"Ada apa, Hel? Kamu membuat Vivian jadi pucat seperti ini," ucap Jaz sambil mengelus lengan Vivi.
Vivian menunduk lalu memejamkan matanya. Dia menarik napas dalam lalu menghembuskannya.
"Hei.. Bukankah kita sedang membahas soal William dan Jen?" tanya Sam.
Rachel segera mencubit perut Sam dan membuat Sam meringis kesakitan.
"Vi ...."
Vivian mengangkat kepalanya, lalu menatap tangan Jaz yang kini menyentuh telapak tangannya.
"Aku ...."
"Cepat, Vi!" desak Rachel tak sabaran.
Semua yang ada di sana penasaran akan apa yang mau dikatakan oleh Vivian.
"Aku menyukai Jaz," ucap Vivian pelan. Kedua pipinya memerah karena malu.
Tanpa sadar semuanya menahan napas, kecuali Rachel tentunya. Dia tersenyum lega saat melihat Vivi sudah mengungkapkan perasaannya.
"Vi ...," lirih Jaz.
Vivian menggeleng pelan lalu tersenyum kecil. "Tak perlu mengatakan apa pun, Jaz. Aku sadar bahwa yang kamu sukai adalah Jen. Aku hanya bagaikan upik abu jika dibandingkan dengan Jen," lirihnya.
Lagi-lagi semuanya menahan napas saat mendengar Jaz menyukai Jen.
"What the hell!" pekik Justin.
Vivian bangkit dari kursinya, lalu segera berlari keluar kantin. Dia berusaha kuat agar air matanya tak mengalir.
Jaz tidak berusaha mengejar Vivian seperti yang biasa terdapat dalam drama-drama bergenre romance. Jaz hanya diam lalu melipat tangannya di atas meja dan menyembunyikan wajahnya di sana. Muncul perasaan bersalah dalam dirinya, namun dia tak dapat melakukan apa-apa.
Rachel berdiri lalu menggebrak meja. Wajahnya memerah menahan amarah. "Kau!" tunjuk Rachel pada Jaz, "pria yang tidak punya hati!"
Sam berdiri lalu memeluk Rachel dari belakang—bermaksud untuk menenangkan. "Tenanglah, sayang .... Cinta tidak bisa dipaksakan," bisik Samuel di telinga Rachel.
"Tetapi, kasihan Vivian, Sam. Dia sudah lama menyimpan perasaan ini. Dia sampai merubah penampilannya hanya untuk menarik perhatian bastard ini."
Jaz mengangkat kepalanya lalu menatap Rachel tajam. Aura mengintimidasinya keluar, membuat Justin meringis takut dan bersembunyi di belakang Rey sembari menyentuh bahu pria itu.
"Hei! Apa yang kau lakukan, bodoh?! Lepaskan bahuku!" ucap Rey karena merasa risi.
"Sssttt .... Diamlah. Aku takut dengan Jaz jika dia sudah marah," bisik Justin.
Jaz langsung pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun. Melihat hal itu Justin langsung menjauhi Rey.
"Sorry, brother," ucap Justin sambil menyengir kuda.
"Kenapa dia malah pergi?!" pekik Rachel.
Sam segera mengeratkan pelukannya, lalu mengecup pipi Rachel sekilas. "Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri," bisik Samuel lembut lalu mengecup pucuk kepala Rachel.
"Oh My God! Kau lihat itu, Rey? Mereka so sweet sekali. Aku jadi ingin mencari pacar. Jika Jaz tidak mau bersama Vivian, aku mau," ucap Justin heboh dan Rey hanya memutar bola matanya.
***
Jaz masuk ke dalam kelas dengan ekspresi dinginnya. Membuat siswi-siswi yang dilewatinya berbisik-bisik.
"Jaz kenapa, ya? Sepertinya dia marah."
"Entahlah .... Tetapi, yang jelas dia tampak mengerikan."
"Aku juga berpikir begitu. Tetapi, apa yang membuat dia marah?"
"Aku tidak tahu juga."
"Hari ini William juga tidak kelihatan sama sekali, biasanya mereka selalu berlima."
"Iya. Apa mereka sedang ada masalah?"
"Maybe yes, maybe no."
"Tetapi, Jen juga tidak masuk hari ini."
"Really??? Oh My God! Apa yang sudah kita lewatkan?"
"Hei! Hei! Aku baru saja dari kantin dan aku punya berita panas, guys."
"Vivian menyatakan perasaannya pada Jaz."
"Astaga! Kejutan apa lagi ini?"
"Si kutu buku itu? Pasti ditolak, 'kan?"
"Sepertinya begitu, soalnya aku lihat dia keluar dari kantin sambil nangis."
"Tetapi, aku lihat dia jadi cantik. Apa ini semua demi Jaz?"
"Mungkin saja dan kudengar Jaz menyukai Jen."
"APA????"
"Iya .... Teman makan teman."
Jaz menarik tangan Vivian kuat. Membuat Vivian spontan berdiri.
"Ada apa, Jaz?" tanya Vivian bingung.
"Jadilah pacarku ...," ucap Jaz lantang, membuat semua siswi yang mendengarnya menahan napas.
Vivian mengedipkan matanya beberapa kali saat mendengar apa yang diucapkan Jaz. Wajahnya pasti terlihat seperti orang bodoh sekarang. Tetapi, tiba-tiba vivi mengingat sesuatu yang membuat raut wajahnya berubah menjadi murung. "Aku tidak bisa, Jaz," lirihnya. Vivian melepaskan cekalan tangan Jaz, lalu menghembuskan napas kasar. "Aku tahu kau mencintainya dan pastilah kau hanya kasihan padaku saat ini. Aku tidak mau kau menjadikan diriku sebagai kekasihmu hanya karena kasihan. Aku juga tidak akan bahagia akan hal itu, Jaz."
Jaz memegang kedua bahu Vivian lalu menatapnya lekat. "Apa kau sungguh mencintaiku, Vivian?" tanyanya dengan lembut.
Vivian menatap Jaz serius. "Kurasa kau sudah tahu jawabannya, Jaz."
Jaz langsung merengkuh pinggang Vivian dan mendekapnya dengan posesif. "Kalau begitu, buatlah aku mencintaimu."
Vivian tercengang dengan apa yang dikatakan oleh Jaz barusan.
Rachel dan Sam tersenyum mendengar penuturan Jaz barusan, sedangkan murid yang lain hanya diam tak mengerti.
Ya, Rachel dan lainnya tadi menyusul Jaz karena khawatir dengan apa yang akan dilakukan pria itu.
Chyntia dan kawan-kawan memandang itu semua tidak percaya. Apalagi Lili yang kini sudah memeluk Sharon karena patah hati.
"Jaz ... aku—"
Jaz langsung mencium Vivian tepat di bibirnya, membuat semua orang terpekik kaget. Vivian merasa kakinya lemas mendapatkan perlakuan seperti ini. Ciuman Jaz terasa sangat panas dibibirnya. Jaz menjauhkan dirinya lalu menatap Vivian tajam.
"Aku tidak mau mendengar penolakan, Vivi."
TBC
***
What the....
Bisakah kalian mendeskripsikan ini semua???
Author saja tercengang apalagi pembaca. Hahahaha...
Jangan lupa vote dan comment ya. Tapi vote diutamakan.
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
SevenTeen ✅
RomanceCOMPLETED ✅ DON'T COPY MY STORY!!! Mohon maaf sebelumnya apabila ada kesamaan nama tokoh atau tempat. Mungkin hanya kebetulan karena ini murni inspirasi dari Author. ---------------------------------------------------- Siapa yang tidak mengenal Jenn...