Chapter 1 - First Time

8.4K 265 1
                                    

DON'T COPY MY STORY!!!

Happy reading ....

***

Playlist : Love Story - Taylor Swift 🎶

***

Sebuah mobil mercedes hitam berhenti di parkiran sebuah sekolah terkenal di Los Angeles. Membuat beberapa murid yang ada di sana menatap kagum sekaligus penasaran.

Sementara itu, di dalam mobil ....

"Dengar, Jen! Daddy tidak mau kamu berbuat ulah di sekolah ini. Jika sampai Daddy mendengar laporan kenakalan kamu lagi, semua fasilitas kamu akan Daddy cabut. Camkan itu!"

"Ya-ya-ya."

"Ya sudah .... Masuk sana dan belajar yang benar!" pinta seorang pria paruh baya—Jordan Anlikie, Daddy-nya Jennifer Anlikie.

Gadis remaja yang dipanggil Jen itu hanya memutar bola matanya dan bergegas keluar dari mobil. Selang beberapa menit setelah pintu mobil ditutup dari luar, Jordan menurunkan kaca mobilnya. "Ingat pesan Daddy ... jadilah anak baik. Bye!" Setelah mengucapkan itu, mobil hitam itu pun melaju dengan cepat meninggalkan parkiran sekolah.

Dengan langkah malas, Jen berjalan menuju pintu utama sekolah besar ini. Tampak murid-murid di sini memperhatikannya dan bahkan ada yang terang-terangan mengosibkannya.

"Itu siapa, ya? Anak baru?"

"Cantik sekali."

"Sepertinya aku pernah lihat."

"Di mana?"

"Entahlah .... Aku lupa."

"Pindahan dari mana, ya?"

"Kenapa pindah kemari, ya?"

'Tadi aku lihat dia keluar dari mobil mewah. Anak orang kaya, ya?"

"Iya, sepertinya dari keluarga terpandang."

Jen menutup kedua telinganya karena muak dengan ocehan murid-murid di sini. "TUTUP MULUT KALIAN SEMUA!!!" bentak Jen kesal lalu mempercepat langkah kakinya menuju kantor guru.

Semua orang yang ada di sana tercengang dengan bentakan Jen dan detik selanjutnya mereka menatap Jen dengan tatapan tak suka.

"Sombong sekali! Anak siapa itu?"

"Sensitif sekali!"

"Malas berteman dengan orang seperti dia."

"Cantik-cantik galak."

"Tidak ada bedanya sama Chyntia, ya."

"Iya, tetapi lebih cantik perempuan tadi."

"Apa jadinya ya jika dia bertemu dengan Chyntia and the genk?"

"Kayaknya seru!"

"Eh! Eh! Itu William dan teman-teman, kan???"

Sesudah mendengar suara heboh seorang gadis, semua orang langsung mengalihkan pandangannya ke pintu masuk. Terlihat segerombolan pria tampan berjalan masuk beriringan dengan gaya cool-nya.

"Oh, iya! Oh my God! Semakin tampan saja tiap hari."

"My Prince William!!!"

"Jaz makin cool, ya."

"Rey tiap hari mukanya datar terus. Ngidam lihat senyumnya."

Pria yang bernama Rey itu memutar bola matanya saat mendengar kalimat menggelikan tersebut.

"Makanya senyum kayak aku," ucap seorang pria yang sedari tadi tebar pesona kepada para gadis di sini.

"Malas!" jawab Rey datar.

"Pagi-pagi cuci mata ini namanya."

"William mau jadi pacar aku tidak, ya?"

"In your dream!!!"

William semakin mempercepat langkah kakinya sebelum telinganya pecah gara-gara mendengar ocehan memuakkan yang tiap hari didengarnya itu.

"Tambah populer saja ya kita," ucap seorang pria yang sedari tadi hanya diam.

"Itu semua karena pesona aku tentunya," ucap Justin dengan bangganya.

"By the way, Sam mana?" tanya William tiba-tiba.

"Paling lagi cari crush-nya," celetuk Rey.

"Samuel beneran tertarik sama gadis tomboi itu?" tanya Justin dengan nada tak percaya.

"Masa dia mendekati perempuan yang mengalahkannya di lomba taekwondo minggu lalu. Memalukan!!!" seru William.

"Sudahlah, William. Untuk apa memikirkan dia mau dekat dengan siapa. Benar tidak, guys?" celetuk seorang pria yang tak kalah tampannya dengan William. Dia Jaz—Jaz Moran.

William hanya mendengus kesal, lalu kembali melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya.

"Jaz .... Kau tak pernah berubah. Pasti sekarang anak itu badmood," ujar Rey sambil geleng-geleng kepala.

Jaz hanya mengedikkan kedua bahunya, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Rey dan Justin.

***

"Selamat bergabung di Halu International School ya, Jen," ucap seorang ibu guru yang dikenal bernama Ms. Bianca—guru Kimia.

"Terima kasih, Miss. Kelas saya di sebelah mana ya, Ms.Bianca?"

"Lantai2, kelas 03."

"Oke .... Thank you very much. Kalau begitu saya permisi dulu, Miss."

Ms. Bianca tersenyum manis lalu mengangguk.

Jen melangkahkan kakinya keluar dari kantor guru dengan kedua tangan membawa buku-buku pelajarannya dan tas berwarna biru muda di punggungnya. Terlihat dia kesusahan membawa buku-buku berat tebal itu. Dengan agak keras, dia membuka pintu hingga tak sadar bahwa pintu itu mengenai seseorang.

"Oh, shit! Hidungku!" umpat seseorang.

Dengan langkah tenang dan tak merasa bersalah, Jen melangkahkan kakinya keluar untuk melihat siapa yang bersuara tadi.

"Oh, William! Hidungmu berdarah," ucap Justin heboh.

William dan teman-temannya lantas menatap seorang gadis cantik keluar dari ruang guru dengan muka biasa saja.

"Minta maaf cepat!!!" pinta Rey dengan suara agak keras.

"Untuk apa aku minta maaf?" tanya Jen dengan polosnya.

William menatap tajam Jen sambil mengusap hidungnya dengan kasar. "Kamu tidak tahu siapa aku, ha?!" bentak William yang sama sekali tidak membuat Jen takut.

"Tidak, dan aku juga tidak peduli. Ya sudah, aku pergi dulu," ucap Jen datar lalu pergi begitu saja.

William mengepalkan kedua tangannya sambil menatap punggung Jen yang mulai menjauh.

"Siapa gadis itu? Sepertinya baru pertama kali melihatnya," celetuk Rey.

"Cantik, ya," puji Justin dengan mata berbinar.

"Jangan berpikir buat mendekatinya," ucap William tegas lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Perang Dunia ketiga, guys," ucap Jaz dengan pelan.

TBC

***

Jangan lupa vote dan commentnya ya.

Contact???
Instagram : (at)funggzz_

SevenTeen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang