Chapter 57 - Disappeared

2.2K 77 2
                                    

Playlist : Issues - Julia Michaels 🎶

***

Mata Jen menelusuri setiap sudut cafe dan akhirnya menemukan apa yang dicarinya. Pria itu duduk di sana! Dengan kaus berwarna hitam dan juga celana jeans-nya. Jen menghembuskan napas kasar sebelum mendekati William.

"Maaf membuatmu menunggu," ucap Jen sekadar berbasa-basi.

William mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Jen lalu beralih pada jam tangannya. "Tak apa. Kau tepat waktu. Silakan duduk, Ms. Anlikie."

Jen duduk di seberang William lalu melipat tangan di atas meja. "Jadi, apa yang ingin kau bicarakan? Aku tidak punya waktu banyak," ucap Jen sembari mencoba menahan getaran rindu di hatinya.

William berdecak lalu meneguk kopi yang sudah dipesannya sebelum Jen datang. "Tampaknya kau memang benar-benar sibuk. Baiklah ... aku hanya ingin menanyakan 3 hal kepadamu. Dan kuharap kau mau menjawabnya dengan jujur."

Jen meneguk ludahnya kasar. Tangannya mendadak gemetar dan udara mendadak terasa dingin menusuk kulitnya.

"Jangan tegang seperti itu. Ini hanya pertanyaan mudah," ucap William santai.

Jen berusaha mengatur deru napasnya dan menegakkan tubuhnya. Matanya kini menatap William dengan tajam dan penasaran.

"Pertama, benarkah kau tidak pernah bertunangan dengan Morgan?"

Tanpa berpikir Jen langsung menjawab, "Iya, kami tidak pernah bertunangan."

William tersenyum miring lalu meneguk kopinya lagi. "Kedua, apa kau bersedih saat mendengar kabar kematianku?"

"Tentu saja. Mana mungkin aku tidak sedih, sedangkan kau mempunyai arti penting bagiku saat itu."

William tersenyum samar. Dia menyandarkan punggungnya, lalu menatap lurus ke arah Jen penuh intimidasi. "Benarkah aku memiliki arti penting untukmu? Padahal kau yang menolakku mentah-mentah."

Jen mendengus kesal lalu bersidekap. "Ya, dan sekarang aku menyesal sudah mengeluarkan air mata sialan itu jika nyatanya kamu hanya mempermainkan kami semua. Aku juga kesal karena kamu menekanku seperti ini, seolah-olah aku harus menyukaimu padahal kamu tidak menyukaiku. Kamu egois, William!"

William tersenyum miring lalu mengibaskan tangannya di udara. "Well, terserah apa katamu karena aku tidak peduli. Sekarang jawab pertanyaan terakhirku—"

"Sebelum itu aku ingin minta satu hal," potong Jen sambil menegak kasar salivanya. "Kamu sudah bertanya tiga hal dan aku hanya ingin bertanya satu hal. Bolehkah?"

William mengangguk. "Kamu boleh bertanya lebih dulu."

Jen berdeham sebentar. "Apa kamu pernah merasakan apa yang kurasakan? Apakah kamu juga mencintaiku?"

William memejamkan matanya sejenak lalu membukanya dan menatap Jen tajam. "Tentu saja. Aku sering mengatakan jika kamu milikku. Apa sikapku denganmu selama ini tidak bisa menjawab semuanya?"

Jen menggeleng. "Bukan begitu. Aku hanya bingung, William. Kamu yang semula tidak peduli padaku mengapa tiba-tiba bersikap manis padaku. Dan kamu tidak mengatakan apa pun."

"Tidak ada yang perlu dikatakan padamu. Tak ada gunanya," ucap William dengan nada rendah.

Jen meremas kedua tangannya lalu menatap William lirih.

William berdeham lalu bertanya. "Sebenarnya apa tujuanmu? Ingin mengadu domba aku dengan Morgan? Kamu seperti parasit di hidup kami—datang dan pergi sesukamu. Aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu. Kamu bersikap seolah kamu sedih dan teraniaya. Kamu mengatakan kamu mencintaiku, tetapi kamu memilih Morgan, dan bahkan dengan tidak tahu malu kalian berciuman. Semurah itukah dirimu?"

SevenTeen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang