Aya menghela nafasnya ketika seorang laki-laki dengan perawakan yang menjuntai tinggi berada di hadapannya sembari melipat kedua lengan berototnya di depan dada.
Jika bisa Aya ingin menangis sekarang. Dia memang salah, salah karena terlalu mudah menyerahkan hatinya pada pria itu. Tanpa dia tau kalau semua akan segera berakhir, pria itu mendapatkan apa yang dia inginkan dan berakhir dengan meninggalkannya jika telah bosan.
"Kau ingin lari kemana, sayang?" Tanya pria itu. Wajah tampannya terlihat menyeramkan saat mata tajamnya menusuk tepat ke retina Aya. Dia Aidan Alexander seorang pengusaha muda dari salah satu Restoran terkenal di London.
Mengenal pria itu cukup membuatnya merasa takut. Sikapnya yang terlalu berlebihan, dan terlalu possessive membuatnya seperti berada di dalam penjara. Dirinya selalu terkekang, dia ingin kesini selalu dilarang, apapun yang ingin Aya lakukan pria itu selalu melarangnya.
Tak ada hubungan khusus dari keduanya, hanya sebatas Tuan dan pelayan. Pelayan? Ya. Aya berbohong ketika alasannya pergi ke London karena suruhan Ayahnya, bukan karena hal itu. Yah walaupun sedikit dari ucapannya yang benar namun ketika berada di Indonesia semua kenangan itu kembali muncul.
Tangisan, ketakutan, teriakan kesakitan. Semuanya masih terngiang. Tak ada yang tau alasan sebenarnya pergi ke London hanya untuk menghapus kenangan mengerikan itu. Tanpa keluarga, tanpa sahabat dan tanpa uang.
Di London Aya tidak melanjutkan sekolahnya, setelah ia tinggal di London kehidupannya tiga ratus enam puluh derajat berubah. Tak ada lagi sapaan hangat dari Ayahnya, tak ada lagi sarapan yang sudah sedia sebelum dirinya pergi ke sekolah. Hanya sebuah kekosongan.
Di sini Aya berusah menghidupi dirinya sendiri, dia tidak ingin memberatkan siapapun, tak terkecuali Ayahnya. Lagi pula Ayahnya lebih suka kalau dirinya mandiri, tidak manja seperti Aya dulu. Aya memilih bekerja di salah satu restoran yang cukup terkenal karena makanan khas Italia nya. Aya kira dengan dirinya yang tidak memiliki ijazah tidak akan membuatnya di terima namun ketika dirinya berhadapan langsung dengan pemilik restoran itu rasa bahagianya muncul.
Merasa sangat beruntung karena bisa mendapatkan pekerjaan selayak ini, walaupun dirinya hanya seorang pelayan. Hari-hari berikutnya pun masih sama, Aya menjadi mempunyai banyak teman. Entah karena apa yang membuat orang-orang di restoran itu tertarik dengannya, termasuk Aidan Alexander, pemilik restoran itu yang notabenya adalah atasannya sendiri.
Semuanya terjadi begitu cepat, Aidan selalu membuatnya tersipu dengan kata-kata manis yang pria itu ucapkan setiap waktu. Aya memang belum pernah merasakan ini sebelumnya, dia merasa bimbang dalam masalah percintaan seperti ini. Namun karena suatu informasi yang dia dengar mengenai Aidan membuat dirinya semakin takut jika dia memang benar memiliki perasaan pada Aidan.
Aidan bukanlah pria yang mudah setia terhadap pasangannya. Banyak wanita yang melemparkan tubuhnya untuk Aidan tanpa berfikir kalau Aidan hanya mempermainkannya, hanya membutuhkan tubuhnya untuk bersenang-senang. Semenjak saat itu Aya selalu menguatkan hatinya agar tidak kembali jatuh ke dalam tangan Aidan.
Selalu berusaha menghindari Aidan walaupun hanya untuk bertatap muka saja.
"Apa yang kau inginkan, Aidan?" Tanya Aya. Dia lelah selalu bersembunyi dan berakhir dengan pertemuan dengan Aidan. Aidan selalu bisa menemukannya, di manapun Aya bersembunyi.
"Kau ingin menghindariku?" Tanya Aidan. Rahangnya mengeras sambil menunjukkan selembar kertas ditangannya. Aya berusaha menghindari tatapan itu, gadis itu hanya bisa menunduk karena takut akan tatapan tajam Aidan.
"Tidak."
"Lalu apa ini? Surat pengunduran diri heh? Kau ingin mengundurkan dirimu?"
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Bad Boy
Teen Fiction"Ini namanya pemaksaan!" "Gue gak peduli, yang penting lo jadi milik gue" "Lo siapa? Berani banget nge klaim gue" "Sekarang gue pacar lo, Devanya Robertson" "Dasar pemaksa!" "I love you too" Pertemuannya dengan senior badboy membuat Vanya tidak tena...