Vanya sedang menatap TV di depannya dengan pandangan bosan, hari weekend seperti sekarang ini seharusnya ia gunakan untuk bersenang-senang bersama sahabat-sahabatnya namun ia terlalu malas untuk melakukan sesuatu.
Vanya akhirnya hanya bisa berdian diri di rumah dengan cemilan besar yang berada di tangannya, Raya dan Azka sedang berada di luar kota karena ada acara bisnis sedangkan Nathan, tidak usah ditanya karena cowok itu sudah lebih dulu melajukan mobilnya menuju ke rumah Handa. Cowok itu sangat semangat dan tentu saja sangat senang karena Handa mau kembali bersama dengannya, itu pun dengan bantuan sang adik. Dan Nathan sangat berterima kasih kepada Vanya akan hal itu.
Ting..
Vanya menyembulkan kepalanya untuk melihat siapa yang memencet bel rumahnya, ia langsung berjalan ke arah pintu dan membukanya. Cewek itu mematung seketika karena Dhirga tengah berdiri dengan menenteng tas plastik yang entah isinya apa, Vanya pun tidak tau.
Vanya langsung mempersilahkan Dhirga untuk masuk ke dalam rumahnya dan duduk di sofa yang berada di ruang tamunya.
"Lagi mau pamer paha ya?"
Vanya mengernyit bingung saat mendengar ucapan Dhirga, bahkan itu lebih pantas disebut sindiran karena cowok itu mengatakannya dengan wajah yang mendelik tajam ke arah pahanya. Dan sontak Vanya langsung mengambil bantal yang berada di sofa, menutupi pahanya yang menjadi tontonan gratis bagi Dhirga dengan bantal itu.
"Mesum! Gak usah liat-liat juga kali!"
"Udah tau ada tamu, ganti celana dulu kek, nanti kalau orang lain yang dateng gimana?"
"Ya gak gimana-gimana, lagian aku tuh gak nyadar. Gak usah melotot gitu matanya, Ga"
"Lain kali, gak usah pamer paha gitu ya. Untung aku yang dateng, kalau cowok lain kamu mungkin udah di bawa kabur."
Vanya mengerucutkan bibirnya, walaupun sebal karena Dhirga mengatakan dirinya sedang pamer paha, pada dasarnya yang dikatakan Dhirga juga benar, untung saja Dhirga yang datang dan bukanlah cowok lain.
"Ngapain kesini?" tanya Vanya.
"Sini deh, kenapa jauh-jauh? Aku gak gigit kok."
"Gak mau, nanti kamu grepe-grepe aku. Kamu kan mesum."
Vanya harus menahan tawanya agar tidak meledak sekarang karena melihat wajah Dhirga yang cemberut seperti orang yang lagi nahan boker. Cowok itu malah langsung mendekat ke arah Vanya Dan dengan segera melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu agat tidak menjauh darinya.
"Ih! Dhirga lepasin! Nanti kalau bibi liat gimana?" Ujar Vanya sambil berusaha melepaskan kaitan pada pinggangnya itu, namun bukannya malah mengendur malah makin mengerat sehingga membuatnya menempel pada badan Dhirga.
"Gak papa, aku mau buktiin ke bibi kalau aku punya gadis cantik yang sangat aku cintai."
Blush.
Pipi cewek itu sontak memerah, "apaan sih! Bikin malu aja,"
"Cie malu.. Itu pipinya sampe merah gitu, rasanya pengen aku cium." goda Dhirga yang langsung membuat Vanya menutup pipinya menggunakan kedua tangannya.
"Lucu deh. Cepet gedenya ya, rasanya pengen cepat-cepat halalin kamu."
"Gombal terus deh."
"Semenjak nonton gala premier film Dilan aku jadi suka ngegombal. Udah mirip Dilan kan?"
"Udah,"
"Hah? Masa?"
"Iya kalau diliat dari ujung sedotan. Hahahaha.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Bad Boy
Teen Fiction"Ini namanya pemaksaan!" "Gue gak peduli, yang penting lo jadi milik gue" "Lo siapa? Berani banget nge klaim gue" "Sekarang gue pacar lo, Devanya Robertson" "Dasar pemaksa!" "I love you too" Pertemuannya dengan senior badboy membuat Vanya tidak tena...