                    

Kadang kejujuran bisa membuat seseorang merasa kehilangan.

***

Kadang Vanya berfikir kalau dirinya merupakan perempuan paling bahagia di dunia ini, memiliki keluarga yang harmonis menjadi porsi lengkap dalam kehidupan perempuan itu. Namun, itu dulu. Kini ia selalu berfikir jika dirinya merupakan perempuan paling menyedihkan di dunia, bukan hanya menyedihkan, bahkan terlemah sekali pun. Tak pernah ia bayangkan jika kehidupannya berubah seketika dengan datangnya seseorang dalam hidupnya.

Yang awalnya benar-benar benci, berubah mencintai. Dia Dhirga, laki-laki yang kini mengisi hati yang pernah terluka itu, laki-laki yang juga membuat dunianya jungkir balik akibat sifat badboy nya, serta membuat dirinya harus berfikir dua kali karena sifat laki-laki itu yang berubah-ubah seiring berjalannya waktu.

Kehilangan ibunda membuat perempuan manis itu terpuruk, namun keberadaan Dhirga membuatnya semangat menjalani hari-harinya tanpa seorang ibu. Dhirga selalu memberikan dirinya kasih sayang yang lebih, sehingga dirinya semakin merasa nyaman dengan laki-laki itu  bahkan tanpa ibu sekali pun.

"Abang pulang!"

Vanya langsung tersadar dari lamunannya langsung menghampiri Nathan yang baru datang daru kantornya. Dari jarak yang cukup jauh, cewek itu mampu melihat seberapa letihnya wajah Nathan. Abangnya bahkan merelakan tidak pulang semalaman hanya untuk bekerja.

Vanya menghampiri Nathan lalu segera membantu laki-laki itu membuka jasnya serta dasinya, Vanya sejujurnya sedikit jengkel melihat abangnya yang sudah menginjak usia dua puluhan masih belum ingin mempunyai istri. Perempuan itu tau bahwa Nathan masih menunggu Handa, apalagi Handa masih dibawah delapan belas tahun. Mau umur berapa abangnya akan menikah jika harus menunggu sahabatnya itu? Vanya bahkan harus mengurus abangnya layaknya seorang istri kepada suami.

Bahkan menyiapkan sarapan sekalipun. Sudah pantaskan dia menjadi seorang istri?

"Bang, cepet nikah sana!" omel Vanya sambil merapikan jas Nathan serta dasi yang masih dikenakan Nathan.

Nathan mendengus kesal, "lo udah tau alasan gue, kenapa harus ngomel lagi sih." jawab Nathan sambil merebahkan dirinya di atas sofa.

"Ishh! Nunggu berapa tahun lagi sih bang? Kalau begini terus bisa-bisa tetangga nganggap kita suami istri lagi. Setiap pagi dibuatin sarapan, pulang dari kantor dibukain jas, di buatin air hangat. Astaga! Gue gak bisa bayangin kalau abang beneran sister complex. "

"Tunggu sebentar lagi ya adikku sayang, setelah lulus gue langsung halalin deh ya."

"Ngaco!

"Bercanda elah! Btw temen-temen lo mana? Udah pada pulang?" tanya Nathan sambil celingak-celinguk.

"Cari temen-temen gue atau cari Handa doang? Ragu gue,"

Nathan tertawa pelan sambil menggaruk tengkuknya, "dua-duanya deh." jawabnya.

"Lagi keluar beli cemilan, biasa orang-orang kelaparan." jawab Vanya sambil terkikik.

"Yaudah, ntar kalau udah balik, suruh Handa ke kamar gue ya, Cantik?"

"Bahh! Mau ngapain lo? Gue aduin papa ya!"

Nathan menoyor kepala Vanya dengan keras sehingga membuat dirinya terhuyung ke kanan. "Anjir! Sakit bang!"

"Makanya, mikirnya jangan kotor dulu! Gue mau ngomong sesuatu sama dia. Ahh pokoknya bilangin aja! Gue ke kamar dulu." ucap Nathan sedikit kesal, cowok itu segera bangkit dari sofa dan berjalan menuju ke arah kamarnya.

Possessive Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang