Jen menghentikan langkahnya di depan sebuah kelas dengan papan nomor 03. Jen mendengus kesal saat mendengar kebisingan di dalam kelas. Dengan langkah malas dia masuk ke dalam kelas dan mencari bangku yang kosong.
"Hei! Hei! Lihat! Dia kan gadis judes tadi."
"Iya, bener. Ternyata dia sekelas sama kita."
"Unpredictable!!!"
Jen mengabaikan bisikan-bisikan itu dan memilih tempat duduk di pojok belakang dekat jendela. Dia menaruh buku-buku tebal dan tasnya di atas meja. Dia menatap sekeliling dengan datar. Semua murid tengah menatapnya dengan pandangan tak suka.
"APA?!" teriaknya kesal.
Semuanya membuang muka lalu kembali dengan kegiatan masing-masing. Jen menghela napas, kemudian menatap keluar Jendela. Berusaha mencari ketenangan untuk dirinya.
"Ha-hai ...," sapa seorang gadis berkacamata dan berkepang dua kepada Jen.
Jen menoleh ke samping dan menaikkan sebelah alisnya tanda menanyakan 'Apa?'.
"Ke-kenalkan ... namaku Vivian Lowie. Kamu bisa panggil aku Vivi," ucapnya dengan ragu.
"Aku Jennifer Anlikie, bisa kau panggil Jen," ucapnya cuek lalu kembali memandang ke luar Jendela.
"Ow .... Ow .... Rupanya gadis ini sekelas sama kita Jaz," ucap Justin sambil menunjuk Jen. Jaz menaikkan satu alisnya lalu berjalan menuju meja Jen.
'Hai, Justin." Sapa gadis-gadis centil di kelas ini.
Justin hanya tersenyum manis sambil mengedipkan satu matanya membuat para gadis itu meleleh karenanya. Jaz duduk tepat di depan Jen, kemudian berbalik menatap Jen yang sepertinya tidak menyadari keberadaannya.
"Boleh berkenalan? Aku Jaz Moran," ucap Jaz lembut sambil menyodorkan tangannya.
Jen menatap Jaz bingung, tetapi sedetik kemudian dia menerima jabatan itu. "Jennifer ...."
Justin yang melihat Jaz memegang tangan Jen langsung menepis tangan Jaz. Dia menggenggam tangan Jen lalu mengecupnya, membuat para gadis yang lain menatapnya iri. "Hai, aku Justin Brown, pria paling tampan di kelas ini."
Jen segera melepaskan genggamannya. "Aku tidak suka sama playboy seperti kamu," ucap Jen terang-terangan.
Semua yang ada di sana menatapnya dengan pandangan tak percaya, sedangkan Justin sendiri melongo tak percaya. Baru kali ini dia ditolak sama seorang gadis.
"Sudahlah, Jus. Duduk saja di tempatmu," ucap Jaz tenang.
Justin mendengus kesal lalu duduk di depan Vivian. Justin berbalik lalu tersenyum pada Vivian. "Morning, Vivi. By the way, tugas aku sudah selesai, kan?"
Vivian mengangguk lalu mengeluarkan sebuah buku dari dalam tasnya dan menyodorkannya kepada Justin. Justin menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih, Vivi. Pasti benar, 'kan?"
Jen menoleh dan menatap Justin tajam. "Ternyata selain playboy, kamu juga pemalas, ya," ucap Jen sarkastik yang sukses membuat Justin serasa ditampar.
Jaz terkekeh mendengar sindiran Jen pada Justin.
"Jangan mau disuruh-suruh lagi, Vi! Kalau tidak dia akan tambah malas," ucap Jen datar.
"Aku salah apa sih sama kamu? Jangan ikut campur urusan aku, deh! Oke?" ucap Justin sembari menatap Jen sinis.
Jen tersenyum miring lalu bersidekap. "Aku hanya mengingatkan. Bukankah aku baik?"
"Sudah, Jen. Aku tidak apa-apa," ucap Vivian pelan.
"Kamu pindahan dari mana?" tanya Jaz.
"Perlu aku jawab pertanyaanmu?" tanya Jen datar.
"Rupanya kamu Jennifer Anlikie yang itu!" teriak Justin heboh setelah mencari informasi mengenai Jen dari google.
Semua penghuni kelas seketika menatap ke arah Jen. Jen mendengus kesal karena Justin berteriak di telinganya.
"Berisik!" gerutu Jen.
"Bad girl, heh?" tanya Jaz sambil memandang Jen lekat.
"Kalau iya, kenapa?" tanya Jen balik sambil tersenyum miring.
"Jadi, ini sekolah keempat kamu? Kenapa bisa-bisanya sekolah ini menerima gadis pembuat onar di sini," ucap salah satu murid.
"Pantas saja tadi aku merasa tidak asing, rupanya dia itu Jennifer Anlikie," celetuk murid lain lagi.
"Pantas saja kamu berani sekali sama William," ucap Justin.
"William?" Kening Jen berkerut mendengar nama orang yang tidak dikenalnya. Siapa William?
"Iya, teman aku yang tadi kamu buat terluka," ucap Justin lagi.
"What??? William terluka karena dia?"
"Unpredictable!!!"
"Kasihan William ...."
"Kurang ajar sekali perempuan ini!!!"
Jen menghela napas lalu mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
"Ada apa ini?" Terdengar suara menggema dari ambang pintu. Semua murid langsung duduk ke tempat masing-masing. Rupanya itu Ms.Emma-guru bahasa inggris.
"Good Morning Everyone ...."
"Good Morning, Miss."
Pelajaran pun dimulai.
***
Sekarang adalah jam istirahat, William dan teman-temannya sedang berkumpul di kantin.
"Baru tampak batang hidungnya," celetuk Jaz saat Samuel duduk di sebelah Rey.
"Biasa ...," ucap Sam sambil cengengesan.
"William, bagaimana hidungmu?" tanya Jaz.
"Masih perih. Gara-gara gadis menyebalkan itu!"
"Oh, ya. Rupanya dia sekelas sama aku dan Jaz. Kamu tahu Wil, rupanya dia itu Jennifer Anlikie. Kalian semua pasti pernah dengar desas-desus tentang dia," ucap Justin heboh.
"Sudahlah, Jus ...," ucap Jaz mengingatkan.
"Pantas saja kurang ajar!" ucap Rey.
"Siapa? Kalian sedang bahas apa?" tanya Sam bingung.
"Makanya jangan kelayapan terus. Ketinggalan berita, 'kan," ucap Justin.
William tiba-tiba tersenyum sinis lalu menyeruput jus alpukatnya.
"Apa yang kamu pikirkan, Wil?" tanya Jaz sambil menyipitkan matanya.
"Nothing ...."
TBC
***
Jangan lupa vote dan comment-nya ya.
Contact???
Instagram : (at)funggzz_
KAMU SEDANG MEMBACA
SevenTeen ✅
RomanceCOMPLETED ✅ DON'T COPY MY STORY!!! Mohon maaf sebelumnya apabila ada kesamaan nama tokoh atau tempat. Mungkin hanya kebetulan karena ini murni inspirasi dari Author. ---------------------------------------------------- Siapa yang tidak mengenal Jenn...