Dhirga merobek selembar kertas menjadi beberapa serpihan. Entah sudah ke berapa kali cowok itu mengumpat bahkan sesekali melampiaskannya pada cowok di sebelahnya. Reihan yang menjadi sasaran amukan Dhirga hanya pasrah, dirinya sama sekali tidak bisa fokus dengan pelajaran yang masih dijelaskan oleh guru dihadapannya.
"Demi sempaknya spongebob yang gak pernah diganti, lo bisa diem gak sih bos? Lo niat di hukum lagi?" ucap Reihan setengah berbisik pada Dhirga. Dhirga mendengarnya namun malas untuk menjawabnya, tanpa ia sadari kakinya terangkat untuk menendang meja Reihan karena saking kesalnya dirinya.
Brakk..
Bu Dona yang sedang menjelaskan materi terlonjak kaget hingga tak sengaja melemparkan spidolnya ke arah Reihan.
Puukk..
"DHIRGA! Ada apa sebenarnya?" mata Bu Dona seolah-olah ingin melompat dari sana, menatap garang cowok yang sama sekali tidak memperdulikannya. Sedangkan Reihan tengah sibuk mengusap kepalanya yang terkena lemparan spidol, mungkin setelah kejadian ini ia akan memotong tubuh timbun bu Dona menjadi beberapa bagian dan menjadikannya adonan.
"Ada kecoa bu, bener. Suwer, kali ini saya gak bohong. Gede banget bu, kayak badan ibu" jawab Dhirga disertai dengan kekehan kecil. Bu Dona semakin melotot mendengar ucapan Dhirga.
Dengan cepat Bu Dona menghampiri laki-laki itu, "minggir kamu, Reihan!" suruhnya pada Reihan.
"Gak muat bu, udah tau badannya seksi gitu. Udah bu ampuni anak ini, kepalanya habis kepentok tembok rumah saya makanya jadi bego kayak gini."
Dhirga tertawa pelan mendengarkannya, "yaudah kamu saya maafkan, ini karena Rei yang bilang kalau saya ini seksi." sungut Bu Dona. Siapapun dan berapa pun orang yang ada di kelas ini sudah dipastikan sedang menahan tawanya agar tidak terdengar. Bisa menjadi bencana jika tawa itu terdengar hingga ke telinga Bu Dona.
"Saya iya-in bu, saya gak mau durhaka." jawab Dhirga.
Davin dan Matt menyemburkan tawanya sehingga mata tajam bu Dona berpindah, yang awalnya menatap Dhirga dan Reihan berpindah menatap Davin dan Matt.
"Kenapa ketawa?! Ada yang lucu?" bentak bu Dona yang seketika membuat mereka berdua bungkam.
"Kenapa diam?"
"Gin--i bu, jadi-"
"Ngejawab kamu ya!"
Davin dan Matt mendengus bersamaan dan jika boleh ia akan membuang perempuan subur yang sedang berada dihadapannya itu ke samudra pasifik.
"Tadi ibu tanya 'kok diem?' baru kami mau jawab ibu malah bilang 'ngejawab kamu ya!' saya harus otoke bu?" ucap Matt sambil meniru gaya bahasa bu Dona. Ucapan Matt kali ini berhasil membuat satu kelas tertawa tak terkecuali Dhirga.
"Keluar kamu!"
Matt membulatkan matanya, "salah lagi saya bu?"
"Keluar!"
Matt mendengus kesal lalu dengan cepat ia menggapai tangan Davin dan menarik laki-laki itu ikut bersamanya. Davin yang tidak terima langsung menarik tangannya kembali hingga Matt terjungkal ke belakang dan berakhir menimpa badan gemuk bu Dona.
Dalam sekejap suasana kelas menjadi ramai dengan suara kekehan tawa mereka tak terkecuali Dhirga yang juga menertawakan sahabatnya itu. Matt segera bangkit dari badan timbun bu Dona, sedangkan bu Dona masih berusaha untuk berdiri. Dengan tubuhnya yang besar itu ia tidak akan bisa bangun tanpa bantuan, "bantuin ibu berdiri," ucap lirih bu Dona suaranya tertekan karena masih berusaha untuk bangun.
Davin langsung ngacir begitu saja, cowok itu langsung mencari Dhirga dan duduk dibelakang laki-laki itu. "Please jangan kasih tau gue disini." ujar Davin memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Bad Boy
Teen Fiction"Ini namanya pemaksaan!" "Gue gak peduli, yang penting lo jadi milik gue" "Lo siapa? Berani banget nge klaim gue" "Sekarang gue pacar lo, Devanya Robertson" "Dasar pemaksa!" "I love you too" Pertemuannya dengan senior badboy membuat Vanya tidak tena...