Chapter 5 - After school

5K 180 0
                                    

Jen melempar tasnya ke atas meja kaca yang ada di ruang tamu hingga mengeluarkan bunyi nyaring. Untung saja kacanya tidak pecah. Jika pecah, pasti dia akan dimarahi oleh orang tuanya lagi. Jen merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang. Dia berdecak sebal saat Vivian masih berdiri di ambang pintu depan. Gadis culun itu tengah memandang kagum rumah mewah Jen.

"Mau sampai kapan kamu berdiri di sana? Sampai berlumut?" tegur Jen.

Ya, tadi Vivian yang memaksa untuk ikut ke rumah Jen dengan alasan, karena Jen murid baru jadi pasti ketinggalan pelajaran. Jangan berpikir karena Jen bad girl lantas menandakan kalau dia bodoh dan malas belajar. Sejujurnya Jen anak yang pintar. IQ-nya malah di atas rata-rata. Hanya saja dia malas memamerkannya.

Dengan takut-takut, Vivian masuk ke dalam rumah Jen, kemudian duduk di sofa persis di seberang Jen.

"Jen, kenapa rumah kamu sangat sepi?"

Mata Jen yang tadinya terpejam kini terbuka lebar. Jen menghembuskan napas kasar lalu mendudukkan tubuhnya. "Orang tuaku sibuk bekerja. Sangat sibuk. Jadi, tak heran jika rumah begitu sepi. Rumah hanya sebagai tempat istirahat sementara bagi mereka. Begitu matahari terbit, maka mereka akan kembali sibuk dengan rutinitasnya."

Vivian kini memberanikan diri menatap wajah Jen. Gadis itu bisa menangkap raut wajah Jen yang murung. "Apa itu sebabnya kamu seperti ini, Jen?" tanya Vivi hati-hati.

Jen memasang wajah datar lalu menatap Vivi lekat. "Aku tahu bahwa aku terlihat menyedihkan."

Vivian menggeleng cepat. "Tidak sama sekali!"

Jen hanya tersenyum kecut, kemudian dia berdiri dan meraih tasnya. "Ayo ke kamar!" ajaknya. Dia berjalan lebih dulu, sementara Vivi mengekorinya.

Kali ini Vivian dibuat terpukau lagi saat pintu kamar Jen terbuka. Kamar ini bernuansa biru dan putih. Disudut kanan ada meja belajar berwarna biru. Di sebelah meja belajar ada meja rias. Lalu, di tengah ruangan ada sofa putih dan juga televisi. Ranjangnya sendiri tidak jauh dari meja belajar dan Jendela besar yang ditutupi gorden biru. Di sebelah kiri ada sebuah pintu yang Vivi yakini pasti kamar mandi.

Perlahan Vivi melangkah masuk dengan mata tak henti-henti memandang kamar Jen. Jen menyalakan pendingin ruangan, lalu menaruh tasnya di atas meja belajar. "Aku akan menyuruh bibi menyiapkan makan siang buat kita. Kamu tunggu di sini," ucap Jen lalu keluar.

Vivi meletakkan tas sekolahnya di atas sofa lalu duduk di sana sebentar. Tetapi, tiba-tiba dia merasa ingin buang air kecil. Maka dari itu, vivi memberanikan diri berjalan ke kamar mandi yang ada di dalam kamar ini.

Saat membuka pintu kamar mandi, dia lagi-lagi dibuat kagum. Kamar mandi bernuansa putih ini terlihat bersih. Vivi masuk ke dalam lalu mengunci pintu. Di depannya terdapat bathtub berukuran besar, di sana dia dapat melihat beberapa peralatan mandi Jen yang bermerek terkenal. Kemudian, di samping kiri dekat pintu ada wastafel dan juga cermin. Di sudut kanan ada shower box yang terbuat dari kaca sedangkan, di sudut kiri ada toilet. Di sisi kanan dekat pintu ada sebuah pintu lagi. Saking penasaran dia sampai melupakan tujuannya masuk ke kamar mandi. Vivi membuka pintu itu dan terperangah saat mengetahui bahwa itu adalah walk in closet. Segera dia menutup pintu lalu melakukan tujuannya.

Setelah Vivian keluar dari dalam kamar mandi, dirinya terkejut saat melihat Jen sudah ada di dalam kamar. Di atas meja juga sudah tersedia dua piring pasta dan dua gelas jus jeruk.

"Kau lama sekali di dalam kamar mandi," gerutu Jen.

Vivian hanya menunduk sambil berjalan mendekati Jen. Saat dia sudah duduk di atas sofa, Jen berdiri lalu berjalan ke arah kamar mandi.

"Kau makan saja dulu. Aku mau ganti baju."

Vivian hanya menggangguk patuh.

***

William dan teman-temannya baru saja selesai berlatih basket. Bulan depan sekolah mereka akan bertanding dengan sekolah lain. Inilah salah satu alasan mengapa William populer, karena William adalah ketua tim basket.

Chyntia segera berdiri saat William berjalan keluar dari area lapangan. "Oh, William! Kamu terlihat sexy dengan tubuh berkeringat," ujar Chyntia seraya mengelap kening William.

William diam saja tak menanggapi. Sharon dan Lili sendiri tengah sibuk dengan Justin. Cindy? Dia sudah pulang lebih dulu. Jaz, Samuel, dan Rey duduk di kursi panjang yang ada di sana. Jaz menyiram sebotol air ke muka dan rambutnya.

"Oh, men! You look sexy like that," ucap Justin tiba-tiba.

"Shut up!" seru Jaz. Dia lalu meraih handuk kecil yang disodorkan Lili. "Thanks."

Lili hanya memperlihatkan deretan giginya.

"By the way, tadi kamu ngapain sama Jen?" tanya Rey tiba-tiba.

Jaz menghentikan aktivitasnya lalu menatap mereka semua. "Aku hanya mengajaknya berpacaran," ujarnya santai.

Semua yang ada di sana spontan menatapnya dengan tatapan horror, kecuali William tentunya. William hanya mengangkat satu alisnya.

"Kamu serius?" tanya Justin memastikan.

"Ya, tidaklah. Gila saja tiba-tiba aku nembak dia."

Semua yang ada di sana mengucap syukur bahwa Jaz hanya bercanda.

"Kamu iseng sekali, Jaz. Kan kalau benar aku bisa patah hati," ucap Lili sambil memanyunkan bibirnya.

Jaz terkekeh kecil lalu menatap William yang ternyata juga tengah menatapnya. "Kenapa kau melihatku terus, William?" tanya Jaz sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Ayo kita pulang!" ajak William tanpa menjawab pertanyaan Jaz.

"Baby, kita bisa makan siang bersama," usul Chyntia seraya menahan pergelangan tangan William. Tetapi, William langsung menjauhkan Chyntia dari dirinya.

"Kalau kalian masih mau di sini, aku duluan," ucap William dengan penekanan diakhir kalimat lalu bergegas pergi.

Justin, Rey, dan Samuel segera membereskan barang-barang mereka, lalu menyusul William. Jaz sendiri terlihat santai saja.

"Kamu tidak menyusul mereka, Jaz?" tanya Sharon bingung.

"Bukankah tadi Chyntia mengajak makan siang bersama? Ayo! Aku sudah lapar."

Chyntia dan lainnya melongo tak percaya.

"Jadi tidak?" tanya Jaz seraya berdiri.

"Baiklah," ucap Chyntia akhirnya.

Jaz berjalan lebih dulu menuju parkiran, sementara Chyntia dan rekan-rekannya hanya mengikuti dari belakang.


TBC

***

Sudah chapter-5 nih. Tak terasa ya. 😁

Jangan lupa vote dan comment ya readers...
Bagi yang ada meng-share cerita ini, author ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.😊

Contact???
Instagram : (at)funggzz_

SevenTeen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang