Chapter 21 - This means you love him!!!

3K 105 0
                                    

"Jen ...."

Jen menolehkan kepalanya ke belakang saat mendengar namanya dipanggil. Jen mengernyit bingung saat melihat Rachel dan Vivian berlari-lari di koridor menuju arahnya.

"Ada apa?" tanya Jen saat mereka sudah berdiri di hadapan Jen sambil mengatur napasnya.

Jen melipat kedua tangannya sambil memandang Vivian dan Rachel bergantian. "Why, girls?"

"Jauhi William!"

"Batalkan pertunangan kalian!"

Seru Vivian dan Rachel bersamaan. Setelah mengucapkan itu mereka saling berpandangan lalu menghela napas.

"Biar aku dulu," ucap Rachel. "Jauhi William, Jen! Dia hanya memanfaatkan kamu."

"Dan kamu akan aman jika bersama Jaz," sambung Vivian lagi.

"Wait ... wait .... Aku bingung sekarang." Jen menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Kenapa tiba-tiba kalian menyuruhku menjauhi William? And apa hubungannya dengan Jaz?"

Vivian menghembuskan napasnya kasar. "Jaz menyukai kamu."

Jen terkekeh lalu menggelengkan kepalanya. "Jadi, ini semua perintah Jaz? Dia meminta kalian untuk menjelek-jelekkan William di depanku agar nantiya aku lari ke dia? Astaga! Rupanya di dunia ini masih ada saja yang tidak gentleman."

"Bukan begitu, Jen. Jika kamu menjauhi William sekarang, maka kamu akan terbebas dari Chyntia dan juga kamu tidak akan sempat mencintai William," jelas Rachel.

Jen mengipaskan tangannya di udara sambil geleng-geleng. "Hey! Kalian itu tidak tahu apa-apa soal hubungan aku dan William. William tidak memanfaatkan aku, tetapi kami saling kerja sama."

Vivian dan Rachel sama-sama mengernyit bingung.

Jen memutar bola matanya malas lalu menarik tangan Vivian dan Rachel ke halaman sekolah.

"So, can you explain everything to us?" tanya Vivian sambil bersidekap.

Sebelum menjawab, Jen memeriksa keadaan dulu bahwa hanya ada mereka bertiga yang ada di sini. Tentu dia tidak mau kesepakatan antara dirinya dan William terungkap. Bisa-bisa dia akan ditertawakan oleh Chyntia. Setelah aman, Jen lalu kembali menatap kedua temannya yang sudah menatapnya tajam meminta penjelasan.

Jen mengusap wajahnya gusar. "Ok, aku akan beri tahu kalian, tetapi ada tiga syarat yang harus kalian penuhi dulu."

Vivian mengangkat sebelah alisnya, sedangkan Rachel mengangguk paham.

"Pertama, kalian tidak boleh cerita pada siapa pun, termasuk teman-teman William. Jika Chyntia tahu bahwa kalian sudah pasti menjadi tersangkanya. Kedua, jangan pernah menjodoh-jodohkan aku dan Jaz. Walaupun Jaz menyukaiku, namun aku tidak bisa membalas perasaannya."

Jen menggeleng saat Rachel hendak menyela. "Jangan memotong ucapanku!"

Vivian dan Rachel hanya mengangguk pasrah. "Dan yang ketiga, setelah kalian tahu maka kalian tidak boleh mencampuri urusanku dengan William."

Lagi-lagi Vivian dan Rachel mengangguk.

Jen menghirup oksigen sebanyak-banyaknya dulu sebelum menjelaskan. "Kedua orang tua kami adalah rekan bisnis dan mereka berniat menjodohkan aku dengan anak mereka. Awalnya mereka memjodohkan aku dengan Morgan—abangnya William. Tetapi, aku segera menolaknya. Saat aku ingin mogok makan tiba-tiba William memberikan sebuah penawaran. Kami pura-pura pacaran dan saling mencintai. Keuntungannya adalah William bisa membasmi Chyntia dan aku tidak jadi dijodohkan dengan Morgan. Memang tidak ada bedanya karena ini sama saja aku dijodohkan dengan William dan akan tunangan. Cuma bedanya ... Morgan menyukaiku dan perjodohan ini pasti akan berlanjut. Tetapi, William dan aku tidak ada perasaan apa pun jadi kami masih bisa membatalkannya."

Vivian mengetuk-ngetukkan telunjuknya pada dagu seperti sedang berpikir.

"Bagaimana jika ditengah rencana kamu mencintai William?" tanya Rachel.

"Impossible!"

"Kita tidak ada yang bisa menebak ke depannya bagaimana, Jen," ujar Vivian.

Jen menghela napas. "Aku tidak tahu. Tetapi yang jelas ... dengan bersama Jaz itu bukan jalan yang baik, girls."

Rachel memutar bola matanya lalu berkacak pinggang. "Terus kamu hanya mau pasrah pada keadaan?"

Jen menggeleng. "Tentu saja tidak." Jen tampak berpikir sebentar, menimbang-nimbang apakah dia harus menjelaskan keresahan hatinya pada teman-temannya.

Vivian yang sadar akan perubahan mimik wajah Jen langsung bertanya, "Apa kau ingin mengatakan sesuatu, Jen?"

Jen mengedikkan bahunya lalu menatap Rachel dan Vivian bergantian. "Sebenarnya aku bingung. William seperti lupa akan tujuan hubungan pura-pura ini. Dia bilang bahwa aku tidak akan bisa memutuskan hubungan ini karena hanya dia yang bisa melakukannya. Dan yang lebih membuatku bingung adalah kemarin dia bilang 'You're mine' and 'Stay with me'. Dia berucap seolah-olah dia mencintaiku, seolah-olah dia takut kehilangan aku."

"Apa yang keluar dari bibir belum tentu sama dengan hatinya, Jen," Ucap Rachel tiba-tiba.

Jen menggeleng cepat seolah dia tidak setuju dengan penuturan Rachel. "Aku tidak percaya pada ucapannya, tetapi aku bisa merasakan dari ciumannya."

"Really???" pekik Rachel dan Vivian bersamaan dengan ekspresi yang sama. Sama-sama melotot dan mulut terbuka.

Jen memutar bola mata lalu menJentikkan jarinya di depan wajah temannya.

Setelah sadar Vivian langsung heboh sendiri. "Kalian? Berciuman? Sejak kapan? Apa kalian sudah melakukan yang lebih jauh?" tanyanya beruntun.

Jen langsung menjitak kepala Vivian sampai pemilik kepala itu hanya nyengir sambil mengangkat kedua jarinya membentuk 'V'.

"Kau pikir aku perempuan murahan? Kalau Chyntia mungkin saja, tetapi bukan aku."

"Sudah berapa kali kalian berciuman? Setiap saat?"

Jen mengedikkan bahunya acuh. "Aku tidak tahu, dia selalu saja seenaknya."

"Dan kau mau saja?" tanya Rachel tidak percaya sambil geleng-geleng kepala.

"Aku tidak tahu, Hel. Aku seperti terhipnotis." Jen menunduk. Sejujurnya dia malu mengungkapkannya.

"This means you love him!!!" heboh Vivian. Vivian mengipaskan kedua tangannya di udara seolah dia kepanasan. "I can't believe this. Jennifer Anlikie is conquered by William Johansson. One school Will be excited if they know. even you can enter hot news."

Jen menutup kedua telinganya akibat tidak sanggup mendengar pekikan heboh Vivian. "Shut your fucking mouth!"

Vivian mendengus kesal lalu mengerucutkan bibirnya. Rachel hanya bisa menghela napas.

"Apa kau benar mencintai William, Jen?" tanya Rachel lagi.

Jen menggeleng cepat. "Tentu saja tidak! Kenapa kalian langsung menebak yang meleset semua?"

Rachel menaikkan sebelah alisnya. "I don't believe."

Jen menghembuskan napasnya kasar lalu pergi meninggalkan mereka.




TBC

***

Jangan lupa vote and comment ya...

Thank you.

SevenTeen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang