Dhirga merutuki segala ucapannya. Jika waktu bisa diulang kembali dia pasti akan menahan dirinya untuk mengucapkan hal itu, terlebih lagi pada gadisnya. Vanya pasti akan merasa tersakiti.
Tidak. Gadis itu telah membuat hidup Dhirga jungkir balik, disatu sisi Dhirga suka dengan sikap perhatian dan kepedulian Vanya. Namun disisi lainnya, dia berusaha menahan egonya agar tidak terlalu jauh menyakiti gadis itu.
Ucapan Vanya dihari itu masih terngiang, apa gadis itu berusaha melindunginya? Jika iya. Maka harga dirinya sebagai seorang pria benar-benar sudah tidak ada artinya lagi. Sekaligus mampu membuat kadar emosi Dhirga meningkat sehingga memilih untuk meninggalkan gadis itu sendirian di jalan yang sepi.
Seharusnya Dhirga kembali ke sana, namun emosinya terlalu kalut. Egonya benar-benar tidak ingin dikalahkan saat itu. Karena itulah Dhirga hanya menyuruh orang kepercayaannya agar mengawasi Vanya.
Dia Lexa. Seorang gadis dengan penampilan yang bukan lagi seperti laki-laki namun sudah sangat menjadi seorang laki-laki karena penampilan serta gayanya yang sangat tomboy. Gadis itu merupakan salah satu dari tiga orang kepercayaannya.
Dhirga melajukan mobilnya menuju ke arah rumah dengan ukiran-ukiran dewa Yunani memperindah tampilan rumah itu. Rumah itu adalah milik Matt.
Dhirga sudah lima tahun lebih tidak menginjakkan kakinya di rumah ini, mengingat Matt, Reihan, dan Davin telah bekerja menjadi CEO di perusahaan milik mereka sendiri. Jadi tidak ada waktu luang selama lima tahun itu walaupun hanya untuk bertegur sapa. Namun seperti yang Dhirga sering lakukan kepada Vanya, laki-laki itu tidak pernah melupakan ketiga temannya. Mereka berempat malah masih sering saling menghubungi lewat e-mail.
Dhirga sengaja menyuruh Matt untuk meliburkan diri dari kerjaannya. Dhirga malas hanya untuk sekedar pulang, mamanya pasti akan menanyakan tentang Vanya karena seingatnya Mona sangat dekat dengan Vanya. Gadis itu lebih sering menemui Mona ketika Dhirga berada di Amerika. Itulah sebabnya kenapa mamanya sangat tergila-gila pada gadisnya.
"Matt! Buka pintunya!!" Dhirga berteriak dari luar rumah milik Matt. Tangannya tak henti mengetuk pintu utama dengan kekuatan penuh.
Matt yang berada di dalam rumah langsung berlari menuju ke arah pintu. Laki-laki itu mendengus, jika bukan orang yang berada di luar sana adalah Dhirga, sudah dipastikan Matt akan menendang orang itu dari rumahnya.
"Berisik anjir!" Balas Matt berteriak. Tangan Matt yang sudah membuka kunci langsung terhempas begitu saja karena ulah Dhirga.
Matt meringis pelan, melarikan tangannya menuju ke arah bibirnya lalu segera meniupnya. Hari ini kekuatan Dhirga sudah bisa dibilang melebihi kekuatan banteng. Lihat saja bagaimana mengenaskannya penampilan Matt , tubuhnya terdorong keras ketika Dhirga yang langsung membuka pintunya sebelum dirinya bisa menghindar.
Dhirga tidak memperdulikan ringisan Matt dan langsung berjalan menuju ke arah ruang tamu. Mendudukkan bokongnya di atas sofa. Matt yang merasa sangat dongkol hanya bisa mendengus kesal. Laki-laki itu melangkahkan kakinya menuju tempat dimana Dhirga berada.
"Kenapa lo?" Tanya Dhirga ketika melihat wajah Matt yang memerah. Entah itu karena menahan sakit atau menahan emosinya atau lebih parahnya dia sedang menahan kedua-duanya. Terlihat dari tatapan Matt yang tajam mengarah ke matanya.
"Masih nanya? Oh God! Ini tangan loh Ga, bukan mantan yang seenaknya dihempas." Ucap Matt sambil mengangkat tangannya yang terlihat memerah.
Dhirga masih menatapnya datar. Matt menggeram pelan sembari berusaha menghela nafasnya. "Abaikan. Gak usah minta maaf, gue tau lo khilaf." Ucap Matt.
Dhirga hanya mengangguk paham. Padahal tak ada niatan untuk meminta maaf pada laki-laki dihadapannya itu. "Bukan salah gue juga. Gue gak perlu minta maaf." Jawab Dhirga dengan santai. Tangan Matt sudah terangkat untuk menjitak kepala Dhirga namun suara bel kembali berbunyi sehingga membuat Matt mengurungkan niatnya untuk membuat kepala itu berdarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Bad Boy
Teen Fiction"Ini namanya pemaksaan!" "Gue gak peduli, yang penting lo jadi milik gue" "Lo siapa? Berani banget nge klaim gue" "Sekarang gue pacar lo, Devanya Robertson" "Dasar pemaksa!" "I love you too" Pertemuannya dengan senior badboy membuat Vanya tidak tena...