Jen menatap sebuah undangan berwarna putih yang ada digenggamannya. Dia sangat ingin pergi ke sana untuk menyaksikan kebahagiaan Morgan dan juga Claire. Jen merasa turut senang karena akhirnya Morgan memilih Claire. Gadis itu adalah gadis yang baik dan dia adalah pilihan yang tepat untuk mendampingi seorang Morgan Johansson. Tetapi, Jen tahu bahwa dia tidak bisa hadir di sana. Dia tidak mau menginjakkan kakinya di sana dan terseret lagi ke dalam lubang yang sama.
Jen menghela napas, meletakkan kembali undangan itu di atas meja, dan menatap keluar jendela. Pandangannya menerawang jauh. Kenangan dirinya bersama William berputar kembali seperti kaset rusak. Walaupun waktunya hanya singkat, tetapi itu cukup berarti. Jen teramat merindukan William. Sikap jahil pria itu, perhatiannya, pelukannya, bahkan dia merindukan rasa bibir William di bibirnya. Itu membuat hati Jen bergetar dan tanpa sadar dia kembali menitikkan air mata.
Apakah dia terlalu egois jika mengharapkan William kembali ke pelukannya? Apakah dia masih berhak mendapatkan cinta dari pria yang sudah dia sakiti dan juga menyakitinya?
Jen tidak tahu. Kepalanya terlalu pusing memikirkan ini semua. Dia memukul kepalanya sendiri untuk menghilangkan bayang-bayang kebersamaan mereka, tetapi itu sama sekali tidak bekerja. Takdir seperti tengah mengejeknya, memancingnya untuk menjadi lemah dan pasrah pada keadaan.
Jen menarik napas dalam-dalam. Berusaha menghentikan tangisnya dan menghilangkan rasa sakit yang menghantamnya.
Jen teringat pada ucapan Clarissa kepadanya tadi pagi saat Clarissa memergokinya tengah melamun sambil memperhatikan foto William yang tersimpan di ponselnya.
"Hubungan itu timbal balik. Ketika kita lebih banyak merasakan sakit daripada bahagia, untuk apa lagi hubungan itu dipertahankan? Belajarlah untuk melepas. Awalnya memang sakit, tetapi,perlahan kamu akan bisa melewatinya. Mungkin dia bukan jodohmu di kehidupan ini. Dan siapa tahu di luar sana jodohmu tengah mencarimu."
Jen menyentuh dadanya yang semakin terasa sakit.
Mengapa semua orang mudah untuk mengucapkan kata melepaskan, di saat mereka tidak tahu apa yang saat ini dia rasakan? Mengapa semua orang menyuruhnya untuk melupakan, di saat kenangan itu terlalu manis untuk dilewatkan? Mengapa semua orang mengatakan bahwa mereka tidak berjodoh, tanpa tahu apa yang sudah mereka lewati selama ini?
Jen mencintai William ... sangat mencintai William ... hingga dia tidak rela melepaskan William untuk Chyntia.
Gadis itu adalah ular. Dia terlalu licik untuk memanfaatkan keadaan dan mengikat William dengan pertunangan itu.
Jen menghapus air matanya dengan kasar dan berbalik menuju lemari pakaiannya. Dikeluarkannya salah satu gaun koleksi kesayangannya. Gaun itu berwarna hitam dan tidak terlalu memiliki banyak hiasan, tetapi cukup elegant. Jen membawa gaun itu ke depan cermin besar di kamarnya dan memperhatikan apakah gaun ini cocok untuk menghadiri pesta pertunangan Morgan.
Ya, Jen telah memutuskannya. Anggaplah dia nekat dan gila. Tetapi, Jen hanya tidak sudi William menjadi milik wanita ular itu. Jika William memang berniat untuk melupakannya, setidaknya dia harus memilih gadis yang tepat, gadis yang lebih baik darinya. Bukan bersama Chyntia Hilbert yang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Jennifer Anlikie.
***
Jen keluar kamar dengan membawa tas besar. Dia sudah menghubungi Peter—Asisten Kepercayaan ayahnya—sebelumnya untuk menyiapkan keberangkatannya. Jen akan pulang terlebih dahulu ke LA untuk menemui Rachel dan Vivian. Dia tahu, dia pasti sudah membuat mereka cemas, maka dari itu Jen akan menemui mereka untuk meminta maaf. Setelah itu Jen akan mengajak mereka untuk ke London bersamanya, menghadiri pesta itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SevenTeen ✅
RomanceCOMPLETED ✅ DON'T COPY MY STORY!!! Mohon maaf sebelumnya apabila ada kesamaan nama tokoh atau tempat. Mungkin hanya kebetulan karena ini murni inspirasi dari Author. ---------------------------------------------------- Siapa yang tidak mengenal Jenn...