"dengarin penjelasan gue atau gue pergi dari hidup lo selamanya.""Gue kasi lo waktu buat mikirin jawabannya, cuma sehari, sampai lo benar-benar yakin sama jawaban lo sendiri."
***
Vanya mengacak rambutnya frustasi, menjawab pertanyaan Dhirga lebih sulit daripada menjawab soal TO. Dalam lubuk hatinya Vanya marah terhadap Dhirga, secara tidak langsung Dhirga telah membuat hatinya hancur berkeping-keping. Di satu sisi lainnya, Vanya tidak ingin Dhirga pergi dari dirinya, Entah seberapa besar Vanya ingin memiliki Dhirga tetapi ia yakin rasa sayangnya masih terlalu besar untuk melupakan Dhirga.
"Van, dicari teman-teman kamu tuh." Vanya yang semula sedang berbaring lalu beringsut turun dari kasurnya, matanya terbelalak kaget saat melihat ke arah jam dindingnya.
"Anjir! Gue lupa kalau mau ke bandara." ucapnya sambil merutuki kebodohannya.
"Suruh masuk ke kamar Vanya, ma"
"Siap!"
Vanya langsung berlari menuju toilet, ia dengan cepat mencuci wajahnya yang terlihat kusam itu.
Setelahnya ia menghampiri ketiga sahabatnya yang tengah duduk di atas kasurnya."Lama banget sih Van,"
"Gue lupa, Kan"
"Mikirin apa lo sampe lupa?"
"Kepo amat si setan! "
Intan mendengus kesal lalu menjitak kepala Vanya dengan keras, hal itu sontak membuat Vanya meringis kesakitan.
"Sakit tau!""Bodo amat! Yaudah, kuy lah panggilin bang Nathan"
"Yuk,"
Vanya menatap kearah Handa sebentar, dari tadi hanya ia yang tidak mengeluarkan suaranya, walaupun sebatas menyapa.
Vanya menyuruh Intan dan Okan memanggil Nathan dan langsung disetujui oleh Intan dan Okan. Setelah mereka pergi, kini tinggal dirinya dan Handa yang berada di kamarnya.
"Lo kenapa sih Nda?"
"Gak Van, gue gak papa"
"Gini ya, bukannya gue mau sombong, tapi gue tuh orangnya sangat peka jadi gue tau dibalik kata tidak apa-apa tersimpan makna kalau dia itu kenapa-napa."
Handa menjitak kepalanya, Vanya meringis sambil memegangi kepalanya yang dua kali kena jitakan dalam sehari.
"Ihh Handa! Sakit tau"
"Yaelah, maaf deh"
"Oke, jadi lo kenapa Nda? Apa ini ada hubungannya sama bang Nathan?"
Pertanyaan Vanya membuat Handa terkejut, namun ia kembali menormalkan ekspresi wajahnya.
"Gak usah sebut nama dia lagi, Van"
"Apa?!"
"Lo diapain sama dia?! Bilang sama gue!"
"Gue gak diapa-apain, cuma gak mau aja gitu."
"Nanti kita bicarain lagi, kita gak boleh telat ke bandara. Ayo!"
Vanya menarik tangan Handa menuju keluar, padahal bibirnya sudah sangat gatal untuk menanyakan perihal mengenai maksud omongannya.
"Bang Nathan!"
"Van,"
Vanya dengan cepat menghampiri Nathan yang sudah siap dengan baju kemeja birunya yang dipadukan dengan celana jeans robek-robeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Bad Boy
Teen Fiction"Ini namanya pemaksaan!" "Gue gak peduli, yang penting lo jadi milik gue" "Lo siapa? Berani banget nge klaim gue" "Sekarang gue pacar lo, Devanya Robertson" "Dasar pemaksa!" "I love you too" Pertemuannya dengan senior badboy membuat Vanya tidak tena...